Buka konten ini
BATAM (BP) – Wacana pembukaan jalur kapal roll-on/roll-off (roro) antara Batam, Indonesia dan Johor, Malaysia kian mendekati kenyataan. Konsul Jenderal Republik Indonesia di Johor Bahru, Sigit Suryantoro Widiayanto, menyatakan bahwa infrastruktur dan kesiapan kedua negara telah mencapai tahap yang menjanjikan untuk realisasi rute internasional tersebut pada tahun ini.
Gagasan ini telah bergulir sejak dua tahun lalu, sebagai inisiatif untuk memperkuat konektivitas ekonomi di kawasan, khususnya di sektor perdagangan dan pariwisata. “Baik Batam maupun Johor telah memiliki pelabuhan yang secara infrastruktur dinyatakan siap untuk melayani kapal roro,” ujar Sigit, Selasa (22/4).
Di Batam, Pelabuhan Bintang 99 diproyeksikan sebagai pintu gerbang utama, sementara di Malaysia akan digunakan Pelabuhan Tanjung Belungkor. Keduanya telah menyatakan kesiapan operasional.
“Termasuk dari ASDP juga disebut mampu menyediakan kapal roro yang akan mendukung jalur ini,” kata Sigit.
Menurut Sigit, sistem yang akan diterapkan meniru pola konektivitas darat antara Malaysia dan Singapura maupun Malaysia dan Thailand, dimana kendaraan pribadi dapat menyeberang antarnegara melalui jalur laut. Bahkan dari Kalimantan yang berdekatan dengan Malaysia juga sudah terkoneksi jalur darat.
“Kami ingin mobil-mobil pribadi dari Batam bisa masuk ke Malaysia, dan sebaliknya, kendaraan dari Johor dapat menyeberang ke Batam menggunakan moda roro,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sigit mengungkapkan bahwa jalur ini juga dirancang untuk memfasilitasi pergerakan kendaraan angkut kecil yang membawa barang-barang perdagangan. “Dengan moda angkutan nonkontainer, biaya logistik bisa lebih murah, sehingga membuka peluang besar bagi pelaku UMKM di kedua negara,” ucapnya.
Inisiatif ini berawal dari kerja sama business to business antara pengelola pelabuhan di kedua negara, yang kemudian mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat masing-masing. Pemerintah Indonesia, termasuk BP Batam dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, telah menyatakan dukungan penuh terhadap rencana ini. Begitu pula dengan Pemerintah Malaysia.
“Secara teknis memang kompleks, karena melibatkan moda laut dan darat, serta sinkronisasi regulasi lintas negara. Tapi kami optimistis. Dari sisi infrastruktur dan studi kelayakan, semuanya sudah ada. Tinggal menyelesaikan aspek teknis dan asuransi,” tegas Sigit.
Ia juga menyebutkan bahwa wacana ini telah sampai ke tingkat pimpinan tinggi kedua negara. Bahkan sudah mendapat respons positif dari Badan Pengusahaan (BP) Batam.
“Hal ini sempat dibahas dalam pertemuan antara Deputi Perdana Menteri Malaysia dan Wakil Presiden Gibran di Jakarta, beberapa waktu lalu,” ungkapnya.
Konektivitas roro Batam–Johor disebut akan menjadi yang pertama menghubungkan kawasan ASEAN kepulauan dengan ASEAN daratan secara langsung melalui jalur kendaraan pribadi dan angkutan niaga ringan. “Ini bukan sekadar jalur transportasi, tapi jembatan ekonomi baru yang akan membuka arus barang, jasa, dan wisatawan secara lebih efisien,” kata Sigit.
Meski masih terdapat sejumlah tantangan teknis, seperti sistem asuransi lintas negara dan harmonisasi regulasi, Sigit menyatakan bahwa sekitar 50 persen kesiapan sudah terpenuhi. “Saya pribadi optimistis rute ini bisa terealisasi tahun ini. Tinggal menye-lesaikan sisi operasional dan teknis detail,” tegasnya.
Direktur Badan Usaha Pelabuhan BP Batam, Dendi Gustinandar, membenarkan adanya wacana tersebut. Me-nurutnya, sebagai pihak yang menyiapkan pelabuhan, pihaknya menyambut positif hal tersebut.
“Untuk pelabuhan di Batam sudah siap untuk hal tersebut,” kata Dendi.
Disinggung terkait akses masuk Pelabuhan Bintang 99 yang sebagian masih tanah dan rusak, menurut Dendi akan ada perbaikan. “Untuk akses ke pelabuhan tersebut memang akan diperbaiki, untuk teknisnya mungkin bisa dikonfirmasi ke bagian humas, untuk lelang, dan lainnya,” tukas Dendi.
Di lain pihak, Pemerintah Kota (Pemko) Batam menerima kunjungan perwakilan dari Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) di Kantor Wali Kota Batam, Senin (21/4). Kunjungan ini merupakan bagian dari tindak lanjut Program INDOBUS serta penjajakan potensi kerja sama baru melalui Program Indonesia Sustainable Urbanization Multi-Donor Trust Fund (IDSUN) Fase 2.
Pertemuan tersebut membahas tiga tema utama sebagai fokus kerja sama antara Batam dan SECO, yakni kesejahteraan masyarakat, peningkatan kapasitas pembiayaan publik, serta pengem-bangan infrastruktur berkelan-jutan. SECO, yang selama ini dikenal aktif melalui Program INDOBUS bersama mitra seperti GIZ, mendorong penguatan sistem transportasi massal di kota-kota besar, termasuk Batam.
Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menyampaikan apresiasi atas kemitraan yang telah terjalin dengan SECO selama ini. Ia menegaskan komitmen Pemko Batam dalam membangun infrastruktur berkelanjutan demi menyokong pertumbuhan penduduk serta memperkuat iklim investasi daerah.
“Kami sangat berterima kasih atas kehadiran dan komitmen yang telah dibangun. Apa yang SECO sampaikan mengenai kesejahteraan, pembiayaan publik, dan infrastruktur sangat sejalan dengan arah pembangunan Batam,” ujarnya.
Menurutnya, pertumbuhan penduduk Batam yang cukup pesat menuntut kehadiran sistem transportasi massal yang efisien. Program seperti INDOBUS dinilai menjadi salah satu solusi strategis yang sangat dibutuhkan kota ini.
Selain kerja sama infrastruktur, Pemko Batam juga membuka peluang kolaborasi di bidang pendidikan. Ia berharap ada dukungan dari SECO melalui program beasiswa, magang, maupun pelatihan teknis untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia di Batam.
“Kami terbuka untuk segala bentuk masukan dan saran dari SECO. Mudah-mudahan kunjungan ini membawa hasil yang konstruktif bagi peningkatan kemitraan di masa mendatang,” kata Amsakar.
Dalam kunjungan tersebut, hadir sejumlah pejabat penting dari SECO dan Kedutaan Besar Swiss. Di antaranya, Martin Neussel selaku Programme Manager – Infrastructure Financing, serta Violette Ruppanner yang menjabat Head of Economic Cooperation and Development.
Turut hadir juga Dian Septa Rianti, National Programme Officer dari Kedutaan Besar Swiss di Indonesia. Sementara dari pihak GIZ, hadir Ahmad Zacky Ambadar (Senior Advisor), Nameera Dresanala Moerdaning, dan Maulana Ichsan Gituri (Advisor). Pihak Bank Dunia turut diwakili oleh Griya Rufianne (Urban Specialist) dan Renata Simatupang (Urban Economist). (*)
Reporter : ARJUNA – YASHINTA
Editor : RYAN AGUNG