Buka konten ini
BINTAN (BP) – SLB Negeri Bintan berharap pihak penyedia program makan bergizi gratis melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pihak sekolah sebelum melaksanakan program tersebut.
”Pihak penyedia sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan sekolah terkait jenis makanan yang dapat diberikan kepada anak-anak,” ujar Wakil Kurikulum SLB Negeri Bintan, Khadijah.
Khadijah menjelaskan, beberapa pelajar dengan kebutuhan khusus memiliki pantangan terhadap makanan tertentu, seperti terigu, cokelat, MSG, pisang, anggur, dan jeruk.
”Kandungan dalam makanan tersebut dapat membuat anak-anak menjadi lebih aktif dan berisiko mengalami tantrum,” ungkapnya.
Senada dengan Khadijah, Ketua Program Sekolah Sehat di SLB Negeri Bintan, Imelda, juga menyampaikan hal serupa.
”Tujuannya baik, yaitu mencukupi gizi anak-anak. Namun, efeknya pada beberapa anak justru bisa menyebabkan tantrum dan emosi yang tidak stabil,” ujar Imelda.
Imelda menambahkan, meskipun ada makanan yang perlu dieliminasi, tetap ada alternatif makanan lain yang dapat diberikan. Oleh karena itu, ia berharap pihak penyedia berkonsultasi terlebih dahulu untuk memastikan program ini berjalan sesuai kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
Imelda juga menginformasikan bahwa program makan bergizi gratis belum dimulai di SLB Negeri Bintan. Meski demikian, sekolah telah melaksanakan program sekolah sehat yang terdiri dari lima aspek, termasuk kesehatan fisik dan gizi.
Dalam program sehat bergizi, pihak sekolah mengajak siswa untuk membiasakan minum air putih minimal delapan gelas sehari dan makan buah setiap hari Rabu. Selain itu, terdapat kegiatan makan bergizi yang dilaksanakan sebulan sekali.
”Pada kegiatan makan bersama, menunya terdiri dari sayur, daging, dan buah-buahan,” tambah Imelda.
Dinkes Kepri Awasi Kebersihan Dapur MBG
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepulauan Riau (Kepri) mengawasi dapur Badan Gizi Nasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Basuki Rahmat, Kota Tanjungpinang. Dapur tersebut merupakan tempat memasak makanan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Dinkes Kepri, Bisri, menyatakan bahwa pihaknya telah meninjau dapur untuk memastikan kebersihan dan keamanannya. Pengawasan ini dilakukan agar makanan yang disalurkan ke sekolah-sekolah bebas dari kontaminasi bakteri dan potensi keracunan.
”Kami mengawasi kebersihan dapur, memastikan tidak ada tikus, sampah, atau faktor lain yang dapat mencemari makanan,” ujar Bisri, Rabu (8/1).
Selain kebersihan dapur, Dinkes juga meminta yayasan pengelola MBG untuk memperhatikan jangka waktu makanan dikemas hingga diantar ke sekolah. Hal ini bertujuan menjaga kualitas makanan yang diberikan kepada para pelajar.
Menurut hasil pengamatan Dinkes, makanan yang diolah di dapur tersebut telah memenuhi standar gizi yang baik. Namun, disiplin dari para pekerja juga menjadi perhatian penting.
”Standar gizinya sudah terpenuhi, tetapi karyawan harus disiplin, seperti menggunakan penutup kepala dan masker saat memasak serta mengemas makanan,” tambah Bisri.
Bisri juga mengapresiasi kualitas gizi makanan MBG, meskipun biaya per porsi hanya Rp10 ribu.
Ia menilai program ini lebih sehat dibandingkan bekal yang biasanya diberikan orangtua, yang cenderung mengutamakan rasa ketimbang gizi.
”Dengan program ini, kebutuhan gizi anak-anak lebih terjamin, termasuk kalori dan protein,” ujarnya.
Program MBG mulai disalurkan sejak Senin lalu ke dua sekolah di Tanjungpinang. Yayasan pengelola program berupaya memaksimalkan penggunaan bahan makanan lokal sebagai dukungan bagi perekonomian setempat.
Program ini juga merupakan bagian dari instruksi Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk meningkatkan kesehatan dan kecukupan gizi anak-anak Indonesia. (*)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL / Slamet Nofasusanto
Editor : ANDRIANI SUSILAWATI