Buka konten ini
TARIF Visa on Arrival (VoA) untuk wisatawan mancanegara (wisman) yang mengunjungi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dipotong sebesar 50 persen. Dari tarif sebelumnya Rp500 ribu, kini menjadi Rp250 ribu untuk masa berlaku tujuh hari.
Kepala Bidang Pengem-bangan Pemasaran Pariwisata Kepri, Afitri Susanti, mengatakan bahwa pemotongan harga VoA bagi wisman yang menuju Kepri dapat menjadi angin segar bagi daerah ini. Diharapkan, penurunan tarif VoA dapat mendongkrak angka kunjungan wisman.
”Sebelumnya, turis dikenakan VoA sebesar Rp500 ribu untuk tujuh hari. Sekarang menjadi Rp250 ribu untuk masa yang sama,” kata Afitri, Kamis (2/1).
Meski demikian, ia tetap berharap ada kebijakan baru agar para wisman yang berkunjung ke Kepri dapat memperoleh fasilitas bebas VoA.
”Semoga ke depan ada kebijakan bebas VoA, khususnya untuk ibu kota Provinsi Kepri,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti, menyampaikan bahwa hingga Oktober 2024, kunjungan wisman ke Kepri mencapai 1,5 juta orang berdasarkan data BPS. Target kunjungan wisman Kepri pada 2024, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), adalah 1,6 juta orang.
”Masih ada sisa kunjungan wisman pada November dan Desember 2024 yang belum dirilis BPS. Dengan asumsi 100 ribu kunjungan per bulan, jumlah kunjungan wisman 2024 bisa melebihi target, mencapai 1,7 juta orang,” ujarnya.
Dalam berita sebelumnya, Ketua DPC Asosiasi Pariwisata Nasional (Asparnas) Batam, Andi Xie, menyebut bahwa VoA masih menjadi kendala serius bagi iklim pariwisata di Indonesia. Tak sedikit turis yang enggan datang ke Batam karena hambatan pada kebijakan tersebut.
”Kalau bicara faktor penyebab kunjungan wisman di negara kita kalah dengan Thailand, ya, itu karena VoA. Turis realistis. Mereka datang ke sini untuk berlibur. Berapa banyak uang yang mereka habiskan untuk VoA? Seharusnya, biayanya bisa lebih rendah jika aturan VoA sesuai harapan,” katanya, Rabu (21/8/2024) lalu.
Selain itu, strategi pemerintah pusat dalam menggalakkan pariwisata Indonesia dinilai belum maksimal. Padahal, pemanfaatan teknologi seharusnya diterapkan dengan baik dan menyasar wisman.
Andi menambahkan, setelah pandemi Covid-19, berbagai negara telah siap dengan strategi untuk menghidupkan sektor pariwisata. Kebijakan dan dukungan dari pemerintah negara-negara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura dinilai sangat baik dan terarah.
”Thailand adalah salah satu negara yang mengambil langkah tercepat dengan membebaskan visa untuk menyambut wisatawan. Hal yang sama dilakukan Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Negara-negara tersebut mengambil langkah cepat membebaskan visa agar wisatawan dapat langsung berkunjung kapan saja, dan promosi di media sosial mereka juga sangat efektif,” katanya.
Guntur Sakti sebelumnya juga menegaskan bahwa Kepri, sebagai salah satu wilayah penyumbang wisman terbesar ketiga setelah Bali dan Jakarta, membutuhkan perlakuan khusus, terutama terkait kebijakan visa. Salah satu langkah strategis yang diperlukan adalah akselerasi relaksasi VoA yang lebih variatif dengan biaya lebih terjangkau.
”Kepri adalah destinasi wisata perbatasan yang membutuhkan perlakuan khusus, salah satunya relaksasi VoA. Saat ini, bebas visa untuk 10 negara ASEAN dirasa belum cukup. Biaya VoA sebesar Rp500 ribu untuk 97 negara dengan masa tinggal 30 hari sangat tidak terjangkau, mengingat karakter wisman yang datang ke Kepri biasanya hanya tinggal dua hingga tiga hari,” katanya.
Kepri memiliki potensi besar dalam menarik wisatawan, terutama ekspatriat pemegang visa tinggal tetap di Singapu-ra, yang mencapai sekitar dua juta orang. Guntur menambahkan, Kepri akan lebih menarik jika mereka diberikan fasilitas bebas visa kunjungan.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing Kepri di tengah persaingan ketat dengan negara-negara tetang-ga yang menawarkan berbagai kemudahan dan stimulus.
Selain itu, banyak lapangan golf di Singapura yang akan ditutup karena keterbatasan lahan. Kondisi ini memberikan peluang bagi Kepri, yang memiliki sepuluh lapangan golf. Namun, diperlukan insentif regulasi agar peminat olahraga golf lebih memilih Kepri daripada Johor Bahru.
”Kepri memiliki beragam produk dan daya tarik wisata yang menarik, tetapi dampaknya belum maksimal karena regulasi yang kurang mendukung. Relaksasi kebijakan keimigrasian melalui skema visa yang lebih murah dan variatif diharapkan dapat meningkatkan daya saing Kepri sebagai destinasi wisata perbatasan. Kebijakan ini juga dapat berkontribusi besar terhadap devisa negara, jumlah kunjungan wisman, pergerakan ekonomi, dan investasi,” katanya. (***)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL
Editor : RYAN AGUNG