Buka konten ini
Datang dari berbagai latar belakang, para relawan di dapur makan bergizi gratis Makassar berbagi tugas mulai mencuci, memasak, meracik, mengemas, hingga mendistribusikan. Kepuasan terbesar mereka adalah saat membersihkan tempat makan dan tak ada makanan tersisa.
MEREKA mulai berdatangan sejak pukul 03.00, jauh sebelum azan Subuh berkumandang di Makassar, Sulawesi Selatan, dan sekitarnya. Begitu makanan yang akan dikemas siap, dengan segera mereka mengerjakannya.
Makanan-makanan itulah yang paginya akan dibagikan ke para murid di sejumlah sekolah dalam program makan bergizi gratis (MBG). Dan, para pengemasnya merupakan bagian dari 47 relawan yang memiliki berbagai tugas.
”Kami mulai memasak tadi malam pukul 22.00 dan selesai sekitar pukul 04.00 subuh. Setelah itu, makanan dikemas dalam ompreng stainless oleh tim pengemasan yang datang sejak pukul 03.00 Wita,” ujar Geralz Geerhan, anggota Yayasan Kebangsaan Indonesia Raya, mitra SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) Badan Gizi Nasional Makassar.
Dapur umum yang terletak di kompleks IDI, Jalan A.P. Pettarani, Makassar, itu digerakkan oleh para relawan. Para tim bekerja dengan pakaian seragam steril, lengkap dengan topi koki.
Para relawan terbagi dalam beragam tugas, mulai tukang cuci, memasak, meracik, mengemas, hingga mendistribusikan. Selain itu, terdapat tiga tenaga profesional dari BGN, termasuk kepala satuan, ahli gizi, dan akuntan.
Latar Belakang Beragam
Dari 47 relawan tersebut, ada yang direkrut dari remaja mas-jid, masyarakat sekitar, dan penyandang disabilitas tunarungu untuk bagian penge-masan.
”Kami sengaja merekrut karena ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar program MBG melibatkan mereka yang kesulitan mendapatkan pekerjaan,” jelas Geralz.
Semua bahan makanan di-suplai koperasi yang bekerja sama dengan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) sekitar. Menu yang disajikan pun berganti setiap hari. Kemarin menunya telur, sayur, dan buah, lengkap dengan susu.
”Yang pasti, setiap porsi selalu ada buah dan susu,” ujarnya.
Sebelum makanan dikemas, tim ahli gizi memeriksa porsi-nya untuk memastikan kecukupan gizi anak-anak. Kualitas bahan juga diawasi ketat.
”Jika sayur atau bahan lain tidak segar, langsung ditolak,” ungkap Geralz.
Kemarin (7/1) tim mengemas 2.084 porsi makanan yang didistribusikan ke empat sekolah, yaitu SDIT Widyatul Umma, TK Wihdatul Ummah, SD Tamamaung IV, dan SMPN 23 Makassar.
”Besok (hari ini) sekolah yang dilayani akan bertambah menjadi lima,” tambahnya.
Distribusi makanan dimulai pukul 07.00 Wita, diawali dengan TK yang jam pulangnya lebih cepat. Evaluasi awal menunjukkan hasil menggembirakan.
”Anak-anak sangat senang dan kami juga senang karena saat mencuci wadah makan mereka hampir tak menemukan makanan tersisa. Bahkan, kami menemukan surat kecil dalam wadah bertulisan ’Terima Kasih Prabowo Presiden Terbaik’ yang viral di media sosial,” ungkapnya.
Plh Kepala Dinas PendidikanMakassar Muhammad Guntur mengungkapkan, MBG tahap pertama di Makassar melibatkan 9 sekolah yang terdiri atas 3 SMP, 5 SD, dan 1 SMA. Total siswa yang menerima manfaat program tahap awal ini berjumlah sekitar 10.000 orang.
”Untuk produksi makanan dari dapur di tiga kecamatan, berkisar 3.000 hingga 3.500 porsi per hari. Khusus di SMP Negeri 1, mendistribusikan sekitar 1.417 porsi,” jelas Guntur.
Guntur juga mengungkapkan, dalam mendukung pelaksa-naan MBG, Kota Makassar telah memiliki tujuh SPPG yang tersebar di tiga kecamatan.
”Jumlah dapur SPPG ini masih terbatas. Karena itu, distribusi tahap berikutnya akan bergantung pada ketersediaan dapur,” tambahnya. (***)
Reporter : MUHLIS MAJID
Editor : YUSUF HIDAYAT