Buka konten ini
Program makan bergizi gratis (MBG) yang akan dilaksanakan oleh Peme-rintah Indonesia merupakan inisiatif strategis dalam upaya menurunkan angka stunting, meningkatkan kesehatan dan kecerdasan generasi muda, serta mempersiapkan Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
Selain dampak positif pada kualitas sumber daya manusia, program ini juga berpotensi signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui pengem-bangan rantai pasok (supply chain) bahan makanan dan pangan lokal, logistik, transportasi, serta penciptaan lapangan kerja.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, yang berdampak pada perkemba-ngan fisik dan kognitif anak. Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 21,5 persen, dengan target penurunan menjadi 14 persen pada tahun 2024. Program MBG diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam mencapai target tersebut dengan menyediakan akses makanan bergizi bagi kelompok rentan, seperti anak-anak dan ibu hamil.
Visi Indonesia Emas 2045 menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Asupan gizi yang baik sejak dini merupakan fondasi bagi perkembangan kognitif dan kesehatan anak, yang nantinya akan menjadi gene-rasi penerus bangsa. Dengan implementasi program MBG, diharapkan terjadi peningkatan kualitas pendidikan dan produktivitas di masa depan, sejalan de-ngan upaya pemerintah dalam menciptakan generasi emas Indonesia.
Dampak Ekonomi Lokal melalui Pengembangan Rantai Pasok Pangan Lokal
Salah satu aspek penting dari program MBG adalah pemberdayaan ekonomi lokal melalui pengembangan rantai pasok pangan lokal. Dengan memanfaatkan bahan makanan dari petani, peternak, dan nelayan lokal, program ini dapat mening-katkan permintaan terhadap produk lokal, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat kabupaten dan kota. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), program MBG akan memberikan dampak positif pada rantai nilai pangan dan menciptakan lapangan kerja baru.
Implementasi program MBG memerlukan sistem logistik dan transportasi yang efisien untuk memastikan distribusi maka-nan bergizi tepat waktu dan sasaran. Pe-ningkatan aktivitas logistik ini akan membuka peluang bagi sektor transportasi lokal, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Selain itu, pengembangan infrastruktur pendukung akan memberikan efek berkelanjutan bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
Program MBG diproyeksikan dapat menciptakan ribuan lapangan kerja baru di berbagai sektor, mulai dari pertanian, pengolahan makanan, hingga distribusi dan logistik. Menurut estimasi World Food Programme (WFP), setiap 100.000 anak yang mendapatkan program makan gratis dapat menciptakan sekitar 1.377 lapangan kerja.
Selain itu, peningkatan aktivitas ekono-mi ini akan memberikan efek pengganda (multiplier effect) terhadap produk domestik bruto (PDB) lokal. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan bahwa alokasi belanja program MBG sebesar Rp71 triliun pada tahun 2025 dapat mendorong pertumbuhan PDB sebesar 0,06 persen.
Di lain sisi, pemerintah daerah dituntut lebih jeli menangkap peluang program MBG ini sebagai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara lebih proaktif dengan cara mengidentifikasi potensi pangan lokal seperti produk pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mendukung program MBG.
Mendorong partisipasi pelaku ekonomi lokal dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM lokal agar mampu menghasilkan produk pangan berkualitas sesuai standar gizi serta mengembangkan infrastruktur pasar lokal dan meningkatkan sistem logistik dan transportasi.
Pemerintah daerah harus kreatif untuk membuat regulasi daerah dengan kebijakan yang memprioritaskan penggunaan produk lokal sebagai bahan baku dan pengalokasian APBD untuk mendukung pelaksanaan program MBG. Selain tentu saja sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Tantangan dan Strategi Implementasi
Meskipun memiliki potensi besar, implementasi program MBG menghadapi berbagai tantangan, seperti koordinasi antarlembaga, kesiapan infrastruktur, dan pendanaan. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp71 triliun untuk program ini pada tahun 2025, de-ngan target penerima manfaat sebanyak 17 juta jiwa. Selain itu, pembentukan Badan Gizi Nasional diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam pelaksanaan program ini, memastikan bahwa tujuan peningkatan gizi dan pemberdayaan ekonomi lokal dapat tercapai secara efektif.
Program makan bergizi gratis merupakan langkah strategis Pemerintah Indonesia dalam upaya menurunkan angka stunting, meningkatkan kesehatan dan kecerdasan generasi muda, serta mempersiapkan Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
Selain dampak positif pada kualitas sumber daya manusia, program ini juga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui pengembangan rantai pasok pangan lokal, logistik, transportasi, serta penciptaan lapangan kerja. Dengan perencanaan dan implementasi yang matang, program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan Indonesia yang lebih sejahtera dan berdaya saing di masa depan. (*)