Buka konten ini
BATAM (BP) – Ramainya pelamar kerja dalam pelaksanaan job fit beberapa waktu lalu memunculkan kekhawatiran baru di tengah masyarakat: Kota Batam menghadapi tekanan tinggi akibat melonjaknya jumlah pencari kerja.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam, Rudi Sakyakirti, tidak menampik bahwa banyaknya pelamar mencerminkan tingginya minat kerja di Batam. Namun, ia menegaskan bahwa situasi ini tidak semata disebabkan oleh meningkatnya angka pengangguran.
Menurut Rudi, tingginya minat kerja lebih karena Batam tetap menjadi tujuan utama para pencari kerja dari berbagai daerah. Sebagai kota industri dengan prospek ekonomi menjanjikan, Batam dinilai tetap menarik.
“Batam ini, kan, primadona. Semua orang ingin datang ke Batam,” kata Rudi, Jumat (30/5).
Ia menyebut, peluang kerja di Batam tetap terbuka luas. Terlebih dengan adanya kebijakan baru dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) yang menghapus batas usia pelamar kerja. Kini, semua kalangan memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing di dunia kerja.
“Kesempatan itu banyak di sini. Apalagi dengan Surat Edaran baru dari Kemenaker mengenai penghapusan pembatasan usia pelamar kerja. Ini memberi peluang kerja yang sama bagi semua orang di Batam,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa tingginya Upah Minimum Kota (UMK) turut mendorong banyak orang untuk mencari kerja di Batam. “Upah di Batam itu tinggi, hampir Rp5 juta. Itu yang membuat orang berbondong-bondong datang ke sini,” tambahnya.
Menurut Rudi, sistem ketenagakerjaan di Batam memang dinamis. Beberapa perusahaan kerap melakukan penyegaran tenaga kerja, yakni dengan memutus kontrak sebagian karyawan dan merekrut kembali dalam jumlah serupa.
“Setiap saat selalu ada lowongan. Kadang perusahaan melakukan penyegaran, misalnya mem-PHK 10 orang dan kemudian menerima lagi 10 orang. Jadi, perputarannya seperti itu. Maka pengangguran tetap ada,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa permintaan pembuatan kartu AK1 (kartu kuning), yang menjadi syarat utama melamar kerja, saat ini mencapai sekitar 100 permohonan per hari. Hal ini menjadi indikator bahwa arus pencari kerja di Batam masih tinggi.
Meski begitu, Rudi mengklaim bahwa tingkat pengangguran di Batam terus menurun dari tahun ke tahun. “Angkanya saya lupa, tapi yang jelas setiap tahun menurun. Sekarang mungkin tinggal sekitar 7 persenan,” ujarnya.
Ia berharap agar perusahaan-perusahaan di Batam memperluas kapasitas dan menyerap lebih banyak tenaga kerja, bukan justru melakukan pemutusan hubungan kerja.
“Kita harap perusahaan yang sudah ada tidak mengurangi pekerja, tapi justru menambah,” tegas Rudi. (*)
Reporter : Arjuna
Editor : RATNA IRTATIK