Buka konten ini
BATAM (BP) – Wakil Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Li Claudia Chandra, menyampaikan sejumlah kendala dalam penerapan konsep Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (free trade zone/FTZ) kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam upaya mendorong kemudahan investasi di Batam. Dalam pertemuan yang berlangsung baru-baru ini, Li Claudia menyoroti tumpang tindih regulasi yang berpotensi menghambat arus investasi di wilayah strategis tersebut.
Ia menegaskan bahwa Batam sebagai FTZ seharusnya memiliki keistimewaan tersendiri dalam implementasi kebijakan. “Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas, Batam tidak boleh dibebani aturan-aturan yang justru bertentangan dengan semangat FTZ. Banyak kebijakan saat ini justru menambah kompleksitas birokrasi,” kata Li Claudia.
Salah satu contoh yang disampaikan adalah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 2 Tahun 2005, yang mengatur pelimpahan kewenangan penetapan hak atas tanah. Aturan ini, menurutnya, menambah rantai birokrasi karena kini proses tersebut memerlukan tanda tangan Menteri ATR/BPN, bukan lagi cukup di tingkat kepala kantor.
“Dulu penetapan hak atas tanah bisa diselesaikan di level lokal. Sekarang harus menunggu dari pusat. Ini tidak sejalan dengan semangat FTZ,” ucap Li Claudia.
Ia juga menyinggung persoalan dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang dinilai turut mempersulit percepatan realisasi investasi di daerah. Melalui dialog tersebut, Li Claudia berharap pemerintah pusat dapat memberikan perhatian lebih serius terhadap penyesuaian kebijakan yang mendukung iklim investasi yang kondusif.
Hal ini pun sejalan dengan visi Presiden Prabowo dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penyederhanaan birokrasi dan penguatan daerah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. “Jika regulasi disesuaikan dengan kebutuhan kawasan, kami percaya Batam dapat berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkapnya.
Langkah reformasi regulasi ini berjalan beriringan dengan upaya BP Batam mempercantik wajah kota dan menciptakan iklim usaha yang lebih ramah. Dalam rapat internal yang membahas Program Kerja 2025-2029, BP Batam menegaskan fokusnya pada pengembangan lima kawasan strategis: Teluk Tering, Jalan Lingkar Luar Jodoh-Tanjung Pinggir, Hang Nadim Aerocity, DAM Baloi, dan New Nagoya.
Kelima kawasan ini dirancang menjadi pusat ekonomi baru yang dapat meningkatkan konektivitas, nilai lahan, serta memperkuat daya tarik Batam sebagai destinasi investasi. “Penataan kawasan ini harus terintegrasi dengan kebutuhan dunia usaha. Kita ingin semua pihak terlibat dan mendapatkan manfaatnya, terutama masyarakat Batam sendiri,” ujar Li Claudia.
Ia juga membuka ruang komunikasi seluas-luasnya bagi para investor yang mengalami kendala dalam proses perizinan atau pengembangan usaha. BP Batam, kata dia, siap memberikan dukungan maksimal.
“Selama dokumen dan persyaratannya lengkap, kami pastikan proses perizinan berjalan lancar. Datang langsung ke kami, jangan ragu,” ucapnya.
Langkah-langkah tersebut mendapat sambutan positif dari para pelaku usaha, termasuk investor asal Taiwan yang datang ke Batam dalam kunjungan resmi Taipei Economic and Trade Office (TETO), Rabu (23/4).
Kehadiran Mr. Bruce Hung, Representative TETO untuk Indonesia, bersama sejumlah pengusaha Taiwan disambut langsung oleh Deputi Bidang Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Djemy Francis di Marketing Centre BP Batam. Dalam pertemuan itu, Fary menegaskan kesiapan Batam menjadi mitra strategis bagi Taiwan, khususnya di bidang teknologi tinggi, semikonduktor, offshore technology, hingga energi hijau.
“Batam sedang bertransformasi menjadi hub ekonomi digital dan teknologi tinggi. Ini sejalan dengan keunggulan Taiwan di sektor tersebut,” ujar Fary.
Taiwan saat ini merupakan salah satu dari lima negara investor terbesar di Batam, dengan nilai investasi mencapai 35 juta dolar AS (USD), sebagian besar pada sektor semikonduktor dan industri ramah lingkungan.
Bruce Hung menyampaikan kekagumannya terhadap potensi Batam. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah, dan Batam punya posisi strategis untuk menjadi pusat industri masa depan.
“Saya melihat Batam sangat potensial. Perusahaan kami sudah mendapat banyak dukungan dari BP Batam, dan kami berharap kerja sama ini semakin diperkuat,” ujar Bruce. Salah satu bentuk kerja sama yang sudah terjalin adalah di bidang pendidikan, di mana perusahaan Taiwan memberikan pelatihan khusus bagi pekerja asal Batam, hingga kesempatan menempuh pendidikan tinggi di Taiwan.
Kegiatan kunjungan ini juga dihadiri oleh jajaran pimpinan BP Batam seperti Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu Harlas Buana dan Direktur Penanaman Modal Surya Kurniawan Zuhairi, menandakan keseriusan Batam dalam menyambut investasi berkualitas. Dengan pembenahan infrastruktur, kemudahan perizinan, dan dukungan SDM, Batam dinilai siap menyongsong gelombang investasi baru yang berfokus pada teknologi, inovasi, dan keberlan-jutan. (*)
Reporter : FISKA JUANDA
Editor : RYAN AGUNG