Buka konten ini
GAZA (BP) – Pesawat tempur Israel membombardir Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Kota Gaza, Palestina, minggu (13/4) dini hari, menghantam unit gawat darurat dan ruang resepsionis, yang mengakibatkan fasilitas tersebut berhenti beroperasi.
Tragedi Al-Ahli ini menjadi simbol kehancuran kemanusiaan. Menurut sumber setempat, dua rudal menghantam bagian resepsionis rumah sakit, menyebabkan kerusakan parah dan kebakaran di sejumlah unit penting seperti ruang gawat darurat, laboratorium, dan apotek.
Dilansir Antara, saksi mata menyatakan bahÂwa militer Israel mengeluarkan ancaman langsung untuk membom rumah sakit tersebut dan hanya memberikan waktu 18 menit bagi paÂsien, korban luka, dan tenaÂga medis untuk mengungsi.
Evakuasi paksa itu menyebabkan banyak pasien tidak dapat menerima layanan medis, sementara puluhan orang terlihat tergeletak di jalanan sekitar rumah sakit dalam kondisi cuaca ekstrem.
Rumah Sakit Baptis Al-Ahli merupakan fasilitas kesehatan utama yang melayani lebih dari satu juta warga di Kota Gaza dan Distrik Gaza Utara.
Kondisi ini menjadi pukulan telak bagi sistem kesehatan Gaza yang telah kolaps sejak Israel melancarkan agresi militer pada 7 Oktober 2023.
34 RS hingga Puluhan Klinik Hancur
Sejak awal serangan, sedikit-nya 34 rumah sakit dan puluhan pusat kesehatan serta klinik di Gaza telah hancur dan berhenti beroperasi.
Organisasi-organisasi hak asasi manusia mengecam serangan ini sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa yang melindungi fasilitas medis di masa konflik.
Sebelumnya, pada 17 Oktober 2023, Rumah Sakit Baptis Al-Ahli juga menjadi lokasi tragedi besar, saat serangan udara Israel menewaskan 471 warga sipil, termasuk pasien dan pengungsi yang berlindung di sana. Terletak di utara kawasan Al-Zaytoun, Gaza, rumah sakit ini dikelola oleh Gereja Episkopal Anglikan di Yerusalem dan merupakan salah satu rumah sakit tertua di Gaza, berdiri sejak tahun 1882.
Dalam beberapa bulan terakhir, pascahancurnya Rumah Sakit Al-Shifa, Rumah Sakit Indonesia, dan Rumah Sakit Kamal Adwan, Rumah Sakit Baptis Al-Ahli menjadi tumpuan utama layanan kesehatan di Gaza utara. Sejak runtuhnya gencatan senjata pada 18 Maret 2025, rumah sakit ini menerima puluhan korban luka setiap harinya akibat serangan udara Israel.
Petisi Mantan Mossad
Sementara itu, lebih dari 250 mantan pejabat badan inteli-jen Israel, Mossad, menandatangani petisi pada Minggu (13/4) malam yang menyerukan penghentian segera perang di Gaza dan mendesak pembebasan para sandera, menu-rut laporan media Israel.
Harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa petisi tersebut diinisiasi oleh mantan anggota Mossad, Gail Shorsh, dan ditandatangani oleh tiga mantan kepala Mossad: Danny Yatom, Ephraim Halevy, dan Tamir Pardo, serta puluhan kepala dan wakil kepala departemen lembaga tersebut.
Petisi ini merupakan yang kedua dalam 24 jam terakhir yang ditandatangani oleh manÂtan dan anggota aktif lembaga keamanan Israel.
Gelombang penolakan terhadap perang di Gaza semakin meluas di kalangan lembaÂga keamanan. Sejak Kamis, setidaknya enam petisi telah diÂrilis oleh pasukan cadangan, perÂwira militer yang telah pensiun, dan para veteran dari berbagai cabang militer.
Sebelumnya pada hari yang sama, sekitar 200 dokter cadangan militer juga menandatangani petisi yang mendesak diakhirinya perang dan pemulangan para sandera yang ditawan di Gaza. (***)
Reporter : JP Group
Editor : andriani susilawati