Buka konten ini
Acha Septriasa dipercaya memerankan karakter Azizah di film Qodrat 2. Dia mengatakan, untuk menjiwai peran sebagai istri Ustadz Qodrat (Vino G. Bastian) itu tidak mudah.
Acha mengaku kewalahan untuk menemukan sekaligus menguatkan karakternya itu. Sebab di film pertamanya, Azizah belum muncul.
Acha harus berupaya sendiri untuk menemukan jiwa Azizah di dalam dirinya. Banyak cara yang dilakukan oleh Acha, selain mengandalkan skrip atau berdiskusi dengan lawan mainnya dan sutradara Charles Gozali. Salah satunya, dengan membaca karya puisi penyair terkenal.
Gimana cerita awal Acha terlibat di dalam proyek ini? Apakah melalui proses casting?
Nggak casting, jadi lang-sung. Aku datang ke kantor Magma Entertainment karena memang dipanggil. Waktu itu aku ditelepon sama Charles katanya lagi mencari peran Azizah untuk film Qodrat 2.
Ternyata ada 5 orang yang inget namaku di waktu yang sama. Setelah mendapat tawaran tersebut, apakah Acha sempat meminta waktu untuk mempertimbangkannya?
Justru aku di Sydney itu lagi pengin banget kerja. Aku sempat berdoa ‘Ya Allah berilah saya pekerjaan yang bisa mendekatkan saya kepada-Mu’.
Dan 10 menit kemudian, habis salat Asar, ditelepon sama Charles.
Apa yang Charles katakan di telepon itu?
‘Cha, ini aneh banget, gue lagi nyari peran Azizah film Qodrat 2, kepikiran lo. Tapi kita masih nyangkanya lu available nggak ya? Karena kan jauh.
Terus gue ngelihat foto lo di Instagram, lo lagi di pantai pakai baju seksi, nggak pantes jadi Azizah. Jadi, kita ragu mau manggil lo’.
Sempat tertekan, nggak, selama proses mendalami karakter Azizah?
Dari telepon itu, 2 minggu kemudian datang lah ke kantor Magma.
Di situ udah ada Vino, mas Donny Alamsyah, dan lain-lain udah latihan fighting juga. Pressure dong kayak,wah, udah sampai mana nih semua? Pas datang juga rambutku masih bule kan, hahaha.
Bayangan Azizah yang ada di pikiran Acha bagaimana?
Namanya istri seorang ustaz, pikiran aku Azizah itu keturunan orang sakti, jago baca Al-Qur’an.
Ternyata, Azizah masih belajar agama, istri yang berupaya mendampingi suaminya.
Dia juga sempat ditinggalkan, jadi merasa sendiri. Dia juga berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak mereka.
Secara karakter, apakah itu menyulitkan Acha?
Iya, untuk menjadi seseorang yang sederhana ternyata sulit buat aku. Menjadi orang yang benar-benar bisa mendampingi, itu ternyata tidak mudah.
Gimana caranya aku mendeskripsikan perempuan seperti ini, ya? Menonjol juga nggak terlalu, terus merasa berdosa lagi.
Adegan salat tobat Azizah, bikin penonton ikut gelisah sekaligus takut di waktu yang sama. Bagaimana cara Acha mendalami scene tersebut?
Itu di-take di hari ke-10 atau hari ke-15 syuting.
Aku merasa beruntung dan senang adegan itu ada di agak belakang. Akhirnya aku dapat inspirasi di take terakhir setelah baca puisi terakhir W.S Rendra sebelum meninggal, Hidup itu seperti uap. Sebenarnya puisinya udah lama ada di note handphone-ku, tapi baru baca lagi di hari itu. Jadi, kayak dapat wahyu, gitu.
Berapa kali mengulang adegan salat tobat itu?
Cuma 3 kali.
Dua take sebelumnya aku merasa kurang maksimal. Karena puisi W.S. Rendra itu aku jadi terbawa. Itu bantuan dari Allah juga karena ini adalah adegan yang sakral, tentang salat.
Akhirnya, di take ketiga itu aku bilang (ke sutradara, red) ‘aku pikir, aku nggak bisa ngulang lagi’.
Apa itu jadi adegan tersulit untuk Acha?
Yang paling sulit pastinya semua adegan yang berkaitan sama salat dan hafalan Al-Qur’an. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : UMY KALSUM