Buka konten ini
JAKARTA (BP) – ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh stagnan di level 5 persen pada 2025. Proyeksi itu tidak banyak berubah dibanding realisasi yang ada. Seperti diketahui, sepanjang tahun lalu, pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,03 persen.
Ekonom Utama AMRO Sumio Ishikawa menyebut konsumsi dalam negeri masih akan menjadi motor utama pertumbuhan. Sedangkan, berbagai program prioritas pemerintah bakal menjadi pendukung. “Selain itu, koordinasi kebijakan tetap menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan di tengah lingkungan eksternal yang menantang,” tuturnya, Rabu (5/3).
Dari sisi fiskal, pemerintah telah mengambil sikap ekspansif.
Yakni, memperlebar defisit anggaran menjadi 2,3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Tujuannya untuk mendorong perekonomian dan mempercepat proyek infrastruktur. “Pada tahun ini, defisit anggaran mungkin akan meningkat lebih lanjut,” ucap Ishikawa.
Hal itu didasarkan pada langkah pemerintah memperkenalkan program-program prioritas baru termasuk makanan bergizi gratis, memberikan subsidi tambahan kepada rumah tangga berpendapatan rendah, dan menerapkan tarif PPN yang lebih tinggi sebesar 12 persen hanya untuk barang-barang mewah. Ditambah lagi, pengenalan sistem administrasi pajak inti (PSIAP) atau coretax yang baru ditujukan untuk meningkatkan efisiensi administrasi pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
AMRO menilai, prospek pertumbuhan jangka pendek Indonesia, seperti ekonomi pasar berkembang lainnya, mungkin menghadapi risiko dan tantangan yang utamanya berasal dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang baru. Serta, potensi ketegangan perdagangan global yang meningkatkan ketidakpastian pertumbuhan di mitra dagang utama, terutama Tiongkok, AS, dan Eropa.
Risiko volatilitas aliran modal dan biaya pinjaman yang tinggi terus berlanjut dengan latar belakang pengetatan keuangan global yang terbilang masuk akal. ”Sulit untuk mencapai target konsolidasi fiskal jangka menengah pemerintah dengan defisit anggaran yang diperkirakan akan melebar karena, meningkatnya kebutuhan belanja dari program-program prioritas baru,” paparnya.
Dia melanjutkan, tantangan struktural jangka panjang meliputi beberapa hal. Di antaranya, diversifikasi ekonomi dan peningkatan status ke negara berpendapatan tinggi, penyempitan kesenjangan regional, dan transisi ke ekonomi hijau dengan opsi pendanaan terbatas.
AMRO merekomendasikan agar pemerintah RI harus meningkatkan upaya meningkatkan mobilisasi pendapatan dan memprioritaskan kembali pengeluaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pajak dan reformasi administrasi harus terus didorong untuk meningkatkan pendapatan negara.
“AMRO menyambut baik penataan ulang prioritas anggaran dengan memangkas pengeluaran yang tidak penting. Serta, meningkatkan penargetan kebijakan subsidi saat ini untuk menyalurkan sumber daya fiskal ke infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia, serta mitigasi perubahan iklim,” beber Ishikawa. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor: RYAN AGUNG