Buka konten ini
Sebanyak 213.700 siswa dari 959 sekolah di Kota Batam, baik negeri maupun swasta, akan menjadi penerima manfaat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh pemerintah. Program ini menyasar siswa mulai dari tingkat TK, PAUD, hingga SMP untuk memastikan akses nutrisi yang memadai bagi seluruh peserta didik, tanpa memandang status sekolah mereka.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Batam, Tri Wahyu Rubianto, menyatakan bahwa program ini mencakup berbagai tingkatan pendidikan di Kota Batam.
”Total 959 sekolah telah diusulkan untuk mengikuti program ini, termasuk gabungan sekolah negeri dan swasta di semua tingkatan,” ungkap Tri Wahyu, Jumat (10/1).
Tri menjelaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan program MBG sangat bergantung pada kesiapan dapur umum yang bertugas menyiapkan makanan untuk para siswa. Hingga saat ini, baru terdapat empat dapur umum di Kota Batam yang telah disiapkan, dengan masing-masing dapur mampu melaya-ni hingga 3.500 siswa.
”Kami menargetkan distribusi makanan mulai dilakukan pada Senin, 13 Januari 2024. Namun, teknis pelaksanaannya akan bergantung pada kapasitas dapur yang tersedia,” jelasnya.
Terkait jadwal pelaksanaan, Tri mengungkapkan bahwa program ini mungkin tidak langsung berjalan serentak di semua sekolah. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kesiapan masing-masing dapur umum yang membutuhkan pengaturan operasional.
”Saya belum bisa memastikan apakah pelaksanaan dilakukan serentak atau bertahap. Kesiapan dapur umum sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG),” tambahnya.
Program MBG merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda di Kota Batam. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan fokus belajar siswa di sekolah melalui asupan makanan yang terjamin kualitas nut-risinya.
Pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan evaluasi dan pengembangan program agar manfaatnya dapat dirasakan secara maksimal oleh seluruh siswa di Batam.
Sementara itu, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kodim 0316/Batam, Widia Aprilia, menyatakan bah-wa pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait pelaksanaan program ini. Namun, untuk informasi lebih lanjut, Widia meminta untuk menghubungi Biro Komunikasi Kepresidenan atau Biro Komunikasi BGN Pusat.
”Untuk wawancara, silakan hubungi Biro Komunikasi Kepresidenan atau Biro Komunikasi di BGN Pusat terlebih dahulu, terima kasih,” ujar Widia singkat.
Sebelumnya, pada tahap awal Kecamatan Bengkong dipilih sebagai lokasi uji coba MBG di Kota Batam. Pemilihan ini didasarkan pada keberadaan dapur umum sehat milik Badan Gizi Nasional (BGN) di wilayah ini, yang dinilai strategis untuk mendukung distribusi makanan bergizi ke sekolah-sekolah di wilayah tersebut.
“Kecamatan Bengkong dipilih karena memiliki dapur umum sehat yang saat ini beroperasi di wilayah ini,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Tri Rubianto.
Uji coba program MBG juga dilaksanakan di empat sekolah dasar di Kecamatan Bengkong.
Jangan Gunakan Wadah Sekali Pakai
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Herman Rozie, mengingatkan potensi lonjakan sampah plastik dan styrofoam akibat pelaksa-naan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), jika kemasan sekali pakai digunakan secara masif.
Dalam pernyataannya, Herman menyoroti dampak lingkungan dari penggunaan kemasan sekali pakai dalam program tersebut.
”Bayangkan jumlah sampahnya jika menggunakan plastik atau styrofoam. Anak SD, SMP, hingga SMA di Batam jumlahnya puluhan (ratusan) ribu. Sampah yang dihasilkan bisa sangat besar,” ujarnya, Jumat (9/1).
Ia menambahkan bahwa dampak negatif terhadap lingkungan harus menjadi perhatian serius sejak awal pelaksanaan program. Menurutnya, masalah sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab DLH, tetapi juga seluruh pihak yang terlibat dalam program ini.
Sebagai solusi, DLH Batam menyarankan penggunaan wadah yang dapat digunakan kembali, seperti boks berbahan stainless steel atau wadah lainnya yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
”Ini bukan hanya soal menye-diakan makanan bergizi, tetapi juga soal menjaga kelestarian lingkungan,” kata Herman.
Hal terpenting adalah mengintegrasikan aspek keberlanjutan dalam program makan gratis. Program ini berpotensi memberikan dampak positif yang lebih besar jika pengelolaan limbah diperhatikan dengan baik.
”Keberlanjutan lingkungan harus menjadi bagian dari perencanaannya agar program ini bisa berjalan dalam jangka panjang,” katanya.
Herman menyoroti tanta-ngan pengelolaan sampah plastik sebagai hal yang perlu segera diatasi sebelum program ini resmi diluncurkan. Ia mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam meminimalkan dampak lingkungan.
DLH, lanjut Herman, berkomitmen untuk bekerja sama dengan instansi terkait untuk memastikan pengelolaan sampah dari program ini dapat dilakukan secara efektif. Ia berharap adanya upaya proaktif dari pemerintah daerah maupun pihak sekolah untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai.
DLH juga berencana memberikan edukasi kepada masya-rakat dan siswa terkait pentingnya pengelolaan sampah. Program ini tidak hanya berfokus pada makanan bergizi, tetapi juga mendidik masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.
Menurut Herman, jika semua pihak berkontribusi, program makan bergizi gratis bisa menjadi contoh sukses pelaksanaan program yang ramah lingkungan. ”Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita bisa peduli pada kesehatan anak-anak sekaligus menjaga bumi,” katanya.
Keberhasilan program MBG tidak hanya diukur dari distribusi makanan, tetapi juga dari bagaimana program ini mampu menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. (***)
Reporter : Rengga Yuliandra ARJUNA
Editor : RATNA IRTATIK