Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Perbedaan penetapan kalender Hijriah berpotensi kembali terjadi tahun ini. Penetapan awal puasa Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha bakal berbeda antara versi pemerintah dan Muhammadiyah.
Versi Muhammadiyah tertuang dalam Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang menjadi rujukan mereka. Di dalam KHGT itu, Muhammadiyah menyampaikan awal puasa atau 1 Ramadan 2025 jatuh pada Sabtu, 1 Maret. Kemudian, 1 Syawal atau Lebaran jatuh pada Minggu, 30 Maret. Sedangkan Iduladha atau 10 Zulhijah jatuh pada Jumat, 6 Juni.
“Ada potensi perbedaan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah,” kata Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djama-luddin saat dihubungi Selasa (7/1).
Dalam paparan tertulisnya, mantan kepala Lembaga Pener-bangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu mengatakan, berdasar hisab, 1 Ramadan 2025 jatuh pada 1 Maret. “Ada kemungkinan sidang isbat (Kemenag) menetapkan (1 Ramadan) jatuh pada 2 Maret,” terang Thomas dalam analisis tertulisnya.
Berikutnya untuk penetapan 1 Syawal atau Lebaran, hasil analisis Thomas menyebutkan bakal jatuh pada 31 Maret. Lalu, penetapan 1 Zulhijah sebagai acuan Iduladha juga bakal berbeda.
Muhammadiyah di dalam KHGT menetapkan 1 Zulhijah jatuh pada 28 Mei sehingga 10 Zulhijah atau Iduladha jatuh pada 6 Juni.
Sementara itu, lanjut Thomas, sidang isbat Kemenag berpotensi menetapkan 1 Zulhijah jatuh pada 29 Mei. Dengan begitu, Iduladha versi hasil sidang isbat Kemenag nanti jatuh pada 7 Juni. Namun, Thomas menga-takan bahwa masyarakat harus tetap menunggu hasil resmi sidang isbat Kemenag.
Selama ini Muhammadiyah menggunakan metode hisab. Kriteria yang digunakan adalah posisi hilal di atas nol derajat sudah masuk bulan berikutnya. Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyat atau melihat langsung posisi hilal. Seperti diketahui, untuk bisa dirukyat atau terlihat dengan teropong, tinggi hilal harus di atas 3 derajat di atas ufuk. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO