Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Pemerintah menetapkan target optimistis untuk meningkatkan ekspor Indonesia pada 2025. Proyeksi kenaikannya sebesar 7,1 persen atau mencapai nilai USD 294,45 miliar.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, langkah tersebut diharapkan dapat menjaga tren pertumbuhan ekonomi Indonesia secara positif. Itu sejalan dengan visi mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029. Target tersebut juga telah melalui perhitungan matang.
”Kami telah memperhitungkan faktor seperti PDB dunia, PDB Indonesia, nilai tukar, dan harga komoditas global. Ekspor nasional pada 2025 ditargetkan tumbuh 7,1 persen atau setara dengan USD 294,45 miliar,” paparnya di Jakarta, Senin (6/1).
Selain ekspor nasional, Kementerian Perdagangan membidik pertumbuhan ekspor usaha mikro, kecil, dan mene-ngah (UMKM). Pada 2025, ekspor UMKM ditargetkan meningkat 9,63 persen mencapai USD 19,33 miliar. Angka itu diharapkan terus melonjak hingga USD 35,29 miliar pada 2029 yang mencerminkan pertumbuhan 21,57 persen.
Budi juga menargetkan peningkatan ekspor ke 33 negara yang memiliki perwakilan perdagangan luar negeri. Pada 2025 ekspor ke negara-negara tersebut diproyeksikan mencapai USD 225,69 miliar, naik 7,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
”Untuk sektor UMKM, ekspor ke negara-negara akreditasi juga diharapkan tumbuh 9,63 persen pada 2025 dengan nilai mencapai USD 19,33 miliar,” bebernya.
Dia menambahkan, angka-angka tersebut bersifat dinamis. Sebab, rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dan rencana strategis Kementerian Perdagangan (Renstra Kemendag) masih dalam tahap pembahasan.
”Kami masih merujuk pada data baseline dari IMF dan World Bank per Oktober 2024,” tuturnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, pemerintah Indonesia memang perlu meningkatkan investasi, ekspor, dan pengeluaran pemerintah untuk menggerakkan perekonomian demi mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
”Untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, saya rasa kita harus meningkatkan investasi, meningkatkan ekspor, sehingga mesin pertumbuhan ekonomi tidak hanya konsumsi rumah tangga, tetapi juga dari ekspor, investasi, dan pengeluaran pemerintah,” ujar Esther.
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8 persen, lanjut dia, dibutuhkan ruang fiskal yang lebar dan luas sehingga utang harus dikendalikan dan dikurangi. Selain itu, Esther mengatakan, rasio pajak (tax ratio) atau penerimaan negara yang berasal dari pajak harus ditingkatkan secara optimal. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen tercapai, kesejahteraan masyarakat makin meningkat.
”Pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo ini sa-ngat ambisius. Namun, kalau memang itu bisa terjadi, kita akan mendapatkan welfare yang cukup meningkat,” tegasnya. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : YUSUF HIDAYAT