Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sepanjang 2024 terjaga. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, sepanjang tahun lalu realisasi sementara menunjukkan defisit APBN tercatat Rp507,8 triliun.
Ani –sapaan akrab Sri Mulyani– memerinci, defisit itu berasal dari belanja negara sebesar Rp3.350,3 triliun yang lebih besar dibandingkan pendapatan negara yang mencapai Rp2.842,5 triliun.
Dengan realisasi saat ini, Menkeu menyebut kinerja APBN 2024 secara umum tetap terkendali. “APBN 2024 itu kita tutup dengan jauh lebih baik dari yang kita prediksi di pertengahan tahun,” ujarnya pada konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin (6/1).
Ani menjelaskan, pada outlook (laporan sementara/lapsem), pendapatan negara didesain mencapai Rp2.802,5 triliun dan belanja negara mencapai Rp3.412,2 triliun. Serta, defisit sebesar Rp609,7 triliun.
Dengan realisasi defisit APBN yang mencapai Rp507,8 triliun (2,29 persen PDB), Menkeu menyatakan hal itu sebagai capaian yang bagus. Sebab, angka tersebut tidak hanya lebih rendah dari lapsem yang mencapai Rp609,7 triliun, tapi juga lebih rendah dibandingkan desain defisit awal Rp522,8 triliun.
Pendapatan negara yang mencapai Rp2.842,5 triliun itu berasal dari tiga sumber. Pertama, penerimaan pajak sebesar Rp1.932,4 triliun atau 100,5 persen dari target, tumbuh 3,5 persen yoy. Serta, kepabeanan dan cukai Rp300,2 triliun. Kedua, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp579,5 triliun atau 117 persen dari target. PNBP ditopang kinerja BUMN, inovasi layanan, dan peningkatan kinerja BLU yang semakin baik. Ketiga, hibah sebesar Rp34,9 triliun.
Pendapatan negara bisa melampaui target karena ki-nerja positif pada sisi PNBP dan hibah. “Jadi, ini tiga pendapatan negara kita dalam situasi yang begitu rentan, begitu tidak pasti tekanan bertubi-tubi masih terjaga,” imbuh Ani.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menambahkan, dari sisi belanja, realisasi sepanjang 2024 mencapai Rp3.350 triliun atau 100,8 persen dari target sebesar Rp3.325,1 triliun.
“Belanja negara ini sejak 2020 selalu meningkat pertumbuhan yang positif. 2020 mening-kat 12,4 persen, 2021 naik 7,4 persen, 2022 tumbuh 11,1 persen, dan 2023 meningkat 0,8 persen,” bebernya.
Realisasi belanja negara tersebut terdiri atas belanja kementerian/lembaga (K/L) mencapai Rp1.315 triliun, belanja non-K/L sebesar Rp1.171,7 triliun, serta realisa-si transfer ke daerah (TKD) Rp863,5 triliun.
Suahasil menjelaskan, reali-sasi belanja negara tersebut digunakan antara lain untuk bantuan pangan memitigasi dampak El Nino, stabilisasi harga pangan (SPHP) untuk stabilisasi harga pangan, subsidi dan kompensasi energi untuk stabilisasi harga BBM dan listrik serta LPG 3 kg.
Belanja negara juga disalurkan untuk kegiatan pemilu dan pilkada serentak, duku-ngan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan. Serta, pembangunan PSN dan IKN. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO