Buka konten ini
PEMIMPIN harus bisa berperan sebagai jembatan yang menghubungkan satu kelompok dengan kelompok lain, individu satu dengan individu lain, punya fleksibilitas yang tinggi sekaligus memiliki prinsip yang tegas. Ia harus tahu kapan saatnya mengambil keputusan, bernegosiasi, me-ngalah, meminta maaf, dan bersikap tegas dengan keputusan yang diambilnya.
Kunci keberhasilan seorang pemimpin sesungguhnya terletak pada attitude, karakter, atau watak. Setelah watak, baru keberanian dan kemampuan. Pemimpin yang kuat tak bisa hanya bermodal kepintaran, karena jika itu yang menjadi dasar kepemimpinan, maka yang didapat hanyalah “kekuasaan” yang beralaskan uang.
Namun, jika yang dicari adalah pemimpin yang berwatak, maka yang akan didapat lebih dari sekadar uang, yakni martabat yang tidak terhitung dalam rumus manajemen keuangan.
Pemimpin yang berkualitas dan berintegritas, minimal memiliki tiga persyaratan. Pertama, memiliki satu perangkat kemampuan tertentu mengenai bidangnya. Jadilah ahli dalam bidang masing-masing. Kedua, membawa kemampuan serta keahliannya dan membangun aliansi dengan orang lain yang punya kemampuan serta sumber daya, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan.
Ketiga, memiliki integritas diri. Integritas diri akan membentuk reputasi atau pres-tasi diri yang kuat pada diri seseorang. Orang yang lebih terarah kehidupannya, akan lebih cepat prestasinya di dalam seluruh bidang kehidupannya dibandingkan dengan yang tidak terarah.
Pribadi yang Berintegritas
Untuk menjadi pribadi berintegritas, maka harus berkomitmen kuat agar terus konsisten berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral, etik dan kebijakan yang berlaku dalam masyarakat. Pribadi berintegritas memiliki karakteristik sebagai berikut.
Pertama, menjunjung tinggi nilai kejujuran dan etika dalam perkataan dan tindakan sehari-hari. Menjadi orang jujur bukanlah bawaan lahiriah, namun perlu dilatih. Tanamkan sikap untuk mengatakan yang benar setiap hari. Sikap ini akan berkembang menjadi kebiasaan jujur dan akhirnya menjadi karakter jujur.
Kedua, tidak mementingkan diri sendiri. Cerminan dari sikap ini terbangun melalui dasar disiplin diri, kekuatan moral di tengah api godaan, kemampuan untuk bersabar ketika hidup ini tidak berjalan mulus, ketahanan uji yang tetap teguh sekalipun tidak ada yang melihat, serta menepati janji-janji.
Ketiga, tetap setia pada komitmen, bahkan ketika kondisi tidak nyaman sekalipun yang bersangkutan tetap memegang teguh nilai-nilai tertentu yang diyakininya benar. Mengutamakan hidup dengan keyakinan, ketimbang dengan apa yang disukai sebagai pondasi dari kehidupan.
Keempat, memiliki hati yang tulus. Apapun profesi kita, tidak memiliki maksud tersembunyi da
lam artian tidak munafik, dan tidak mengenakan “topeng” serta tidak menjadi “orang lain” dalam relasi kita sehari-hari. Menjadi diri kita sendiri dalam bertindak dan tidak sibuk meniru kepribadian orang lain.
Kelima, tidak menyimpan kesalahan. Jika terjadi konflik dengan siapapun, segera bereskan konflik tersebut supaya tidak menjadi bom waktu yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Jangan mengingat-ingat kesalahan orang lain karena hal itu akan menimbulkan dendam. Orang yang tidak pernah mengakui kesalahan maka dia tidak akan pernah tahu kesalahannya, sehingga dia akan cenderung untuk terus berbuat salah.
Keenam, bertanggung jawab. Kunci untuk hidup dalam integritas ialah bertanggung jawab terhadap komitmen yang telah kita buat, kapan dan di manapun kita berada.
Karakteritik tersebut yang menjadi pilar sekaligus pondasi utama kepemimpinan, di mana hubungan antara pemimpin dan pengikutnya dibangun.
Jika diumpamakan seperti manusia yang terdiri atas badan dan jiwa, posisi atau jabatan formal seorang pemimpin adalah badan, sedangkan roh kepemimpinan adalah jiwa. Pemimpin adalah orang yang tahu tujuan mereka, kemudian berdiri dan berjalan ke arah tujuan tersebut.
Itulah yang disebut sebagai pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Integritas merupakan sebuah keterampilan yang harus dilatih terus-menerus, diajarkan dan dipelajari sepanjang hidup. Dalam dunia kerja, integritas merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga pengakuan profesionalnya. Pekerja yang tidak berintegritas berarti dia tidak profesional dalam menjalankan profesinya.
Mengingat pentingnya fondasi pribadi yang berintegritas, mari kita sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai integritas diri dalam menjalankan profesi kita masing-masing, menuju kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. Kita semua bisa menjawab sendiri, apa hakikat dari hidup dan kehidupan di dunia ini? Jika ternyata hidupnya diselimuti dengan kebohongan dan kemunafikan, maka tentu tak bisa menjadi pemimpin. (***)
Oleh:
MACHASIN
Dosen Prodi Ilmu Manajemen FEB UNRI