Buka konten ini
Manajemen PSS berjanji menyampaikan kepastian persiapan tim ke Liga 2 setelah rapat bersama komisaris. Mantan pelatih menilai Super Elja sebagai gambaran sepak bola Indonesia masa depan.
DI laga terakhir ketika tim kesayangan mereka tak bisa sepenuhnya menentukan nasib sendiri pun suporter PSS Sleman masih demikian loyal. Sekitar 40 bus mengangkut mereka ber-tret-tet-tet ke kandang Madura United di Bangkalan.
Pada Sabtu (24/5) sore itu, mereka mendominasi Gelora Bangkalan. Tak henti-hentinya menyuarakan dukungan dengan kreatif. Dan, itu berbuah: PSS menang 3-0, kemenangan beruntun dalam empat laga terakhir tim berjuluk Super Elang Jawa (Elja) tersebut.
Tapi, sayang, semuanya itu tak mampu menyelamatkan tim asuhan Pieter Huistra tersebut dari degradasi dari Liga 1, strata tertinggi kompetisi sepak bola di tanah air. Sebab, di waktu bersamaan di Malang, Semen Padang juga menang 2-0 atas tuan rumah Arema FC.
Mereka turun strata bersama mantan jawara Liga Indonesia PSIS Semarang dan mantan tim Galatama Barito Putera. Ini degradasi pertama PSS dalam tujuh musim terakhir.
”Andai tidak ada pengurangan poin di awal kompetisi, kami mungkin bisa selamat dan masih di Liga 1. Sangat sulit mengawali musim dengan minus tiga poin,” kata Huistra seusai laga melawan Madura United.
Seperti halnya semua elemen PSS, Huistra luar biasa sedih. Apalagi, tim yang berkandang di Stadion Maguwoharjo, Sleman, itu adalah klub pertama dalam karier pelatih asal Belanda tersebut yang harus turun strata.
”Saya tidak pernah merasakan rasa sakit seperti ini. Tapi, tentu banyak pelajaran. Khususnya soal psikologis,” ucapnya.
Dengan basis suporter masif, kreatif, dan terkoordinasi, terdegradasinya PSS jelas kehilangan besar tak hanya bagi warga Sleman, tapi juga Liga 1. Tapi, manajemen berjanji segera bergerak cepat agar bisa kembali ke strata teratas.
Evaluasi secara menyeluruh bakal dilakukan sebelum kemudian menyusun strategi ke depan. Langkah-langkah perbaikan tersebut akan dibahas dalam rapat bersama jajaran komisaris guna memastikan kesiapan tim menghadapi tantangan di Liga 2 musim 2025–2026 mendatang.
”Rencana untuk musim depan tentu sudah kami pikirkan. Untuk kepastiannya akan kami umumkan setelah adanya rapat bersama komisaris,” kata Manajer PSS Sleman Leonard Tupamahu kepada Radar Jogja (grup Batam Pos), Senin (26/5).
Musim 2024–2025 ini memang menjadi salah satu periode paling menantang bagi PSS. Sejak awal kompetisi, mereka harus menghadapi berbagai kendala, seperti pengurangan tiga poin, kesulitan mencetak gol di awal musim, sampai menjadi tim musafir karena Stadion Maguwoharjo belum selesainya renovasi. Dinamika internal juga turut mewarnai perjalanan tim dengan pergantian pelatih kepala sebanyak tiga kali sepanjang musim.
Liga 2 juga bakal tidak lebih mudah. Persaingannya keras karena ada sejumlah tim dengan reputasi besar bercokol di sana. Apalagi, PSS tak akan lagi bisa ditangani Huistra.
Mantan pelatih Borneo FC itu sebenarnya ingin bertahan. ”Tapi, regulasi Liga 2 tidak memperbolehkan hal tersebut,” paparnya. Slemania, salah satu kelompok pendukung PSS, meskipun masih sangat kecewa, tetap mendeklarasikan kesiapan mereka untuk mendukung di level mana pun Super Elja bermain.
”Jangan lama-lama di Liga 2, segera bangkit,” kata Jatiyono, salah seorang Slemania.
Di Liga 2, lanjut Jatiyono, harus mengambil seluruh pelajaran sepanjang musim ini. Khususnya soal pembentukan tim. ”Manajemen harus teliti, jangan salah pilih pelatih dan pemain. Ojo kapusan brosur (jangan tertipu brosur),” ucapnya.
Ketua Slemania Eko Penyo sependapat. Dia juga menegaskan harus segera ada evaluasi agar PSS secepatnya naik kasta ke Liga 1 lagi. ”Kami hanya ingin PSS main bagus dan kembali ke kasta tertinggi lagi,” bebernya.
PSS, di mata Huistra, tim yang sangat potensial. Mantan direktur teknik PSSI itu menyebut perubahan Stadion Maguwoharjo setelah renovasi sebagai salah satu contoh. Belum lagi, suporter PSS yang selalu menampilkan dukungan menggelora di tiap laga kandang.
”Saya pikir, PSS adalah gambaran masa depan sepak bola Indonesia. Sangat punya passion dan profesional,” ujarnya. (***)
Laporan: FARID S. MAULANA – RIZKY WAHYU A.H.
Editor: RYAN AGUNG