Buka konten ini
AMERIKA SERIKAT (BP) – Pemerintahan Presiden Donald Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan penarikan sekitar 4.500 tentara Amerika Serikat (AS) dari Korea Selatan, sebagai bagian dari U.S. Forces Korea (USFK) yang saat ini berjumlah sekitar 28.500 personel. Pasukan ini kemungkinan akan dipindahkan ke lokasi lain di kawasan Indo-Pasifik, termasuk ke Guam.
Menurut laporan The Wall Street Journal, rencana ini menjadi bagian dari tinjauan kebijakan informal yang disiapkan untuk pertimbangan Presiden AS dalam merespons ancaman dari Korea Utara. Seorang pejabat pertahanan AS, yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa langkah ini berpotensi meningkatkan kekhawatiran keamanan di Korea Selatan.
Meski demikian, juru bicara Pentagon mengatakan kepada Kantor Berita Yonhap bahwa belum ada keputusan resmi terkait pengurangan pasukan AS di Semenanjung Korea.
Langkah ini disebut-sebut terkait dengan upaya pemerintahan Trump untuk meningkatkan fleksibilitas strategis militer AS di kawasan, sekaligus mendorong Korea Selatan untuk mengambil peran lebih besar dalam pembiayaan pertahanannya sendiri. Kebijakan ini juga sejalan dengan agenda America First yang mengedepankan efisiensi anggaran dan pengurangan keterlibatan militer di luar negeri.
Namun, rencana tersebut menuai kekhawatiran dari sejumlah petinggi militer AS. Dalam sidang Senat bulan lalu, Komandan Komando Indo-Pasifik Laksamana Samuel Paparo Jr. dan Komandan USFK Jenderal Xavier Brunson menyampaikan pandangan kritis terhadap wacana penarikan pasukan tersebut.
Paparo memperingatkan bahwa pengurangan pasukan AS di Korea Selatan dapat meningkatkan risiko invasi dari Korea Utara.
“Dengan hilangnya kekuatan militer di Semenanjung Korea, kemungkinan serangan dari Korea Utara akan meningkat,” ujarnya.
Brunson menambahkan, pasukan AS di Korea Selatan selama lebih dari 75 tahun telah memainkan peran vital dalam menjaga stabilitas kawasan. Ia menekankan pentingnya mempertahankan kekuatan tersebut untuk menahan pengaruh Rusia dan Tiongkok di kawasan.
“Apa yang kami hadirkan di sana adalah potensi untuk menekan Rusia di Laut Timur, menekan Tiongkok di Laut Barat, dan terus menahan Korea Utara,” kata Brunson.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Elbridge Colby, dalam wawancara dengan Yonhap pada Mei tahun lalu, menyatakan bahwa AS seharusnya memusatkan perhatian pada ancaman dari Tiongkok, bukan semata pada isu Korea Utara. Pasukan AS di Semenanjung Korea sebaiknya tidak dijadikan sandera dalam menangani isu Korea Utara. Fokus utama AS adalah Tiongkok,” kata Colby.
Ia juga menyarankan agar struktur USFK dirombak untuk lebih selaras dengan strategi pertahanan nasional baru, yang telah ditugaskan oleh Menteri Pertahanan Pete Hegseth. Strategi ini menekankan pencegahan terhadap ancaman Tiongkok dan peningkatan pembagian beban keamanan bersama sekutu-sekutu AS.
Namun, jika rencana ini benar-benar direalisasikan, pengurangan pasukan AS bisa memicu kontroversi di Korea Selatan. Langkah itu bisa ditafsirkan sebagai penurunan komitmen Amerika Serikat terhadap sekutunya, di tengah meningkatnya ancaman dari Korea Utara dan penguatan aliansi militer Pyongyang dengan Rusia.
Seoul sendiri saat ini tengah mempererat kerja sama keamanan dengan Washington dan Tokyo, guna menghadapi tantangan regional yang semakin kompleks. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO