Buka konten ini
SURABAYA (BP) – Revisi UU TNI memang telah disahkan DPR pada Kamis (20/3) lalu. Namun, aksi protes belum berakhir. Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat meminta agar pengesahan perubahan UU TNI itu dicabut. Di beberapa daerah, aksi demo berakhir ricuh.
Di Malang, Jawa Timur, demonstrasi besar terjadi pada Minggu (23/3) malam. Unjuk rasa yang semula berlangsung tertib itu berubah menjadi aksi saling serang antara mahasiswa dan polisi. Akibatnya, beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan. Enam mahasiswa sempat ditahan. Pantauan Jawa Pos Radar Malang (grup Batam Pos) hingga Senin (24/3) sekitar pukul 10.00, masih ada pekerja-pekerja dari DPRD Kota Malang maupun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang yang membersihkan jalanan dari sisa-sisa kerusuhan.
Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita mengatakan, kerusakan akibat demo menimbulkan kerugian sekitar Rp100 juta. “Seperti yang teman-teman lihat, ada dua bangunan kecil di dalam DPRD yang mengalami kerusakan,” kata dia. Kemudian, ada beberapa barang seperti lampu sorot dan kertas-kertas yang tidak lolos dari amuk massa.
Kerusakan juga tampak di taman atau ruang terbuka hijau (RTH). Salah satunya di Alun-Alun Tugu. Di sana, jalur pedestrian dicoret-coret oleh demonstran. Lalu, ada empat tong sampah yang rusak. “Kalau ditotal mungkin membutuhkan biaya Rp10 juta sampai Rp15 juta untuk perbaikan,” kata Kepala Bidang RTH DLH Kota Malang Laode KB Al Fitra.
Koordinator LBH Pos Malang Daniel Alexander Siagian mengatakan, ada enam peserta aksi yang sempat diamankan polisi. Terdiri atas empat orang dewasa dan dua anak di bawah umur. “Mereka diamankan untuk diperiksa terkait dugaan perusakan fasilitas umum,” terangnya. Namun, mereka kini telah dibebaskan. Daniel menerangkan, ada pula beberapa korban yang mengalami luka. Namun, dia belum melakukan penghitungan secara pasti.
Kericuhan juga terjadi di Surabaya, Senin (24/3). Peserta aksi yang terdiri atas mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat memadati jalan di depan Gedung Negara Grahadi sejak pukul 14.00. Dengan memakai pakaian hitam, peserta aksi berkumpul dan bermain teater. “Kita tegas menolak UU TNI. Ayo bergerak semua,” kata salah satu pimpinan aksi. Massa terlihat membakar ban.
Demontrasi yang awalnya tenang-tenang saja berjalan kian panas. Terlihat ada suasana kemarahan dari peserta aksi pada pukul 16.00. Massa melempari polisi dengan batu, bom molotov, dan petasan.
Situasi di depan Gedung Negara Grahadi menjadi semrawut. Peserta aksi terus melempari aparat keamanan. Polisi sempat menyemprotkan water cannon untuk menertibkan massa. Mereka berupaya menghalau massa yang kian emosi.
Setelah magrib, polisi berupaya membubarkan massa. Sejumlah orang ditangkap. Terutama mereka yang diduga provokator. Namun belum diketahui berapa orang. Kabarnya ada 25 orang yang diamankan ke Polrestabes Surabaya. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO