Buka konten ini
GAZA (BP)– Sedikitnya 41 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, sehingga total jumlah korban tewas di wilayah itu sejak Oktober 2023 menjadi 50.021, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada Minggu (23/3). Jumlah korban yang tewas pada Minggu itu termasuk dua jasad yang ditemukan dari reruntuhan dalam 24 jam terakhir.
Kementerian itu mengatakan 61 warga yang terluka telah dibawa ke rumah sakit, sehingga
jumlah korban luka selama agresi militer Israel menjadi 113.274 orang.
“Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan tergeletak di jalan karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka,” kata kementerian dilansir Antara.
Sejak Israel melanjutkan serangannya pada 18 Maret, lebih dari 700 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 1.200 lainnya terluka.
Serangan mendadak itu menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tawanan yang berlaku pada Januari.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di wilayah kantong Palestina.
Harus Sesuai Rencana Mesir
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, pada Minggu (23/3) menyerukan untuk pelaksanaan upaya di Gaza dengan berdasarkan rencana Mesir, kata sejumlah sumber diplomatik.
Rencana Mesir untuk Gaza, yang didukung oleh seluruh anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), menawarkan kerangka kerja yang konstruktif, kata Fidan dalam pidatonya pada pertemuan Kelompok Kontak Gaza OKI dan Liga Arab di ibu kota Mesir, Kairo, menurut sumber tersebut.
Sembari menekankan bahwa genosida, pemindahan paksa dan apartheid masih berlangsung di Gaza saat pertemuan itu berlangsung, Fidan mengatakan bahwa serangan udara Israel pada 18 Maret menunjukkan bahwa Israel memiliki agenda yang lebih komprehensif.
Dia menekankan bahwa pencegahan pengiriman bantuan kemanusiaan dan penargetan wilayah Suriah dan Lebanon merupakan indikator desakan Israel terhadap kebijakan ekspansionisnya, Fidan mengatakan: “Perdamaian tidak mungkin terjadi di kawasan tersebut tanpa menghentikan Israel.”
“Tujuan utama kita adalah menghentikan kehancuran di Gaza dan mencapai gencatan senjata permanen. Tekanan terhadap Israel perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Fidan juga mengatakan bahwa platform semacam PBB harus dimanfaatkan untuk gencatan senjata segera dan permanen.
Pada 4 Maret, pertemuan tingkat tinggi darurat Arab di Kairo mengadopsi Rencana Mesir senilai 53 miliar dolar AS (sekitar Rp878,2 trilliun) untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa menggusur warga Palestina dari tanah mereka.
Usulan tersebut muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump merencanakan untuk “mengambil alih” Gaza dan memindahkan warga Palestina dari Gaza untuk mengembangkannya menjadi suatu tempat yang Trump sebut sebagai “Riviera Timur Tengah.”
Rencana Trump itu ditolak oleh negara-negara Arab dan baÂnyak negara lain, yang mengÂanggap rencana tersebut sebagai upaya pembersihan etnis. (***)
Reporter : JP Group
Editor : andritani susilawati