Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Roadmap asuransi pertanian memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan. Sebab, proteksi itu melindungi risiko usaha tani dari yang kompleks. PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) tercatat sudah memproteksi 305.000 hektare lahan pertanian sepanjang 2024.
Kementerian Pertanian mencatat lahan pertanian Indonesia sebanyak 7,4 juta hektare. Luasan itu bisa menjadi potensi dengan premi sebesar Rp180 ribu per hektare per musim panen. Untuk padi, misalnya, bisa dua kali musim panen dalam setahun.
Dengan asumsi 5 juta hektare pertanian diasuransikan kemudian mengalami dua kali panen dalam setahun, maka bisa meraup premi sekitar Rp1,8 triliun. “Kalau itu didistribusikan kepada industri asuransi umum akan memberikan impact cukup bagus,” ucap Grup Head Asuransi Program Pemerintah Jasindo Setiadi Imansyah dalam soft launching roadmap asuransi pertanian 2025-2030 di Jakarta, Senin (24/3). Setiadi menjelaskan, setiap petani hanya bisa mengasuransikan 2 hektare. Mereka juga mendapat subsidi premi dari pemerintah sebesar 80 persen. Sehingga, petani hanya perlu membayar Rp36.000 per hektare untuk sekali tanam.
Jasindo memiliki peta jalan untuk bisnis produk asuransi usaha tani padi (AUTP) dalam lima tahun ke depan. Selama ini, perusahaan menggunakan skema indemnity alias ganti rugi dengan mengandalkan indikator-indikator yang dapat berbeda untuk setiap petani. “Tergantung pada kondisi lahan dan hasil pertanian,” tuturnya.
Peta jalan asuransi pertanian berencana mengadopsi skema parametrik yang komprehensif. Skema ganti rugi mengandalkan penginderaan satelit dan indikator yang seragam, sehingga diharapkan bisa memberi perlindungan yang merata. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO