Buka konten ini
SAGULUNG (BP) – Berpuasa selama bulan Ramadan tidak menghalangi semangat Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas IIA Batam untuk tetap aktif menjalani program pembinaan kemandirian. Berbagai kegiatan pelatihan keterampilan, seperti pembuatan roti, kerajinan mebel, produksi tahu tempe, hingga pertanian dan pembibitan, terus berjalan dengan maksimal. Program ini bertujuan membekali WBP dengan keterampilan yang berguna setelah mereka dibebaskan.
”Agar mereka dapat bersaing ketika kembali ke masyarakat, kami memberikan bekal keterampilan yang mumpuni,” ujar Kalapas Batam, Yugo Indra Wicaksi, Kamis (13/3).
Menurutnya, pembinaan kemandirian sangat penting untuk membantu WBP kembali ke masyarakat dengan lebih percaya diri serta memiliki keahlian yang bisa dimanfaatkan.
Selain pembinaan kemandirian, bulan Ramadan juga menjadi momen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan WBP. Beragam kegiatan keagamaan diadakan, seperti program khatam Al-Qur’an, Hadroh, pembelajaran Fardu Kifayah, Majelis Taklim, serta berbagai lomba seperti adzan, tilawah, dan kultum. Kegiatan ini diikuti oleh 46 WBP dan akan berlangsung sepanjang bulan Ramadan.
Kalapas Yugo Indra Wicaksi menekankan bahwa pembinaan kepribadian, terutama dalam aspek religius, merupakan bagian penting dalam proses rehabilitasi narapidana. Untuk itu, Lapas Batam juga menggandeng Nahdlatul Ulama Kota Batam sebagai mitra dalam memberikan materi pembelajaran agama kepada WBP.
”Kami ingin warga binaan tidak hanya terampil dalam bekerja, tetapi juga memiliki pondasi spiritual yang kuat. Dengan begitu, mereka bisa kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik dan bermanfaat,” tambahnya.
Ia juga berharap agar para WBP memanfaatkan kesempatan ini dengan sungguh-sungguh. Menurutnya, Ramadan adalah momen terbaik untuk merenung, memperbaiki diri, dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. ”Saya harap saudara kami di dalam lapas bisa menjadikan Ramadan sebagai titik balik untuk perubahan,” ujarnya.
Konsep pembinaan di Lapas Batam dikenal dengan istilah Masuk Minus, Bebas Plus. Artinya, banyak narapidana yang masuk dalam kondisi tanpa keahlian, tanpa pekerjaan, kurang semangat hidup, dan bahkan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Namun, melalui program pembinaan yang terstruktur, mereka dibentuk menjadi individu yang lebih baik saat keluar nanti.
Dengan adanya program ini, diharapkan setiap WBP yang bebas dari Lapas Kelas IIA Batam tidak hanya memiliki keterampilan untuk bekerja, tetapi juga memiliki nilai-nilai keagamaan yang lebih kuat dan sikap yang lebih positif dalam kehidupan bermasyarakat.
”Keluar dari lapas, mereka tidak hanya bebas secara fisik, tetapi juga lebih siap menjalani hidup dengan bekal yang cukup. Inilah tujuan utama kami dalam pembinaan,” tutup Yugo Indra Wicaksi. (*)
Reporter : Eusebius Sara
Editor : RATNA IRTATIK