Buka konten ini

Dosen senior dan peneliti di FEBI UIN Sunan Ampel Surabaya
Fenomena perpindahan konsumen BBM dari Pertamina ke Shell setelah peristiwa pengoplosan pertalite menjadi pertamax menggambarkan pentingnya kepercayaan dalam pasar energi. Peristiwa itu mengguncang persepsi publik terhadap Pertamina, perusahaan milik negara yang selama ini mendominasi pasar BBM di Indonesia.
Kasus pengoplosan yang mencuat melalui berbagai laporan media dan investigasi masyarakat itu menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kualitas BBM yang dijual dan standar yang seharusnya diterapkan. Akibatnya, konsumen yang kehilangan kepercayaan mulai mencari alternatif lain seperti Shell dan penyedia BBM lainnya.
Perubahan preferensi itu tidak hanya berdampak pada pola konsumsi, tetapi juga berimplikasi besar terhadap dinamika sosial dan ekonomi. Dalam konteks ekonomi perubahan sosial, fenomena tersebut mencerminkan bagaimana ketidakpercayaan terhadap sebuah institusi bisa mengubah perilaku masyarakat dalam skala luas. Keputusan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lain bukan hanya soal harga, melainkan juga terkait dengan nilai-nilai sosial, keamanan, serta pengalaman pribadi dalam menggunakan produk tersebut.
Dinamika Kepercayaan
Kepercayaan merupakan faktor utama dalam keputusan pembelian, terutama dalam industri yang sangat bergantung pada regulasi seperti BBM. Dalam teori perilaku konsumen, kepercayaan berperan sebagai modal sosial yang menentukan loyalitas pelanggan terhadap suatu merek (Kotler & Keller, 2016).
Dalam kasus Pertamina, kepercayaan publik telah dibangun selama puluhan tahun melalui dominasi pasar dan subsidi BBM. Namun, pengoplosan yang melibatkan oknum tertentu dalam distribusi BBM menciptakan celah besar dalam persepsi masyarakat terhadap integritas perusahaan. Ketika kepercayaan terguncang, konsumen akan mencari opsi yang dianggap lebih dapat diandalkan meski dengan harga yang lebih tinggi.
Dalam perspektif ekonomi perubahan sosial, perpindahan konsumen dari Pertamina ke penyedia BBM lain tersebut menunjukkan bagaimana skandal atau krisis bisa mempercepat perubahan preferensi masyarakat. Konsumen tidak hanya mempertimbangkan harga, tetapi juga faktor-faktor seperti kualitas, keandalan, dan reputasi merek (Solomon, 2018).
Loyalitas merek umumnya terbentuk melalui kebiasaan dan kepuasan pelanggan. Namun, ketika ada peristiwa besar yang mengguncang kepercayaan, loyalitas tersebut bisa dengan cepat berubah. Dalam konteks ini, konsumen BBM yang sebelumnya tidak mempertimbangkan Shell sebagai alternatif mulai mencoba produk tersebut dan, dalam banyak kasus, merasa lebih nyaman atas kualitasnya.
Selain itu, peralihan tersebut menunjukkan bagaimana jaringan sosial memainkan peran dalam keputusan konsumen. Ulasan dari teman atau keluarga yang lebih dahulu beralih ke BBM merek lain menjadi referensi yang mendorong lebih banyak orang untuk melakukan hal yang sama. Efek domino tersebut mempercepat perpindahan konsumen secara signifikan.
Implikasi
Perubahan perilaku konsumen dalam sektor energi memiliki dampak luas terhadap ekonomi dan kebijakan pemerintah. Pertama, dengan makin banyaknya konsumen yang beralih ke penyedia BBM lain, Pertamina mengalami tekanan untuk memperbaiki reputasi dan memastikan kualitas produknya sesuai dengan standar. Jika tidak diatasi dengan cepat, kehilangan kepercayaan publik dapat berdampak pada pendapatan perusahaan dan stabilitas pasar BBM domestik.
Kedua, salah satu dampak perpindahan konsumen adalah meningkatnya permintaan BBM nonsubsidi, terutama dari perusahaan non-Pertamina. Banyak konsumen yang sebelumnya mengandalkan pertalite sebagai opsi paling ekonomis yang kini mulai memilih BBM yang lebih mahal, tetapi dianggap lebih berkualitas dan lebih aman untuk kendaraan mereka.
Ketiga, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap rantai distribusi BBM guna mencegah kasus serupa terulang. Transparansi dalam sistem distribusi, sertifikasi independen, serta hukuman tegas bagi pelaku kecurangan harus diperkuat.
Keempat, untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, Pertamina perlu mengambil langkah-langkah strategis. Di antaranya, (1) melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh rantai distribusi BBM. (2) Meningkatkan transparansi dengan memberikan akses kepada publik mengenai standar kualitas BBM yang digunakan. (3) Meluncurkan program loyalitas pelanggan untuk mempertahankan pelanggan setia. (4) Menggunakan teknologi digital untuk melacak dan menjamin kualitas produk di setiap tahap distribusi.
Fenomena perpindahan konsumen BBM dari Pertamina ke penyedia BBM lain setelah peristiwa pengoplosan pertamax itu mencerminkan bagaimana kepercayaan publik bisa memengaruhi perubahan sosial dan ekonomi. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Pertamina perlu mengambil langkah proaktif dalam memperbaiki citra dan meningkatkan transparansi guna memenangkan kembali kepercayaan konsumen.
Dalam jangka panjang, fenomena itu memberikan pelajaran penting tentang dinamika pasar. Termasuk pentingnya menjaga standar kualitas dalam industri strategis seperti BBM. Kepercayaan konsumen adalah aset yang sangat berharga. Sekali hilang, akan dibutuhkan upaya besar untuk mendapatkannya kembali. (*)