Buka konten ini
SOLO (BP) – Dari Lamongan, Jawa Timur, sampai Solo, Jawa Tengah. Dari Cirebon, Jawa Barat, hingga Mempawah, Kalimantan Barat. Ratusan murid SMA/SMK/MAN beserta orangtua mereka kecewa dan marah karena kelalaian sejumlah sekolah menyelesaikan finalisasi pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS) hingga tenggat pada 31 Januari lalu.
Akibatnya, ratusan murid tersebut tak bisa mendaftar untuk mengikuti seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP). Padahal, tiap sekolah setingkat SMA punya kuota eligible untuk SNBP yang sesuai namanya merupakan jalur para pelajar berprestasi.
Data eligible siswa adalah data yang terkait dengan kelayakan atau kemampuan siswa untuk menerima layanan atau program pendidikan. Kriterianya nilai akademik, prestasi, kondisi ekonomi, keterampilan, dan pengalaman.
Di SMKN 2 Solo dan SMAN 1 Mempawah, para murid dan orang tua bahkan sampai meng-helat demo di sekolah, Senin (3/2) lalu. Kelalaian finalisasi ini juga terjadi di MAN 1 Lamongan dan SMAN 7 Cirebon.
Hingga Selasa (4/2), mengutip Jawa Pos Radar Solo (grup Batam Pos), Cabang Dinas Pendi-dikan Wilayah VII Jawa Tengah masih menunggu surat edaran resmi terkait pembukaan PDSS. Ini berdasar hasil audiensi pihak SMKN 2 Solo dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Kasi SMK Cabdin VII Jawa Tengah Ika Siwi Kusdaryanti menjelaskan bahwa kepala SMKN 2 Solo bersama perwakilan wali murid dan siswa berangkat ke Jakarta untuk membahas masalah tersebut. ”Kami masih proses. Kan kemarin kepala sekolahnya sama siswa dan wali atau orangtuanya ke kementerian. Dari kementerian dikasih waktu dua hari ini, nanti akan dibuka lagi PDSS-nya,” jelasnya via sambungan telepon Selasa (4/2).
Ika menambahkan, sekolah lain yang belum menyelesaikan input di PDSS juga akan mendapat kesempatan yang sama. Namun, hingga kini Kemendiktisaintek belum mengeluarkan surat edaran resmi terkait hal tersebut.
Terkait waktu penerbitan surat keputusan (SK), Ika menyebut kemungkinan dikeluarkan dalam dua hari ke depan. ”Dikasih waktu dua hari. Hari ini (kemarin) dan besok (hari ini) kemungkinan. Coba kita lihat besok (hari ini) nggih,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah ada sekolah lain yang mengalami kendala serupa, Ika menegaskan hanya SMKN 2 Solo yang melaporkan masalah tersebut. ”Itu yang lapor hanya SMK 2, yang lainnya enggak,” katanya.
Data Hilang
Di MAN 1 Lamongan, mengutip Jawa Pos Radar Lamongan (grup Batam Pos), data eligible 22 siswa hilang. Otomatis mereka tak bisa mendaftar SNBP.
Beredar video murid mempertanyakan kepada salah satu guru. Namun, sikap tak terpuji ditunjukkan guru tersebut dengan menjelaskan sambil menggebrak meja. Dalam video tersebut terdengar isak tangis dari salah satu siswi yang selama ini sering ikut lomba dan berprestasi alias juara.
Kepala MAN 1 Lamongan Nur Endah Mahmudah menjelaskan, tahun ini kali pertama Kementerian Agama memakai program e-rapor yang langsung terhubung dengan Kementerian Pendidikan. Menurut dia, para guru MAN 1 Lamongan sudah berusaha maksimal. Namun, lanjut dia, karena sistem baru, ada 22 siswa yang tidak terbaca di sistem.
Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Lamongan Banjir Sidomulyo mengatakan, MAN 1 Lamongan sudah melakukan mediasi dengan orangtua 22 siswa. ”Sebelumnya juga ada penjelasan mengapa tidak masuk. Ini bukan jalur satu-satunya (masuk PTN), tapi ada peluang lain. Kami juga menyarankan guru BK all-out mendampingi para murid mendaftar ke PTN sesuai minat,” katanya.
Kelalaian MAN 1 Lamongan itu mengundang kritik tajam dari sejumlah kalangan. Salah satunya dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura Fauzin Achmad. Dia mengatakan, karena operator SNBP pihak sekolah, data eligible menjadi penting. Sebab, hanya siswa yang masuk data eligible yang akan diproses mengikuti SNBP. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO