Buka konten ini
Badan Pengusahaan (BP) Batam melalui Pusat Pe-ngembangan KPBPB dan KEK, terus berupaya memperkuat ekosistem maintenance, repair, and overhaul (MRO) di Batam dengan mengimplementasikan Rencana Induk Bandara Hang Nadim. Upaya ini sejalan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2022 yang menjadi landasan dalam pengembangan bandara strategis tersebut.
Anggota Bidang Kebijakan Strategis BP Batam, Enoh Suharto Pranoto, mengatakan bahwa pengembangan ekosistem MRO di Batam merupakan bagian dari fokus pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Fokus utama pembangunan di Batam adalah percepatan peningkatan investasi melalui pengembangan kawasan dan pembangunan infrastruktur.
“Kami berkomitmen untuk mendukung visi RPJMN 2025-2029 serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2025 yang bertemakan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelan-jutan,” kata Enoh, Kamis (23/1).
Sebagai langkah konkret, BP Batam menargetkan pengembangan industri strategis yang memiliki nilai tambah tinggi, termasuk industri kedirgantaraan. Prioritas pengembangan sektor strategis lainnya mencakup hub logistik internasional, industri ringan dan bernilai tinggi, industri digital dan kreatif, pusat perdaga-ngan dan keuangan internasional, serta pariwisata kesehatan yang terintegrasi.
“Potensi industri MRO dan kedirgantaraan di Batam ke depan semakin cerah. Saat ini, lahan MRO di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam Aero Technic (BAT) seluas 30 hektare telah menunjukkan performa yang sangat baik. Ke depan, kami akan memperluasnya hingga 108 hektare di luar KEK dengan status Free Trade Zone (FTZ),” kata dia.
KEK BAT sendiri merupakan fasilitas MRO terbesar di Indonesia dengan 23 hanggar untuk perawatan pesawat dan dua fasilitas pengecatan. KEK BAT telah melayani 12 maskapai dengan tujuh sertifikat internasional dan menargetkan untuk masuk dalam lima besar pemimpin pasar MRO di kawasan Asia Pasifik.
Dari sisi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Politeknik Batam siap berkontribusi dalam pencapaian target tersebut dengan menyiapkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan sesuai kebutuhan industri MRO dan KEK di Batam serta Provinsi Kepri.
Jajaki Boeing Bangun Pabrik Komponen di Indonesia
Sementara itu, dalam kunjungan perwakilan Boeing ke Kementerian Perindustrian belum lama ini, dijajaki kerja sama pengembangan industri dirgantara (aerospace). Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza meminta Boeing mendorong perluasan kolaborasi dengan Indonesia di beberapa sektor. Di antaranya, pemberian lisensi untuk industri maintenance, repair, and overhaul (MRO) pesawat terbang serta pembangunan pusat pelatihan penerbangan di Indonesia.
”Salah satu yang potensial adalah MRO. Indonesia punya GMF AeroAsia dan Batam AeroTechnic yang membutuhkan peningkatan kapabilitas untuk mengembangkan ekosistem industrinya. Boeing dapat mendukung dengan memberikan lisensi ke MRO kami,” urai Faisol.
Selain itu, Indonesia saat ini membutuhkan pusat pelatihan penerbangan sebagaimana dilakukan Boeing di India. ”Untuk lokasi, kawasan indus-tri di Batam dan Bintan bisa menjadi opsi karena cukup strategis,” tambahnya.
Industri MRO Indonesia melalui GMF AeroAsia dan Batam Aero Technic menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menjadi pemain di sektor perawatan pesawat. Namun, sebagian besar pesawat komersial masih melakukan perawatan di luar negeri di tengah keterbatasan suku cadang. ”Karena itu, guna meningkatkan kapabilitas industri MRO, kami menilai perlu adanya tindak lanjut dengan melakukan kerja sama antara Kemenperin dan Boeing dalam bentuk MoU,” urai Riza.
Dengan MoU tersebut, kolaborasi dengan Boeing diharapkan bisa semakin luas. Mulai transfer knowledge dan penerimaan tenaga magang serta asistensi kepada MRO Indonesia dalam meningkatkan kualitas komponen dan sumber daya manusia.
”Di sektor MRO, memang isunya beberapa komponen dan suku cadang harus diimpor dari Amerika Serikat. Nah, apakah ini nantinya bisa diproduksi di Indonesia saja dengan melibatkan industri-industri dalam negeri,” kata Riza.
Sementara itu, President of Boeing Southeast Asia Penny Burtt menyampaikan bahwa Boeing berkomitmen untuk meningkatkan kolaborasi di sektor penerbangan komersial bermodal pengalaman 75 tahun hadir di Indonesia. ”Kami melihat Indonesia punya potensi untuk berkontribusi terhadap pengembangan industri penerbangan yang berkelanjutan. Kami juga berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama tersebut dengan perusahaan Indonesia dalam meningkatkan kapabilitas dan membawa mereka menjadi penyedia komponen Boeing global,” ujar Penny. (***)
Reporter : Arjuna, JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG