Buka konten ini
BATAM KOTA (BP) – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam, Gustian Riau, menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan harga sejumlah bahan pokok, seperti cabai, santan murni, dan sayuran di Kota Batam. Salah satu penyebab uta-manya adalah gangguan pasokan akibat libur panjang yang terjadi pada akhir tahun lalu.
”Rantai pasokan cabai, mulai dari petani, pedagang, hingga ekspedisi, banyak yang libur selama enam hari, dari 30 Desember hingga 4 Januari. Akibatnya, pasokan cabai dari Medan tidak masuk ke Batam,” ujar Gustian, Senin (6/1).
Selain pasokan dari Medan, distribusi cabai dari Aceh yang biasanya dikirim melalui kapal dari Dumai juga terhenti selama periode liburan tersebut. Hal ini menyebabkan lonjakan harga cabai di pasaran.
Pantauan Disperindag di Pasar Toss 3000, Lubukbaja, menunjukkan harga cabai merah sempat menyentuh Rp110.000 per kilogram. Namun, pada 6 Januari 2024, harga mulai menurun menjadi Rp85.000 per kilogram.
”Di Pasar Botania 1, pagi tadi (kemarin) harga cabai masih Rp110.000 karena barang yang dijual merupakan stok lama. Namun, setelah ekspedisi kembali berjalan, harga mulai stabil,” jelas Gustian.
Ia juga menambahkan bahwa kebutuhan cabai di Kota Batam mencapai sekitar 15 ton per hari. Namun, Batam tidak memproduksi cabai dalam jumlah besar, sehingga sekitar 80 hingga 90 persen kebutuhan cabai masih bergantung pada pasokan dari luar daerah, seperti Medan, Aceh, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Mataram.
”Distributor akan memilih pasokan dari daerah yang menawarkan harga paling murah. Biasanya dari Aceh, karena pengiriman menggunakan kapal yang lebih murah. Sementara jika melalui pesawat, biaya pengiriman lebih tinggi dan kapasitasnya terbatas,” tambah Gustian.
Kenaikan harga juga terjadi pada santan murni, yang bahan bakunya, kelapa tua, mayoritas dikirim dari luar Batam, seperti Tembilahan, Riau. Kendala ekspedisi selama libur panjang menyebabkan stok kelapa tua terbatas.
”Di Batam, kelapa yang banyak tersedia adalah kelapa hijau, yang tidak cocok untuk menghasilkan santan. Namun, dengan kembalinya operasional ekspedisi, harga santan dan sebagian besar sayuran sudah mulai kembali normal,” kata Gustian.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa tidak semua jenis sayuran mengalami kenaikan harga, karena beberapa komoditas memang dihasilkan secara lokal di Batam.
Disperindag Batam mengaku terus memantau perkembangan harga bahan pokok di pasar. Namun, Gustian mengungkapkan bahwa memprediksi kebutuhan cabai secara tepat masih menjadi tantangan.
”Kami sudah berupaya mengantisipasi, tetapi tetap sulit untuk memperkirakan kebutuhan cabai, terutama ketika terjadi gangguan distribusi seperti ini,” ujarnya.
Dengan kembalinya aktivitas ekspedisi, diharapkan harga bahan pokok di Batam dapat segera stabil dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. (*)
Reporter : Azis Maulana
Editor : RATNA IRTATIK