Buka konten ini
Dari sketsa sampai lokadrama, dari layar televisi sampai layar film. Cak Ukil meraih semua itu melalui komedi, dunia yang dulu membuat dia enggan karena dianggap sulit.
SEHARI jelang Idulfitri 2019. Mohammad Shuluhil Amin tak akan pernah melupakan momen ketika dirinya diajak berbincang pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid.
Sebagai alumnus pondok legendaris itu, Cak Ukil, demikian dia biasa disapa, baru saja diminta bantuan pembuatan video ucapan selamat Hari Raya Idulfitri. Dalam obrolan selepas pengambilan gambar, Gus Sholah, panggilan adik kandung Abdurrahman ”Gus Dur” Wahid itu, bertutur, banyak aspek keahlian manusia tergantikan teknologi yang makin canggih.
Namun, ada tiga keahlian manusia yang tidak akan tergantikan. Konseptor, kreator, dan yang terakhir yang paling membekas bagi Cak Ukil: pelawak.
”Robot ndak bisa bikin orang ketawa, Kil. Udahlah, kamu bikin orang ketawa aja. Selesai tugasmu sebagai santri,” ucap Cak Ukil, menirukan petuah sang kiai.
Wejangan tersebut yang akhirnya turut meyakinkan pria kelahiran Jombang 39 tahun lalu tersebut untuk menggeluti komedi. Pilihan yang akhirnya mengantarkannya ke berbagai capaian.
Di televisi maupun di You-Tube atau platform media sosial lain, sketsa komedinya digemari. Terutama duetnya bersama Cak Silo. Misalnya, video bertajuk Cak Silo Jualan Pentol yang sampai sekarang mencatat 6,8 juta view. Cak Silo Owner Warung Sehat tercatat 1,8 juta kali ditonton. Atau Cak Silo, Cak Ukil, dan Tahu Bulat yang mencatat 1,2 juta view.
Komedi juga memberinya kesempatan bekerja sama dengan banyak pelawak papan atas. Cak Kartolo dan Cak Lontong, di antaranya. Sineas Bayu Skak mengajaknya pula terlibat dalam film garapannya, Sekawan Limo, yang rilis pada Juli tahun lalu yang sukses mencatat box office.
Itu bukan kerja sama pertama komedian yang dikenal dengan gaya celetukannya tersebut dengan Bayu. Sebelumnya, sutradara film box office Yo Wis Ben itu juga mengajaknya tampil dalam lokadrama Lara Ati yang tayang di sebuah stasiun televisi swasta.
Juga dalam Rujak Cingur Lek Har di kanal YouTube sineas asal Malang, Jawa Timur, tersebut. Ayah dua anak itu terlibat pula dalam film Jejak Langkah 2 Ulama yang diproduksi rumah produksi Tebuireng.
Semua itu tentu tak pernah terbayangkan Ukil. Sebab, baginya, komedi dunia yang sulit yang dulu membuatnya enggan menerjuni.
Ukil besar di lingkungan keluarga pendidik. Sang kakek pendiri sebuah yayasan pendidikan dari tingkat PAUD hingga MTs di Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Jombang.
Saat berkuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP PGRI Jombang, dia mulai dekat dengan dunia seni peran melalui UKM Teater Ringin Contong. Selepas kuliah, sambil bekerja sebagai sales marketing di salah satu bank swasta, dia aktif di komunitas seni Tombo Ati Jombang.
Meski demikian, tetap saja pria kelahiran 31 Januari 1986 itu menolak ketika kali pertama ditawari mengisi acara komedi di sebuah televisi lokal di Jombang. ”Saya tidak mau waktu disuruh pindah ke komedi karena belajar komedi itu sulit,” ucapnya kepada Jawa Pos (grup Batam Pos)yang menemuinya di sebuah kafe di Jombang (10/1).
Anggapan Ukil itu tak salah. Psikiater Amerika Serikat George Eman Vaillant menyebut, humor adalah ekspresi proses berpikir terbuka dari ide maupun perasaan yang ditemukan sehari-hari. Menurut pria yang juga guru besar Harvard Me-dical School itu, hanya orang-orang tertentu yang mampu memotret dan menyampaikan kejadian-kejadian tersebut menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain.
Kekhawatiran itu akhirnya luruh setelah mendengar petuah Gus Sholah tadi. Mata dan hatinya terbuka yang berbuah dengan sederet capaian kini.
Tapi, sesibuk apa pun kini, setenar apa pun sekarang, Ukil tak pernah lupa dengan akar. Setiap Senin dan Selasa dia masih mengajar mata pelajaran aswaja di Tebuireng. Sementara pada Rabu dan Kamis, dia menjadi guru pelajaran bahasa Indonesia pada yayasan pendidikan milik sang kakek.
”Bagi saya, jadi guru itu amanat. Makanya, saya nggak mau merantau ke Jakarta. Saya mau ke sana, tapi by job aja,” ucap suami Vera Dwi Juliaritna itu.
Vera, sang istri yang turut mendampingi, menyebut suaminya mudah diterima siapa pun karena gampang berbaur. ”Dia ini sebenarnya pendiam menurut saya, tapi usil,” ucap Vera tentang sang suami.
Kini Ukil aktif di berbagai organisasi maupun komunitas di Jombang. Mulai PSSI Jombang, GP Ansor, stand-up comedy, teater, tim sepak bola amatir, sampai fans klub tim sepak bola lokal hingga luar negeri.
”Aku dijak bal-balan sopo ae teko, penting pas nganggur (Aku diajak main bola siapa saja datang, asal pas tidak ada kegiatan lain),” ucapnya.
Dia juga tidak mau menyebut dirinya sebagai figur publik, artis, guru, atau apa pun. Yang dia inginkan terus berproses dan belajar bersama orang-orang di sekitarnya.
”Syukur-syukur bisa menginspirasi lahirnya sosok seniman-seniman komedi Jombang lain yang bisa dikenal luas masyarakat,” katanya. (***)
Reporter: I’IED RAHMAT RIFADIN
Editor : RYAN AGUNG