Buka konten ini
WASHINGTON (BP) – Pelantikan Donald Trump dan J.D. Vance sebagai presiden dan wakil presiden Amerika Serikat (AS) kemarin diiringi isu baru mengenai konflik Gaza. Trump disebut ingin merelokasi sebagian pengungsi Gaza ke Indonesia.
Isu tersebut beredar di berbagai media, baik dalam maupun luar negeri. Namun, belum ada sumber jelas yang mengonfirmasinya. Dilansir dari NBC News, rencana tersebut disampaikan salah seorang anggota tim transisi Donald Trump yang namanya tidak disebutkan. Indonesia masuk dalam daftar negara tujuan karena dianggap memiliki kedekatan dengan Palestina.
NBC News melaporkan, rencana relokasi itu muncul karena Trump ingin ada stabilitas jangka panjang bagi warga I-srael dan Palestina. Gaza yang kini hancur lebur akan dibangun kembali. Nah, selama proses pembangunan itulah warga Gaza yang jumlahnya sekitar dua jutaan tersebut harus direlokasi sebagian. Salah satu negara tujuan adalah Indonesia.
Utusan Donald Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff disebut bakal membahas isu relokasi tersebut. Dia sedang mempertimbangkan mengunjungi Jalur Gaza. Hal itu merupakan upaya untuk menjaga kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas agar tetap sesuai jalur.
Setelah dilantik menjadi presiden, Trump menyatakan bakal merombak berbagai kebijakan Joe Biden. Dia menyebut bakal mengeluarkan banyak tindakan mengejutkan. ”Kepala Anda akan pusing melihat apa yang akan terjadi,” kata Trump seperti dilansir CNN.
Menurut sumber CNN, pada minggu pertama menjabat, Trump berencana meningkatkan produksi energi Amerika. Selain itu, dia akan memperketat keamanan di perbatasan hingga mencari opsi untuk polemik operasional TikTok di Amerika.
Keamanan di daerah perbatasan dan imigran gelap memang menjadi isu yang digaungkan di masa kampanye. Tim Trump kabarnya masih menyelesaikan peraturan baru. Aturan itu akan berdampak pada orang-orang di seluruh negara bagian. Kebijakan yang disusun kabarnya bakal memengaruhi masa depan imigran yang sudah tinggal di Amerika.
Wakil Kepala Staf Kebijakan Trump Stephen Miller pada Minggu (19/1) menyatakan bahwa Trump akan memberlakukan keadaan darurat nasional di perbatasan. Dengan pemberlakuan itu, pendanaan dari departemen pertahanan akan turun.
”Trump juga akan bergerak untuk menetapkan kartel narkoba sebagai organisasi teroris asing,” ujarnya.
Immigration and Customs Enforcement (ICE) juga akan turun ke lapangan untuk mencari imigran gelap. Mereka yang memiliki latar belakang kriminal bakal dideportasi.
”Saat presiden dilantik, ICE memiliki prioritas baru, yaitu mencari orang yang dianggap sebagai ancaman terhadap keselamatan publik dan keamanan nasional,” kata kepala perbatasan yang baru Tok Homan, dilansir dari Anadolu Agency.
Selain itu, Trump telah lama menegaskan akan mengakhiri konflik di seluruh dunia. Termasuk di Ukraina dan Gaza. Pada Mei 2023, Trump menyebut akan mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu 24 jam setelah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. ”Ini akan berakhir. Ini benar-benar akan berakhir,’’ kata Trump waktu itu.
Sementara itu, proses pembebasan tawanan pertama antara Hamas-Israel telah berlangsung. Sebanyak 90 warga Palestina dibebaskan Israel, Senin (20/1) dini hari. Pada Minggu sore sebelumnya, Hamas lebih dulu membebaskan tiga warga Israel.
Dilansir dari Al Jazeera kemarin, sejumlah warga, kerabat, dan teman bergembira menyambut bus Palang Merah yang membawa 90 tawanan di Ramallah, Tepi Barat. Sebanyak 69 perempuan dan 21 remaja laki-laki dibebaskan. Sejumlah kelompok dengan bendera Fatah, Hamas, atau bendera lain ikut membaur dalam sambutan itu.
Di antara yang dibebaskan adalah Khalida Jarrar, 62, seorang anggota terkemuka Front Populer untuk Pembebasan Palestina. Jarrar telah ditahan selama enam bulan di sel isolasi penahanan administratif. Otoritas Israel menggunakan aturan itu untuk memenjarakan tersangka tanpa batas waktu, tanpa dakwaan, atau putusan pengadilan.
Bushra Al-Tawil, seorang jurnalis Palestina yang di-penjara Israel pada Maret 2024, juga termasuk di antara tahanan yang dibebaskan. Tawil memulai perjalanannya pada Minggu pukul 3 pagi. Dia dibawa dari penjara pertama menuju penjara kedua. Di sana, dia dikelompokkan dengan warga Palestina lain yang menunggu pembebasan.
”Penantian itu sangat berat. Namun, syukurlah, kami yakin bahwa kami akan dibebaskan kapan saja,” katanya. Tawil mengatakan bahwa ayahnya, yang sama-sama berada di penjara Israel, segera dibebaskan juga.
Amanda Abu Sharkh, 23, dari Ramallah, berada di antara ratusan orang yang berkumpul untuk menyambut para tahanan itu. ”Semua tahanan yang dibebaskan hari ini terasa seperti keluarga bagi kami. Mereka adalah bagian dari kami meskipun mereka bukan saudara sedarah,” katanya kepada kantor berita AFP.
Sekitar tujuh jam sebelumnya, Hamas membebaskan Emily Damari, Romi Gonen, dan Doron Steinbrecher untuk dipulangkan ke Israel. Pasukan bertopeng Hamas menyerah-kan mereka kepada Palang Merah di alun-alun yang ramai di Kota Gaza.
”Setelah 471 hari, Emily akhirnya pulang,” ujar Mandy Damari, ibu Emily. Keluarga Steinbrecher ikut menyatakan sukacitanya. ”Dodo (Doron) heroik kita selamat selama 471 hari dalam penahanan Hamas, memulai perjalanan rehabilitasinya hari ini,” kata pihak keluarga.
Pada tahap pertama kesepakatan gencatan, Hamas akan mengembalikan total 33 tawanan Israel selama 42 hari ke depan, sedangkan Israel bakal membebaskan 737 tawanan Palestina. Tahap kedua negosiasi gencatan senjata akan dimulai dalam dua minggu.
Terpisah, Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan truk pertama yang membawa bantuan kemanusiaan telah memasuki wilayah Palestina. Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher mengatakan, 630 truk telah memasuki Gaza dengan 300 di antaranya menuju ke wilayah utara. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG