Buka konten ini
BENGKONG (BP) – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Batam terus berjalan dengan pengelolaan yang baik, termasuk penanganan sisa makanan. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam, Tri Wahyu Rubianto, menegaskan bahwa makanan sisa tidak diperboleh-kan ditinggalkan di sekolah.
”Jika ada makanan yang tidak habis, terutama saat siswa libur, makanan tersebut akan dibawa kembali ke dapur umum yang dikelola oleh Badan Gizi Nasional (BGN),” ujar Tri Wahyu, Selasa (14/1).
Ia menambahkan bahwa seluruh perlengkapan makan dalam program ini menggunakan bahan stainless yang dapat digunakan kembali. “Siswa juga diimbau membawa tumbler untuk minuman dan menggunakan tisu sebagai alat pendukung,” kata Tri.
Namun, untuk wilayah hinterland, pelaksanaan program ini perlu disesuaikan dengan kondisi setempat. Tri Wahyu Rubianto menjelaskan bahwa pola dapur umum yang digunakan di wilayah mainland tidak sepenuhnya efektif diterapkan di hinterland. Di mainland, satu dapur bisa melayani hingga 3.000 siswa, sementara di hinterland, jumlah siswa per pulau hanya berkisar antara 100 hingga 250 orang.
”Operasionalnya akan lebih besar jika menerapkan sistem dapur umum di hinterland. Oleh karena itu, kami mengusulkan untuk memberdayakan makanan setempat. Pola ini akan dibahas lebih lanjut bersama Badan Gizi Nasional (BGN),” kata Tri Wahyu.
Saat ini, program MBG di Batam baru melibatkan lima dapur umum sehat. Dari jumlah tersebut, satu dapur dikelola oleh mitra BGN, satu oleh MBG di Makodim, dan tiga dapur lainnya adalah kemitraan BGN yang belum sepenuhnya beroperasi.
Tri Wahyu menyebutkan, untuk mencapai target pelayanan bagi 58.000 siswa pada tahun 2025, masih diperlukan 15 dapur tambahan.
Untuk wilayah hinterland, Disdik mengusulkan pendekatan yang berbeda agar program tetap berjalan efektif tanpa memberatkan operasional. Salah satu solusi yang diajukan adalah bermitra dengan pelaku UMKM setempat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Herman Rozie, sebelumnya mengingatkan agar program MBG tidak menggunakan alat makan sekali pakai seperti plastik, styrofoam, atau kotak makanan yang sulit terurai.
”Dengan adanya makan siang gratis ini, misalnya untuk 10 ribu anak, makanannya memang bergizi dan baik. Namun, sampah yang dihasilkan juga harus dikelola dengan baik,” ujar Herman, Sabtu (11/1).
Herman menambahkan, penggunaan plastik atau styrofoam berpotensi menciptakan masalah lingkungan besar jika tidak ditangani dengan bijak.
Beberapa solusi yang dia tawarkan termasuk penggunaan wadah makan yang dapat digunakan ulang atau sistem katering untuk mendukung pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
”Kami menyarankan agar tempat makan seperti katering digunakan. Jika tidak, sekolah harus memiliki fasilitas seperti bank sampah untuk mengelola limbah yang dihasilkan,” jelasnya.
Herman menegaskan bahwa pengelolaan limbah harus menjadi bagian dari implementasi program MBG agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Sementara itu, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Batam melakukan pengawasan ketat terhadap program MBG yang didistribusikan kepada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Batam.
Kepala BPOM Batam, Mustofa Anwari, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan uji sampling makanan sebagai bagian dari pengawasan.
“Kami melakukan pengujian secara surveilen. Sebelum makanan disalurkan, kami sudah mengecek bahan-bahan di dapur pengolahan. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa makanan yang didistribusikan aman dan berkualitas,” ujar Mustofa, Selasa (14/1).
Menurut Mustofa, pengujian mikrobiologi terhadap sampel makanan membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari.
“Hasilnya akan kami sampaikan secara berkala kepada Badan Gizi Nasional yang memiliki perwakilan di sini. Kami juga melakukan sampling sepanjang tahun untuk memastikan program ini berjalan sesuai standar,” tambahnya.
Mustofa juga menyebutkan bahwa tim BPOM Batam telah melakukan sampling pada 13 Januari dan Jumat pekan lalu.
Hingga saat ini, berdasarkan hasil pengujian, belum ditemukan pelanggaran atau kontaminasi yang membahayakan.
“Fokus kami adalah memberikan dukungan penuh kepada program ini. Kami selalu dilibatkan untuk memastikan keamanan makanan sebelum didistribusikan,” ujar Mustofa. (*)
Reporter : AZIS MAULANA, ARJUNA
Editor : RATNA IRTATIK