Buka konten ini
Tiongkok menjadi negara dengan laju penumpukan senjata nuklir tercepat di dunia. Begitu laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang dirilis awal pekan ini. Lembaga riset perdamaian itu memperkirakan Negeri Tirai Bambu memiliki sedikitnya 600 senjata nuklir sampai Januari tahun ini.
Sebagai perbandingan, berdasar laporan SIPRI, Tiongkok semula ”hanya” memiliki 290 senjata nuklir pada Januari 2019. Artinya, kenaikannya selama enam tahun terakhir lebih dari 100 persen (103 persen). Setiap tahun, Tiongkok menambah sedikitnya 100 hulu ledak nuklir.
Bila tren ini berlanjut, SIPRI memperkirakan Tiongkok akan menguasai sekitar 1.500 senjata nuklir pada 2035. Jumlah yang mendekati cadangan senjata nuklir siap pakai milik Rusia dan Amerika Serikat saat ini. Dilansir dari The Guardian, saat ini Tiongkok hanya memiliki 24 senjata nuklir siap pakai atau berada di peluncur misil maupun pangkalan militer.
Namun, pembangunan ratusan silo rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missiles/ICBM) di wilayah gurun utara dan pegunungan timur Tiongkok memperlihatkan niat jangka panjang untuk memperkuat kesiapan operasional.
Menurut Hans M. Kristensen, peneliti senior di SIPRI, yang dilakukan Tiongkok mencerminkan berakhirnya era reduksi senjata nuklir global yang berlangsung sejak Perang Dingin (1947–1991). ”Era pengurangan jumlah senjata nuklir dunia yang telah berlangsung sejak akhir Perang Dingin kini mulai berakhir,” kata Kristensen.
Klaim Bersifat Defensif dan Minimum
Menanggapi laporan SIPRI tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menolak untuk memberikan komentar spesifik. Namun, dia menegaskan bahwa strategi nuklir Tiongkok bersifat defensif dan minimal. ”Tiongkok selalu memegang strategi nuklir untuk membela diri, menjaga kekuatan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan demi keamanan nasional, dan tidak ikut dalam perlombaan senjata,” tutur Guo.
”Tiongkok tidak akan menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir dalam kondisi apa pun dan tidak akan menggunakan atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara non-nuklir,” sambungnya.
Para analis menilai bahwa peningkatan kekuatan nuklir Tiongkok bisa menjadi alat pencegah terhadap potensi intervensi pihak ketiga. Terutama terhadap Amerika Serikat dalam konflik yang mungkin terjadi di Selat Taiwan. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO