Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Surplus neraca perdagangan pada April diprediksi menyusut dari bulan sebelumnya. Hal itu sejalan dengan kinerja ekspor yang termoderasi. Selain itu, inflasi Mei diperkirakan juga akan melandai.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mempro-yeksikan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April menjadi sekitar 2,70 miliar dolar AS (USD). Angka itu turun USD4,33 miliar di bulan sebelumnya. Kinerja ekspor diperkirakan masih tumbuh 4,6 year on year (yoy), meski secara bulanan terkontraksi 11,8 persen.
“Penurunan ekspor secara bulanan disebabkan berlanjutnya moderasi harga komoditas terutama batu bara, CPO (crude palm oil), dan nikel. Sementara secara tahunan harga CPO dan baja masih tumbuh positif,” kata Asmo, Kamis (29/5).
Begitu pula, kinerja impor yang juga diperkirakan masih tumbuh 5,5 persen secara tahunan. Namun, angka itu menurun 5,8 persen secara bulanan. Penurunan iitu seiring dengan normalisasi permintaan pasca Ramadan dan Idulfitri, serta pelemahan aktivitas industri domestik.
“Data PMI (purchasing managers index) manufaktur Indonesia pada April berada di level 46,7, mencerminkan kontraksi aktivitas industri. Selain itu, ada penurunan pembelian bahan baku oleh sektor manufaktur, yang turut menekan kinerja impor,” terangnya.
Berdasarkan data perdagangan dari negara mitra utama seperti Tiongkok, India, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang, terlihat adanya penurunan impor dari negara-negara tersebut. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pelemahan permintaan global juga turut memengaruhi kinerja ekspor-impor Indonesia.
Asmo juga memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia akan mencatat deflasi bulanan sebesar 0,18 persen month to month (mtm) pada Mei. Hal itu didorong oleh penurunan harga pangan, terutama cabai, akibat pasokan yang melimpah setelah musim panen, serta normalisasi harga pasca Lebaran pada sejumlah bahan pangan bergejolak.
Secara tahunan, inflasi utama diperkirakan melandai menjadi 1,80 persen yoy. Turun dari 1,95 persen pada April.
”Tekanan disinflasi ini mencerminkan stabilnya pasokan pangan serta normalisasi permintaan setelah lebaran,” ungkap lulusan Georgia State University itu. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG