Buka konten ini
BANGKOK (BP) – Thailand mencatat kinerja ekspor yang lebih baik daripada perkiraan. Pertumbuhan datang dari pengiriman barang ke Amerika Serikat (AS). Padahal, ekonomi Negeri Gajah Putih itu dibayangi oleh rencana tarif imbal balik AS sama seperti negara Asia Tenggara.
Kementerian Perdagangan Thailand melaporkan bahwa ekspor April 2025 tumbuh 10,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY). Angka tersebut mengalahkan proyeksi dari angket Reuters yang mencapai 9,1 persen. Angka tertinggi masih dipegang pertumbuhan ekspor pada Maret yang mencapai 17,8 persen YoY.
“Pertumbuhan ekspor seharusnya masih terjadi pada kuartal ini. Namun, tarif impor masih menjadi risiko pada semester kedua tahun ini,” ujar Poonpong Naiyanapakorn, juru bicara Kementerian Perdagangan Thailand yang dilansir Reuters, Senin (26/5).
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Negeri Gajah Putih dikenai tarif imbal balik sebesar 36 persen. Thailand pun melakukan negosiasi sebelum masa tenggang selesai pada Juli nanti. Saat ini, AS sudah memberlakukan blanket tarif sebesar 10 persen selama moratorium berlangsung.
Menteri Perdagangan Thailand, Pichai Naripthaphan, menjelaskan bahwa negosiasi berjalan lancar. Dia percaya bahwa ekspor masih akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Negeri Gajah Putih. “Fundamental ekspor kami sangat kuat. Dalam skenario terburuk pun, ekspor masih akan tumbuh empat persen. Itu di atas target awal kami sebanyak 2-3 persen,” ujar Pichai.
Pada April, ekspor ke AS naik 23,8 persen secara year on year. Sedangkan, pengiriman ke Tiongkok tumbuh sekitar 3,2 persen. Selama empat bulan pertama, akumulasi ekspor masih terkerek sebanyak 14 persen YoY. “Kondisi ini membuat ekonomi Thailand tumbuh setidaknya dua persen,” tuturnya. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO