Buka konten ini
Panitia Seleksi Terbuka Pimpinan Tinggi Madya Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau telah mengumumkan hasil seleksi administrasi. Dari sepuluh nama yang mendaftar, hanya lima yanglolos. Salah satunya adalah sosok birokrat yang telah malang melintang di birokrasi Kepri, khususnya Batam: Yusfa Hendri, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kota (Pemko)Batam.

YUSFA, yang kini berpangkat Eselon IIB, mengaku mengikuti seleksi itu sebagai bagian dari ikhtiarnya untuk kembali mengabdi di tanah kelahirannya. Ia lahir di Dumai pada tahun 1969, tumbuh besar dan menempuh pendidikan di berbagai kota di Riau: Bangkinang, Rengat, dan Dumai.
“Saya tamat SMA tahun 1988, lalu langsung masuk APDN di Pekanbaru. Tamat tahun 1991, dan awal 1992 saya mulai tugas pertama di Kelurahan Tanjungpinang Kota,” katanya, membuka kisah panjang perjalanannya sebagai abdi negara, Jumat (23/5).
Kala itu, Tanjungpinang masih bagian dari Kabupaten Kepri, Provinsi Riau. Kepri sebagai provinsi belum terbentuk.
Penugasan awal tersebut menjadi pijakan karirnya yang kemudian bertahan selama lebih dari tiga dekade.
Tahun 1995, Yusfa lulus dari Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) di Jakarta. Tiga tahun berselang, awal 1998, dia ditempatkan oleh Pemprov Riau di Batam. Sejak saat itu, Batam menjadi panggung utama pengabdiannya.
“Sebagian besar karir saya memang di Kepri, terutama Batam. Tapi ketika ada pembukaan seleksi Sekda Riau, saya melihat ini sebagai kesempatan mengabdi kembali di tanah kelahiran,” kata Yusfa.
Masa pengabdiannya sebagai PNS tersisa sekitar lima tahun lagi. Karena itu, jabatan Sekdaprov Riau bisa menjadi titik puncak sekaligus pengabdian terakhirnya dalam birokrasi. “Saya ingin betul-betul memberikan manfaat. Saya merasa ini saat yang tepat untuk kembali ke Riau,” katanya.
Proses seleksi yang ia ikuti berlangsung terbuka melalui sistem MyASN (layanan kepegawaian perorangan dari BKN). Ia menjelaskan sistem tersebut memungkinkan setiap PNS mengakses lowongan yang dibuka oleh instansi pemerintah di seluruh Indonesia.
“Semua informasi lowongan ada di sana. Jadi siapapun yang memenuhi syarat bisa mendaftar. Tidak ada komunikasi khusus, bahkan dilarang ada intervensi dalam bentuk apapun,” katanya.
Ia mengunggah seluruh dokumen persyaratan mulai dari surat lamaran, riwayat jabatan, persetujuan atasan, hingga biodata ke dalam sistem. Pendaftaran dibuka sejak tanggal 5 hingga 19 Mei 2025.
Bersamaan dengan itu, publikasi media mencatat ada 10 pelamar yang mendaftar untuk posisi Sekdaprov Riau. Dari jumlah itu, hanya lima yang dinyatakan lolos seleksi administrasi, dan Yusfa satu di antaranya.
Tahapan berikutnya cukup menantang; penulisan makalah pada 26 Mei, lalu presentasi dan wawancara pada 28 Mei. Setelah itu, para kandidat akan menjalani uji kompetensi hingga pengumuman akhir yang dijadwalkan pertengahan Juni.
Ketika ditanya apakah ia merasa berat meninggalkan Batam, Yusfa tidak menampik ada rasa haru dan dilema. Bagaimanapun, Batam telah menjadi rumah kedua, tempatnya meniti karir, berkeluarga, dan berkarya selama hampir 30 tahun.
“Pasti terasa berat, tapi dalam ajaran Islam, hijrah itu dianjurkan. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan yang lebih baik. Saya ingin menutup pengabdian saya di tempat di mana ari-ari saya ditanam,” ujar dia.
Rasa cinta Yusfa terhadap tanah kelahiran bukan sebatas nostalgia. Dia membawa pulang bekal pengalaman yang kaya—bukan hanya dalam pemerintahan, tapi juga di ranah global.
Ia pernah hadir dalam forum UN Habitat di Amerika Serikat, mengikuti pelatihan pariwisata di Singapura, serta sejumlah pelatihan strategis lainnya yang membekalinya dalam tata kelola pemerintahan.
“Saya ingin itu semua tidak hanya berhenti menjadi pengalaman, tapi bisa saya wujudkan dalam bentuk kontribusi nyata untuk Riau,” kata Yusfa.
Ia pun tidak menampik bah-wa banyak tantangan akan dihadapi di tanah kelahiran. Namun dia percaya, pengalaman panjangnya bisa menjadi modal untuk menjawab tantangan-tantangan itu dengan cara yang lebih efektif.
Yusfa bukan hanya birokrat biasa. Ia juga pembelajar yang tekun dan pribadi yang rendah hati. Dalam setiap jawaban, ia tak pernah mengesankan dirinya merasa lebih unggul dari kandidat lain.
“Semua yang ikut pasti punya niat baik dan kapabilitas. Saya hanya mencoba memberi yang terbaik, apapun hasilnya nanti,” ujarnya
Kini, seluruh mata tertuju pada tahapan selanjutnya. Apakah perjalanan panjang Yusfa akan menuntunnya kembali ke pelukan Riau, menyelesaikan pengabdian di tempat semuanya bermula? Waktu akan menjawab. (***)
Laporan: ARJUNA
Editor: RYAN AGUNG