Buka konten ini
BATAM (BP) – Hujan deras yang mengguyur Batam selama dua hari terakhir menyebabkan banjir parah di berbagai wilayah, khususnya di Batuaji dan Sagulung. Sejumlah ruas jalan utama dan permukiman warga terendam air, menimbulkan kekhawatiran serta protes dari masyarakat.
Banjir yang semakin meluas ini diduga akibat maraknya proyek pematangan lahan yang menggunduli bukit dan menimbun lokasi resapan air. Masyarakat menyoroti kebijakan pemerintah dalam memberikan izin proyek-proyek besar tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan.
Sejumlah kawasan seperti Batuaji, Sagulung, dan Marina menjadi sorotan karena proyek pematangan lahan yang sedang berjalan diduga memperburuk kondisi lingkungan. Akibatnya, wilayah yang sebelumnya tidak terkena banjir kini ikut terdampak.
Di kawasan Marina, misalnya. Proyek penimbunan lokasi resapan air tengah berlangsung masif. Bukit-bukit dibabat habis, dan lahan rawa yang berfungsi sebagai resapan air ditimbun untuk pembangunan perumahan serta proyek wisata. Hal ini menyebabkan air hujan tidak memiliki jalur aliran yang memadai sehingga langsung menggenangi permukiman warga.
Suhardi, warga Marina, mengungkapkan bahwa banjir di wilayahnya semakin parah. ”Memang Marina ini sering banjir, tapi sekarang lebih parah dan semakin meluas. Jalur air sudah banyak yang ditutup untuk proyek perumahan dan pembangunan lain. Ditambah lagi dengan pasang air laut, situasi semakin buruk,” keluhnya.
Menanggapi persoalan ini, Lurah Tanjungriau, Syamsuddin, mengakui bahwa beberapa proyek pematangan lahan yang bermasalah telah dilaporkan ke dinas terkait untuk dievaluasi. Namun, masyarakat masih meragukan efektivitas langkah tersebut, mengingat proyek-proyek itu tetap berjalan hingga kini.
Tak hanya di Marina, proyek pemotongan bukit dan penimbunan lahan juga marak di Batuaji dan Sagulung. Di wilayah Tanjunguncang, misalnya. Sejumlah bukit telah diratakan untuk mengambil material tanah yang kemudian digunakan dalam proyek reklamasi di Marina. Akibatnya, daerah yang sebelumnya tidak rawan banjir kini mulai tergenang saat hujan deras melanda.
Muklis, warga Tanjunguncang, menyayangkan kebijakan pemerintah yang dinilai terlalu longgar dalam memberikan izin proyek.
”Pemerintah harus mempertimbangkan dampaknya. Jangan semua lahan dihabisi dan resapan air ditimbun. Kalau dibiarkan, Batam bisa tenggelam perlahan,” ujarnya.
Kawasan Bukit Daeng, yang selama ini disebut sebagai kawasan hutan lindung, juga mulai diratakan. Pepohonan ditebang, tanah dikeruk, dan proyek pematangan lahan terus berlangsung. Masyarakat khawatir penggundulan hutan ini akan menyebabkan bencana ekologis yang lebih besar di masa depan.
Selain permasalahan pematangan lahan, masyarakat juga menyoroti ketidakefektifan pembangunan drainase di Batam.
”Percuma drainase dilebarkan kalau akhirnya pesisir pantai dan lokasi resapan air malah ditimbun. Ini hanya akan memperparah banjir ke depannya,” tegas Muklis.
Masyarakat mendesak pemerintah segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek-proyek yang berpotensi merusak lingkungan. Jika tidak ada langkah tegas, banjir di Batam di-prediksi akan semakin parah dan merugikan banyak pihak, terutama warga yang tinggal di daerah rawan genangan.
Hujan deras yang mengguyur Kota Batam selama dua hari terakhir juga menyebabkan genangan air di sejumlah titik, menghambat arus lalu lintas, dan meningkatkan risiko kecelakaan. Menanggapi situasi ini, personel Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Kepulauan Riau (Kepri) bergerak cepat ke lapangan untuk memastikan kelancaran mobilitas masyarakat.
Dirlantas Polda Kepri, Kombes Tri Yulianto, mengatakan bahwa intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang dengan ketinggian air mencapai lutut hingga pinggang orang dewasa. Hal ini mengakibatkan kepadatan lalu lintas di sejumlah lokasi, seperti di depan Koramil Batu Besar, U-turn Bida Asri 2 Batam Center, depan RS Soedarsono Nongsa, serta kawasan Punggur.
”Setelah menerima laporan dari masyarakat, kami segera menerjunkan personel ke lokasi-lokasi terdampak. Kami menerapkan rekayasa lalu lintas berupa contraflow dan melakukan pengaturan arus kendaraan agar lalu lintas tetap berjalan lancar. Langkah ini diambil untuk me-ngurangi kemacetan,” katanya, Jumat (21/3).
Lebih lanjut, langkah Ditlantas Polda Kepri merupakan bagian dari komitmen dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, terutama dalam kondisi cuaca ekstrem. Pihaknya juga mengimbau pengguna jalan untuk meningkatkan kewaspadaan, mengingat jalanan yang licin dan genangan air dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
”Kami mengajak masyarakat untuk selalu berhati-hati, mematuhi arahan petugas di lapangan, serta menghindari berteduh di bawah pohon besar atau baliho yang berpotensi tumbang akibat angin kencang,” ujarnya.
Langkah ini tidak hanya memastikan kelancaran mobilitas masyarakat, tetapi juga meminimalkan potensi kecelakaan serta dampak lanjutan dari kondisi cuaca buruk. Polda Kepri juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta instansi terkait untuk merespons secara cepat apabila terjadi bencana yang lebih besar.
”Warga yang bermukim di daerah rawan, seperti pesisir dan perbukitan, diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan bersiap melakukan evakuasi jika diperlukan,” pungkasnya. (*)
Reporter : EUSEBIUS SARA – AZIS MAULANA
Editor : RYAN AGUNG