Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan pemerintah memberikan harapan besar bagi masyarakat. Program ini diharapkan tidak hanya mendeteksi penyakit secara dini, namun ada tindak lanjut atas penyakit itu.
Founder dan CEO CISDI Diah Samiarsih mengapresiasi pemerintah yang menargetkan 80 persen dari populasi dapat mengikuti CKG. “Critical point-nya saat follow up,” kata Diah. Maksudnya, ketika hasil CKG menunjukkan masyarakat berpotensi sakit atau malah sudah mengidap suatu penyakit, maka bagaimana tindak lanjutnya.
Dia menyarankan agar ada koordinasi dengan BPJS Kesehatan. Sebab, masyarakat yang terdeteksi sakit pasca CKG dan sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan bisa melanjutkan pengobatan. Ini sejalan dengan tujuan CKG yang ingin mendeteksi penyakit sedini mung-kin untuk diobati dan harga pengobatannya menjadi lebih murah.
“Misalnya tuberkulosis, tidak perlu antibiotik tingkat tinggi,” ungkapnya.
Ada kemungkinan CKG membuat ledakan penyakit karena terdeteksi. Namun, Diah menyebutkan tidak perlu khawatir karena dampak jangka panjangnya jauh lebih baik.
Mungkin rumah sakit akan lebih banyak pasien rujukan.
Dia menyarankan untuk menjalankan sistem rujukan yang baik. Tidak hanya rujukan ke atas (faskes tingkat pertama ke faskes lanjutan), tapi juga rujuk balik. “Memang sistem ini masih sporadis,” ucapnya.
CKG juga menjadi keuntungan bagi pemerintah. Sebab, pemerintah dapat memperoleh data gambaran kondisi kesehatan masyarakat. Menurutnya, data ini bisa jadi pijakan untuk menentukan anggaran preventif hingga pengobatan.
“Anggaran BPJS Kesehatan bisa diperkirakan mana yang tinggi. Obat-obatan juga bisa disesuaikan dengan penyakit yang paling banyak,” katanya.
Sementara itu, Direktur BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan kesiapannya untuk menanggung masyarakat yang butuh berobat berdasar hasil CKG. Dia mengakui ada kemungkinan lonjakan rujukan peserta JKN. “Kalau dia peserta BPJS Kesehatan, tentu kami biayai,” katanya.
Di lain sisi, program CKG juga memberikan beban tambahan bagi tenaga kesehatan di puskemas. Kepala Puskesmas Tanah Abang dr Ovi Norfiana menyebutkan telah mengatur tenaga kesehatan yang terlibat. “Setiap hari ada 10 tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan,” ucapnya.
Ovi mengungkapkan, perlu manejemen untuk mengatur. Petugas CKG akan ada di sif pagi. “Sistem penjadwalan sudah terorganisir dengan baik,” ungkapnya. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG