Buka konten ini
Trauma akibat tanah longsor yang melanda Perumahan Tiban Koperasi, Kecamatan Sekupang, yang terjadi awal pekan lalu, masih terasa hingga kini. Peristiwa tragis tersebut menewaskan empat warga setelah tertimbun material longsor. Hingga saat ini, sebagian besar warga yang terdampak masih enggan kembali ke rumah karena khawatir akan ada longsor susulan, terlebih dengan intensitas hujan yang masih tinggi.
Desi, salah seorang warga terdampak, mengaku hingga kini masih mengungsi di rumah saudaranya. Ia mengatakan, trauma yang dirasakannya semakin kuat setiap kali hujan turun, sehingga membuat dirinya tidak berani tinggal di rumah, meskipun hanya pada siang hari.
”Awalnya siang saya masih berani pulang sebentar ke rumah untuk melihat-lihat, tapi sekarang karena hujan terus, siang pun saya tak berani lagi. Takut kejadian serupa terulang,” ujarnya, Minggu (19/1).
Saat ini, sebanyak 19 kepala keluarga (KK) yang terdampak longsor masih mengungsi. Beberapa di antaranya memilih tinggal di rumah kerabat, rumah Ketua RT, atau bahkan mencari kontrakan sementara. Pemerintah juga telah melarang warga di Blok S untuk kembali ke rumah mereka hingga dilakukan upaya mitigasi, seperti pemasangan pembatas berupa batu miring di area rawan longsor.
”Dari pemerintah, katanya warga di Blok S memang harus mengosongkan rumah dulu. Mereka akan memasang batu miring atau pembatas di belakang bukit agar lebih aman,” kata Desi.
Cerita serupa disampaikan oleh Ida, warga lainnya yang terdampak. Ia mengaku sejak kejadian tersebut, tidak lagi merasa aman tinggal di rumah, terlebih dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. ”Biasanya siang saya masih nengok rumah, tapi sekarang siang pun saya tak berani lagi karena hujan terus. Kalau malam apalagi, makin takut,” ujarnya.
Meskipun bantuan logistik mulai mengalir dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan relawan, warga berharap ada langkah cepat dan nyata untuk memastikan keamanan lingkungan mereka.
“Sebenarnya bantuan sudah banyak datang, tapi kami hanya ingin tempat tinggal kami bisa kembali aman. Kalau situasi terus begini, kapan kami bisa pulang?” ungkap Ida.
Pemerintah Kota Batam me-lalui dinas terkait telah menya-takan akan segera menangani lokasi bencana. Salah satu upaya yang direncanakan adalah pemasangan pembatas dan penanganan struktur tanah di sekitar bukit yang rawan longsor. Namun, warga berharap langkah-langkah tersebut dapat direalisasikan sesegera mungkin.
Sementara itu, Kepala Pelak-sana BPBD Kepri, Muhammad Hasbi, menjelaskan bahwa proses penyaluran bantuan untuk korban bencana di Batam tengah berjalan. Bantuan seperti selimut dan sembako dikelola oleh Dinas Sosial, sementara BPBD Kepri bertanggung jawab terhadap bantuan sosial tidak terencana yang difokuskan pada rehabilitasi bangunan pascabencana.
”Bantuan sosial tidak terencana ini berupa dukungan untuk memperbaiki bangunan yang terdampak. Namun, sebelum disalurkan, harus melalui proses pendataan dan verifikasi terlebih dahulu,” ujar Hasbi.
Tim Jitu Pasna (Tim Kajian Cepat Pasca Bencana) akan turun langsung ke lapangan untuk melakukan penilaian dan menyusun berita acara terkait kerusakan. Berdasarkan data tersebut, bantuan akan diberikan sesuai kategori kerusakan.
“Untuk korban meninggal akan mendapatkan Rp15 juta. Sementara, bantuan untuk kerusakan rumah dibagi menjadi kategori ringan, sedang, dan berat,” paparnya.
Hasbi menyebutkan, di Batam terdapat 24 rumah yang terdampak bencana, tersebar di wilayah seperti Galang, Belakangpadang, Batubesar, Nongsa; dan Tiban, Sekupang. Selain rumah, beberapa infrastruktur dan kedai masyarakat juga me-ngalami kerusakan.
Jauhi Titik Rawan Bencana
Pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam terpilih, Amsakar Achmad-Li Claudia Chandra, menyambangi lokasi bencana longsor di Tiban Koperasi untuk memberikan dukungan langsung kepada warga terdampak, Minggu (19/1) sore. Keduanya hadir didampingi sejumlah legislator Batam, seperti Aweng Kurniawan, Hendra Asman, dan Yefri.
Amsakar dan Li Claudia juga meninjau kondisi terkini lokasi longsor sekaligus berdialog langsung dengan para korban dan warga.
Tak hanya itu, mereka juga memberikan bantuan berupa uang tunai dan 500 paket sembako kepada warga yang terdampak bencana.
”Ini bantuan kami pribadi, belum dari Pemko. Kalau Pemko, kan, sudah ada anggaran dan lebih banyak,” kata Amsakar kepada warga di Tiban Koperasi.
Rombongan turut mengunjungi sejumlah wilayah lain yang mengalami banjir, termasuk Marina dan Sei Harapan. Amsakar menyampaikan keprihatinannya atas musibah yang menimpa warga.
”Apa yang dialami warga adalah duka Pemerintah Kota Batam. Mudah-mudahan kehadiran kami dapat meringankan beban warga terdampak,” ujarnya.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah konkret untuk memberikan bantuan kepada korban, termasuk santunan bagi keluarga korban meninggal dunia dan bantuan perbaikan bagi rumah yang rusak.
Lebih lanjut, Amsakar meminta warga untuk sementara waktu menjauhi titik rawan bencana selama cuaca ekstrem masih berlangsung. Ia turut menyinggung adanya berbagai permasalahan lain yang muncul di 12 kecamatan akibat cuaca ekstrem, termasuk banjir.
Sementara itu, Wakil Wali Kota terpilih, Li Claudia Chandra, mengatakan bahwa langkah jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa akan sege-ra dibahas bersama dinas terkait.
”Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Ada 16 rumah terdampak, dan warga yang memiliki rumah harus bekerja sama untuk mencari solusi, apakah perlu relokasi atau langkah lain. Ini harus dibahas lebih lanjut,” kata Li Claudia. (***)
Reporter : Rengga Yuliandra / Arjuna
Editor : RATNA IRTATIK