Buka konten ini
Peristiwa lepasnya sejumlah buaya dari penangkaran PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) yang berkeliaran di perairan sekitar Batam makin memperburuk kondisi, terutama para nelayan pesisir di Batam. Banyak dari mereka tidak berani melaut.
Mereka khawatir nyawa mereka terancam jika tetap melaut. Padahal, bulan Januari, terutama menjelang perayaan Imlek, adalah waktu penting bagi mereka untuk memperoleh hasil tangkapan, khususnya ikan dingkis yang menjadi sumber pendapatan utama.
Hasim, tokoh masyarakat pesisir Batam, mengungkapkan kekecewaannya kepada perusahaan yang dinilai bertanggung jawab atas insiden ini. Menurutnya, pihak perusahaan sama sekali tidak pernah turun tangan untuk menangani masalah tersebut. Padahal, dampaknya sangat besar bagi nelayan.
”Pihak perusahaan tidak turun ke lapangan untuk mencari buaya yang lepas. Malahan, nelayan yang diminta menangkap buaya dengan upah Rp1 juta untuk yang hidup dan Rp500 ribu untuk yang mati. Sementara itu, nelayankami bertaruh nyawa untuk menangkap buaya-buaya ini agar tidak ada korban jiwa, dan agar anak-anak mereka aman bermain di pinggir laut,” ujarnya, Minggu (19/1).
Selain itu, ia menilai pihak perusahaan tidak transparan dan enggan bertanggung jawab atas kerugian yang dialami nelayan. ”Perusahaan hanya mengakui ada lima ekor buaya yang lepas, tetapi saya yakin lebih dari 50 ekor yang lepas,” kata Hasim.
”Ini sudah sangat merugikan nelayan, yang seharusnya bisa melaut untuk mencari ikan, terutama menjelang Imlek. Sekarang nelayan kita tak berani turun ke laut,” imbuhnya.
Selain itu, banyak nelayan kini merasa tertekan dengan tanggung jawab besar untuk menangkap buaya yang lepas, sementara mereka sendiri khawatir akan keselamatan mereka. ”Nelayan tidak hanya takut melaut, mereka juga takut akan keselamatan anak-anak mereka di pinggir laut. Kami meminta pihak perusahaan bertanggung jawab, terutama untuk nelayan yang berada di tiga kecamatan pesisir Batam ini,” tegasnya.
Masyarakat pesisir Batam, yang juga terdampak, berencana mengorganisir sekitar 3.000 orang untuk mendatangi perusahaan tersebut jika masalah buaya yang lepas tidak segera ditangani. Hasim menyatakan bahwa aksi tersebut bertujuan menuntut perusahaan agar segera bertanggung jawab atas kejadian ini dan memberikan solusi yang memadai bagi nelayan yang kesulitan.
”Kami tidak bisa tinggal diam jika perusahaan tidak bertanggung jawab. Kami akan datang langsung ke perusahaan untuk menuntut mereka memberikan solusi yang jelas. Ini sudah menyangkut keselamatan nelayan dan kelangsungan hidup mereka,” ujar Hasim dengan tegas.
Terpisah, Kapolsek Bulang, Iptu Adyanto Syofyan, menyatakan hingga kini sebanyak 29 ekor buaya telah berhasil ditangkap sejak jebolnya kandang penangkaran di Pulau Bulan, Kecamatan Bulang, pada Senin (13/1). Meski begitu, masyarakat tetap diminta waspada karena masih ada buaya yang diduga berkeliaran di perairan sekitar.
Penangkapan terbaru terjadi di dekat galangan kapal PT KTU di Sagulung. Seekor buaya besar berhasil ditangkap warga dan pekerja setempat. Aksi ini sempat direkam dalam video yang kini viral di media sosial.
”Cukup besar buayanya dan berhasil kita tangkap,” ujar seorang warga dalam video tersebut. Proses penangkapan ini mendapatkan apresiasi dari Kapolsek Bulang, Iptu Adyanto Syofyan, yang memastikan laporan penangkapan sudah disampaikan kepada pihak PT PJK.
Meskipun demikian, kekhawatiran masyarakat belum sepenuhnya reda. Keberadaan buaya yang berkeliaran di perairan menimbulkan keresahan, terutama bagi warga yang tinggal di sekitar Pulau Bulan. Mardi, seorang warga Pulau Buluh, mengungkapkan ketakutannya.
”Kami sangat khawatir dengan buaya-buaya ini. Harapannya, pihak terkait bisa segera menyelesaikan masalah ini,” ujarnya.
Camat Bulang, Ramadhan, meminta PT PJK bertanggung jawab penuh atas insiden ini. Ia menekankan pentingnya langkah cepat dan serius untuk memastikan keselamatan warga serta mencegah kejadian serupa di masa depan.
”Kami tidak ingin hal ini menjadi ancaman berkepanjangan bagi masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu, operasi penangkapan buaya masih terus dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari aparat kepolisian, masyarakat, dan pihak perusahaan. Proses ini membutuhkan kewaspadaan tinggi mengingat kondisi geografis perairan yang luas dan sulit dijangkau.
Menurut Iptu Adyanto Syo-fyan, patroli rutin dan pengawasan ketat akan terus dilakukan hingga semua buaya yang lepas berhasil ditangkap. ”Kami berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi warga. Namun, kami juga mengimbau masyarakat tetap waspada, terutama saat beraktivitas di sekitar perairan,” ujarnya.
Kadisbudpar: Buaya Lepas Tak Pengaruhi Kunjungan Wisatawan
Meskipun peristiwa lepasnya buaya di Pulau Bulan sempat menjadi perhatian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam menegaskan bah-wa kejadian tersebut tidak memengaruhi kunjungan wisatawan ke Kota Batam. Destinasi wisata utama seperti restoran dan tempat hiburan tetap jadi pilihan utama bagi pengunjung, sementara kawasan wisata bahari pun dinilai tetap aman dengan standar keselamatan yang memadai.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Batam, Ardiwinata, menjelaskan bahwa kawasan wisata yang menjadi daya tarik utama, seperti restoran, tempat hiburan, dan kawasan lainnya, tetap berjalan seperti biasa dan tidak terpengaruh oleh insiden tersebut. ”Enggak ada pengaruhnya, wisatawan kita kan datang ke restoran, tempat hiburan, dan sebagainya,” ujarnya, Minggu (19/1).
Ardi juga menambahkan bahwa untuk wisata bahari, Batam telah menggunakan alat-alat yang sesuai dengan standar keselamatan sehingga tetap aman bagi pengunjung. ”Untuk yang kelautan itu kita kan menggunakan alat dan sebagainya,” jelasnya.
Hingga saat ini, menurutnya, belum ada keluhan atau ke-khawatiran dari agen perjalanan terkait peristiwa lepasnya buaya tersebut. ”Dari agen-agen wisata juga belum ada komplain mengenai ini,” tambahnya.
Menyinggung potensi ancaman buaya yang dapat berenang hingga 27 kilometer, seperti yang disampaikan oleh BBKSDA, Ardi mengimbau wisatawan untuk tetap waspada dan berhati-hati serta memperhatikan keselamatan saat beraktivitas di perairan.
”Sejak dulu, himbauan itu dari dulu ada, jaga keselamatan, perhatikan cuaca, jadi tetap berhati-hati,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa koordinasi keamanan di kawasan wisata Batam, termasuk yang menawarkan wisata laut dan pantai seperti Nongsa, kawasan Barelang, serta wilayah perairan lainnya, sudah diatur dengan baik untuk memastikan kenyamanan dan keselamatan pengunjung. Ardi juga optimistis jumlah wisatawan yang datang ke Batam akan terus meningkat pada tahun ini.
”Jumlah kunjungan wisatawan di awal 2025 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2024. Kami harapkan trennya akan terus meningkat. Data pastinya nanti awal Februari,” jelasnya.
Insiden ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya manajemen risiko dalam penangkaran hewan buas. Pakar lingkungan meminta pihak penangkaran memperbaiki sistem keamanan kandang agar kejadian serupa tidak terulang. Selain itu, mereka juga menyoroti perlunya koordinasi yang lebih baik antara perusahaan dan pemerintah daerah dalam menangani situasi darurat.
Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk melaporkan setiap penampakan buaya kepada aparat setempat. Kesigapan warga dan koordinasi yang baik dianggap menjadi kunci keberhasilan dalam penanganan insiden ini. (***)
Reporter : Rengga / Yuliandra / Eusebius Sara
Editor : RYAN AGUNG