Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Brain drain atau orang yang berpendidikan tinggi dan terampil memilih menetap di negeri lain juga terjadi di Indonesia. Selama 2019 hingga 2022, ada 3.912 warga negara Indonesia (WNI) yang beralih menjadi warga negara Singapura. Data itu berasal dari Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkum HAM yang dikeluarkan pada 2023.
Sebagian besar warga yang pindah memiliki rentang usia produktif, yakni 25–35 tahun. Dengan kondisi itu, RI berada di peringkat ke-82 untuk indeks human flight dan brain drain.
Fenomena itu mendapat atensi dari Kementerian Kependudukan dan Keluarga Berencana (Kemendukbangga).
Wamendukbangga Ratu Isyana Bagoes Oka menyatakan, kementeriannya memiliki Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) yang diharapkan menjadi solusi brain drain. ”Kami akan berkolaborasi dan berkoordinasi terus dengan Bappenas,” ucapnya.
Menurut dia, data dari Bappenas penting. Sebab, itu akan membantu memetakan potensi brain drain dan solusinya. ”Perlu ada link and match antara ketersediaan lapangan pekerjaan dengan apa yang nantinya ditelurkan oleh universitas-universitas,” ucapnya.
Isyana menyatakan bahwa lapangan kerja menjadi salah satu kunci untuk mencegah brain drain. ”Ini pekerjaan panjang, tapi harus dimulai dari sekarang,” imbuhnya.
Fenomena brain drain menjadi tantangan tersendiri terutama dalam menghadapi bonus demografi. Kemendukbangga memprediksi puncak demografi Indonesia terjadi pada 2030 mendatang.
”Bonus demografi merupakan peluang bagi Indonesia untuk melakukan strategi menjadi negara maju. Kualitas sumber daya manusia menjadi titik kunci bagaimana strategi tersebut bisa diimplementasikan,” paparnya.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menyatakan, brain drain saat ini harus dilihat dari perspektif positif. Dia melihat mereka yang akan kembali ke Indonesia dapat menguntungkan bagi RI.
Sebab, mereka yang di luar negeri memiliki pengalaman dan pendidikan tinggi. ”Di-perlukan pengembangan bidang-bidang keilmuan yang relevan dan itu dikaitkan dengan strategi pengembangan kewilayahan,” ujarnya. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG