Buka konten ini
Sejumlah nelayan di Pantai Gumuk Kantong tengah selamatan perahu saat pesawat latih Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi jatuh. Evakuasi bangkai pesawat ke pantai lancar, tapi menariknya lebih jauh lagi terhalang cuaca ekstrem.
PESAWAT kecil itu terbang sangat rendah. Cuma 3 meter dari air. Dan, tak lama berselang, moncongnya nyungsep ke perairan Pantai Gumuk Kantong, Banyuwangi, Jawa Timur.
”Kami berlima langsung berenang ke tempat jatuhnya pesawat untuk menyelamatkan dua orang yang ada di dalamnya,” ujar Susianto, seorang saksi mata yang juga ketua pengelola Pantai Gumuk Kantong, Kecamatan Muncar, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi (grup Batam Pos), Selasa (4/2).
Siang itu sekitar pukul 14.00 itu, Susianto dan kawan-kawannya sedang mengadakan selamatan perahu. Tiba-tiba pesawat latih jenis Cessna 172S Skyhawk SP yang datang dari arah selatan tersebut terbang semakin rendah sebelum akhirnya terjadilah insiden itu.
Beruntung tidak ada korban jiwa. Dua krunya, Muhammad Rafie Ihsan (instruktur) dan M. Fathan Mubina (siswa penerbang), selamat. Pesawat milik Akademi Penerbang Indonesia (API) Banyuwangi dengan tanda pengenal Papa Kilo (PK) BYK itu diduga mengalami lost power (kehilangan kekuatan).
Susianto menyebut, di waktu yang bersamaan, ada pesawat latih lain yang berputar-putar di atas Pantai Gumuk Kantong. Pesawat capung itu sepertinya ingin mencari pesawat yang jatuh. Tapi, tidak lama kemudian terbang ke arah utara.
”Petugasnya kemudian datang. Dua awak pesawat yang jatuh itu dilarikan ke klinik (milik API),” katanya.
Setelah dua awak pesawat berhasil dievakuasi, lanjut Susianto, warga dibantu petugas kepolisian dan TNI melakukan evakuasi bangkai pesawat tersebut. ”Bangkai pesawat ditarik gotong royong ke pinggir. Alhamdulillah, dibantu ombak bisa lebih mudah evakuasi,” kata Kasatpolairud Banyuwangi Kompol Muchamad Wahyudi.
Bangkai pesawat ditarik menggunakan tali oleh petugas gabungan dan warga sejauh 20 meter. Sesampai di pantai yang masuk wilayah Desa Sumbersewu itu, petugas langsung melakukan pembatasan agar orang-orang yang terus berdatangan tidak mendekati pesawat tersebut.
Tapi, tempat tersebut sebenarnya belum sepenuhnya aman. Perlu ditarik sejauh-jauhnya dari pantai agar tidak terseret arus saat pasang.
”Bagian dalam pesawat sudah kemasukan air dan pasir. Itu kian menyulitkan evakuasi,” ucap Wahyudi.
Kendala lain adalah cuaca ekstrem. Akhirnya, karena hujan deras, sekitar pukul 18.30, evakuasi dihentikan dulu.
Untuk mempermudah proses pemindahan, sejumlah bagian pesawat dipreteli terlebih dahulu. ”Agar tidak berat saat ditarik menggunakan crane,” ucapnya.
Bagian yang dicopot tersebut, kata dia, mesin serta kedua sayap pesawat. ”Bahan bakar pesawat juga segera kami pindah agar lebih aman,” katanya. (***)
Reporter: SALIS ALI
Editor : RYAN AGUNG