Buka konten ini
Istilah anak broken home dapat diartikan sebagai anak-anak dengan latar belakang keluarga yang berantakan faktor keegoisan orangtua yang bercerai. Kondisi ini dapat berdampak serius terhadap kondisi psikologis atau mental anak.
Efek yang diterima anak broken home atas perceraian orangtuanya berbeda-beda. Hal ini tergantung pada usia anak yang mengalami kondisi orangtua bercerai, kepribadian anak, jenis kelamin dan hubungan anak dengan orangtuanya.
Dilansir dari laman Alodokter.com ternyata dampak fatal psikologis anak itu mengacu pada perceraian orangtua atau broken home. Hancurnya struktur keluarga dapat menimbulkan efek panjang. Penelitian mengungkapkan ada beberapa dampak serius dan fatal akibat broken home meliputi:
1. Masalah emosional
Perpisahan orangtua sangatlah mempengaruhi kondisi emosional pada anak. Rasa kehilangan, sedih, takut, marah, semua bercampur aduk yang dirasakan oleh anak.
Dilema sebagai anak harus memilih tinggal dengan ayah atau ibu. Rasa kehilangan salah satu sosok orangtua, atau merasa tidak dicintai lagi oleh orangtua bisa menjadi penyebabnya. Tak heran anak merasa emosi atau justru menyalahkan dirinya sebagai penyebab perpisahan orangtuanya.
2. Gangguan perilaku
Sebagian anak-anak dengan kondisi broken home suasana hati mereka dikerubungi dengan perasaan yang tidak menentu atau gangguan suasana hati lainnya. Mereka memilih untuk menarik diri dari pergaulan, enggan bersosialisasi, dan tidak percaya diri.
Perceraian ternyata dapat berkontribusi dan mendorong pada perilaku antisosial pada anak. Anak broken home sangat berisiko menjadi anak yang nakal, agresif, suka berkata kasar, berbohong, dan bahkan suka berkelahi dengan teman mainnya.
3. Gangguan mental
Setelah menghadapi perceraian orangtua, seorang anak akan mengalami kurangnya pendeketan secara intens kepada orangtuanya. Maka terjadi perubahan yang dialami anak, seperti pindah rumah atau pindah sekolah. Anak broken home rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan yang tinggi.
Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi seperti ini dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian, penyalahgunaan narkoba, bahkan percobaan bunuh diri.
Dampak serius lainnya ialah separation anxiety syndrome (SAD) atau gangguan kecemasan berpisah. SAD seperti suatu kondisi di mana seorang anak menjadi sangat takut dan cemas kehilangan figur penting dalam hidupnya, yang pada hal ini adalah sosok ayah dan ibu mereka.
4. Masalah keuangan dan pendidikan
Anak-anak broken home sering kali mengalami masalah keuangan yang kurang stabil jika dibandingkan dengan anak dari rumah tangga yang harmonis. Selain itu, prestasi di sekolah selalu buruk atau menurun dari segi pendidikan.
Hal ini terjadi karena mereka rentan mengalami gangguan belajar, sulit konsentrasi, dan tidak termotivasi lagi untuk belajar setelah orang tuanya bercerai. Hal yang dapat dilakukan orangtua dan anak yang mengalami kondisi broken home yaitu:
5. Menghindari pertikaian di depan anak
Menghadapi perceraian sebenarnya lebih mudah bagi anak jika melihat orangtuanya tetap akur dan tidak banyak pertikaian. Dalam hal ini, orangtua perlu menjaga emosinya agar tidak bertengkar dihadapan anak.
Jangan terburu-buru dalam memutuskan perceraian, bila menghadapi konflik dengan pasangan. Sebelum mengambil keputusan untuk bercerai, coba biasakan mengikuti konseling pernikahan dengan psikolog.
Tidak membuat anak berpihak pada salah satu orangtua
Sokok ayah hendaknya tidak melarang kedekatan anak dengan ibunya, begitu pun sebaliknya. Pastikan untuk selalu terbuka dan berbagi situasi kondisi keluarga dengan anak. Berkomunikasi yang baik penting bagi perkembangan anak di kemudian hari.
Dan seorang anak turut menjaga komunikasi dengan kedua orangtua, misalnya dengan tetap berkomunikasi setiap hari dengan ayah dan ibu melalui telepon, chat, video call, atau rutin mengunjungi rumah kedua orangtuanya yang sudah bercerai.
6. Kompak dalam memberi dukungan
Orangtua manapun yang mengalami broken home harus bekerja sama dalam memberikan dukungan terhadap anak, misalnya saat harus menghadiri acara sekolah atau ulang tahun anak, baik ayah dan ibu perlu mengupayakan kehadiran. Yakinkan pada anak bahwa meskipun berpisah, kasih sayang orangtua akan selalu ada.
7. Mengetahui cara untuk mengatasi stres
Perceraian orangtua bisa saja menjadi sulit bagi anak dan orangtua, namun bisa juga menjadi proses pembelajaran untuk menemukan kekuatan diri masing-masing dalam menghadapi masalah. Saat stres melanda, baik orang tua maupun anak harus mencari jalan terbaik untuk mengatasinya, misalnya curhat dengan kerabat, atau minta saran dari guru di sekolah.
Hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan peran orang tua dan anak broken home ialah mengikuti konseling keluarga dengan psikolog, terutama jika muncul masalah pada kesehatan anak. Baik gangguan psikologis maupun yang sudah berkembang menjadi gangguan fisik. (***)
Reporter : JP Group
Editor : umy kalsum