Buka konten ini
BATAM (BP) – Ribuan umat Buddha dan masyarakat Tiong-hoa memadati Maha Vihara Duta Maitreya, Batam, pada hari pertama Tahun Baru Imlek, Rabu (29/1). Seperti tradi-si setiap tahunnya, perayaan di vihara yang berlokasi di Seipanas ini diisi dengan dua kegiatan utama, yaitu ritual penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta santap vegetarian bersama sebagai bentuk refleksi dan awal yang baik di tahun baru.
Pengurus Maha Vihara Duta Maitreya, Liyas Masri, menjelaskan bahwa umat yang datang pada hari pertama Imlek melakukan ritual penghormatan kepada Tuhan dan para Buddha. Ritual ini merupakan ungkapan rasa syukur atas perjalanan satu tahun yang telah dilalui, baik dalam suka maupun duka.
”Kami meyakini bahwa setiap tahun yang dilewati adalah berkat dari Tuhan, sehingga kita mensyukurinya dan berdoa agar tahun yang baru ini membawa berkah serta tuntunan untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Liyas Masri.
Selain ritual keagamaan, umat juga menjadikan momentum Imlek sebagai ajang silaturahmi bersama keluarga, kerabat, dan sahabat. Tradisi unik lainnya yang berlangsung di vihara ini adalah santapan vegetarian massal.
Bervegetarian di hari pertama Imlek dipercaya sebagai langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik dengan menjauhi konsumsi makanan berbahan hewani.
”Dengan bervegetarian, kita mengamalkan nilai mencintai kehidupan. Harapannya, hidup kita pun akan dicintai oleh alam dan sesama manusia serta diberikan kelancaran dalam segala hal,” tambahnya.
Panitia vihara menyediakan sekitar 30 ribu porsi makanan vegetarian, yang terdiri atas 10 menu utama dengan variasi tujuh hingga delapan jenis lauk. Makanan ini disiapkan oleh 300 panitia dan koki serta dibagikan secara gratis kepada para pengunjung mulai pukul 07.00 hingga 18.00 WIB.
“Panitia juga mengimbau umat yang hadir untuk menghargai makanan dengan mengambil sesuai porsi masing-masing,” katanya.
Meski tidak terlalu mendalami aspek astrologi dalam budaya Tionghoa, Liyas Masri menyoroti filosofi dari Tahun Ular yang dikenal dengan istilah Se Nien. ”Dalam bahasa Mandarin, ‘Se’ bisa berarti ular, tetapi juga bisa berarti melepaskan atau merelakan. Maknanya, di tahun ini kita diharapkan untuk melepaskan segala hal yang buruk, membersihkan hati dari hal negatif, dan mengawali tahun baru dengan semangat positif,” terangnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dengan berbagi dan memberi, seseorang justru akan memperoleh keberkahan dan kelapangan hati. Selain ritual keagamaan dan santapan vegetarian, Maha Vihara Duta Maitreya juga menggelar berbagai pertunjukan seni bernuan-sa santai dan penuh kegembiraan.
”Imlek bertepatan dengan hari suci Buddha Maitreya, yang dikenal dengan karakter pembawa kebahagiaan. Oleh karena itu, kami merayakannya dengan acara yang rileks dan penuh sukacita agar semua orang menyambut tahun baru dengan kebahagiaan,” kata Liyas Masri.
Hingga malam hari, perayaan di vihara ini diperkirakan dihadiri 25 hingga 30 ribu orang yang datang silih berganti. Dengan semangat Imlek dan ucapan Xin Nian Kuai Le (Selamat Tahun Baru), umat Buddha dan masyarakat Tiong-hoa di Batam berharap tahun ini membawa keberkahan, kelancaran, serta kebahagiaan bagi semua.
Demikian juga perayaan Tahun Baru Imlek di Vihara Dharma Murni, Kaveling Lama, Sagulung, berlangsung dengan aman dan tertib. Ratusan warga secara bergantian melaksanakan ibadah di vihara tersebut sejak pagi hingga siang hari.
Selain umat yang beribadah, suasana sekitar vihara juga dipenuhi warga, terutama anak-anak, yang antusias menantikan pertunjukan barongsai. Mereka juga berharap mendapatkan angpau dari warga yang telah selesai melaksanakan ibadah.
Andi, salah satu umat yang beribadah di vihara itu, menyatakan bahwa Imlek kali ini diyakini membawa keberuntungan dan ketenangan bagi banyak orang. ”Tahun Baru Imlek ini diibaratkan seperti ular yang bijak dan cermat, membawa harapan baik bagi kita semua,” ujarnya.
Pengurus Vihara Dharma Murni, Aseng, juga mengungkapkan bahwa perayaan Imlek berjalan dengan lancar. Menurutnya, umat yang datang untuk beribadah sangat khusyuk dalam menjalankan doa dan ritual, dengan harapan mendapatkan keberkahan sepanjang tahun ini.
Tak hanya dari kalangan umat Buddha, masyarakat sekitar juga turut merasakan semaraknya perayaan Imlek. Beberapa warga membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan area sekitar vihara, memastikan suasana tetap kondusif selama kegiatan berlangsung.
Untuk menjaga keamanan, pihak kepolisian dari Polsek Sagulung turut mengawal jalannya perayaan. Kapolsek Sagulung, Iptu Rohandi Tambunan, memastikan bahwa pengamanan dilakukan dengan maksimal agar warga merasa nyaman saat beribadah maupun merayakan Imlek.
”Kami dari kepolisian telah menurunkan personel untuk menjaga keamanan di sekitar vihara. Sejauh ini, semua berlangsung dengan aman, tertib, dan tanpa kendala berarti,” kata Iptu Rohandi Tambunan.
Terpisah, Kapolda Kepri, Irjen Yan Fitri Halimansyah, dalam momen Tahun Baru Imlek ini mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga keamanan dan kenyamanan wilayah dengan semangat kebersamaan.
“Saya berharap agar momen ini menjadi dorongan bagi setiap individu untuk terus berkontribusi positif bagi kemajuan daerah dan bangsa,” ujarnya.
Yan mengatakan, Tahun Baru Imlek bukan sekadar peraya-an, tetapi juga sebuah momen-tum untuk mempererat silaturahmi, menjaga kerukunan, dan memperkokoh nilai-nilai persaudaraan dalam bingkai persatuan dan kesatuan. “Perayaan Tahun Baru Imlek bukan sekadar tradisi, melainkan cerminan dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai simbol persatuan dalam keberagaman,” katanya.
Menurutnya, Kepri merupakan miniatur Indonesia yang mencerminkan keharmonisan antara berbagai budaya, suku, dan agama. “Nilai-nilai ini harus terus dijaga dan dilestarikan karena menjadi landasan penting bagi terciptanya keberagaman yang harmonis dan keber-samaan yang kuat di tengah masyarakat kita,” ungkapnya. (*)
Reporter : Azis Maulana, Eusebius Sara, Yofi Yuhendri
Editor : RYAN AGUNG