Buka konten ini
BATAM (BP) – Ketua Asosiasi Pariwisata Nasional (Asparnas) Batam, Andi Xie, me-ngungkapkan kekhawatirannya terkait insiden lepasnya puluhan buaya dari penangkaran milik PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) di Pulau Bulan. Menurutnya, kejadian ini dapat berdampak pada sektor pariwisata, terutama bagi wisatawan lokal yang kerap mengunjungi pantai-pantai di Batam.
“Soal buaya yang lepas itu tentu sedikit banyak berdampak pada objek pariwisata kita. Batam dikenal dengan keindahan baharinya dan memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang cukup tinggi. Insiden ini tentunya berpotensi mengganggu wisata pantai,” ujarnya, Senin (21/1).
Meskipun belum ada pemberitaan di media internasional, namun ia menilai wisatawan asing cenderung tidak terdampak signifikan karena sebagian besar dari mereka tidak memilih wisata pantai saat berkunjung ke Batam. “Kalau untuk wisatawan asing, saya kira ini tidak begitu berpengaruh. Sebab, belum ada saya baca pemberitaan soal lepasnya buaya ini di media luar negeri,” katanya.
Meski demikian, Andi menyoroti dampak bagi wisatawan domestik. Menurutnya, banyak wisatawan dari luar daerah yang datang ke Batam untuk menikmati wisata alam, termasuk pantai.
“Yang mengkhawatirkan itu wisatawan lokal kita. Mereka banyak yang datang untuk menikmati keindahan pantai di Batam. Tentu kejadian ini bisa mengurangi minat wisatawan,” ujar dia.
Ia turut mengingatkan bahwa buaya merupakan hewan buas yang dapat mengancam keselamatan masyarakat jika tidak segera ditangkap. Untuk itu, Asparnas mengimbau pihak terkait untuk segera menangkap buaya-buaya tersebut secepat mungkin agar tidak menimbulkan ancaman bagi masyarakat.
Sementara itu, Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, mengapresiasi gerak cepat Tim Terpadu Penangkapan Buaya Pulau Bulan yang dipimpin Danlantamal IV dan Forkopimda Batam. Berdasarkan laporan dari tim, hingga saat ini sebanyak 34 ekor buaya yang lepas dari penangkaran telah berhasil ditangkap.
“Alhamdulillah, operasi gabungan dari tim terpadu dan masyarakat masih berlangsung. Jumlah buaya yang berhasil ditangkap juga terus bertambah,” ujar pria yang menjabat sebagai Wali Kota Batam ini.
Kata dia, buaya yang telah ditangkap langsung dievakuasi kembali ke habitat asalnya di Pulau Bulan. Dari total yang tertangkap, 33 ekor berukuran besar dan satu ekor berukuran kecil.
“Saya mengimbau masyarakat Batam agar tetap tenang. Tim akan terus bekerja maksimal untuk memastikan keamanan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Rudi meminta pihak PT PJK sebagai pengelola penangkaran segera melakukan perbaikan serta evaluasi menyeluruh atas insiden ini. “Evaluasi sangat diperlukan agar kejadian serupa tidak terulang dan tidak berdampak buruk terhadap dunia pariwisata maupun investasi di Batam,” katanya.
Bahkan Kapolda Kepri, Irjen Yan Fitri Halimansyah, turut meminta masyarakat pesisir Kepri dan nelayan untuk berhati-hati karena banyaknya buaya yang lepas tersebut. “Masyarakat pesisir berhati-hati, nelayan yang memannfaatkan garis-garis pantai. Supaya hal yang tidak diinginkan tidak terjadi,” ujarnya, Selasa (21/1).
Ia menjelaskan kekhawatiran dari masyarakat atas lepasnya buaya tersebut merupakan hal yang wajar. “Kekhawatiran milik manusia, dengan segala sesuatu yang berbahaya. Buaya itu kalau tidak diganggu tidak akan menganggu,” katanya.
Menurut Yan, saat ini pemerintah maupun aparat TNI-Polri tengah berupaya semaksimal mungkin untuk mencari dan menangkap kembali buaya yang lepas tersebut. “Pada dasarnya upaya kita semaksimal mungkin. Dan yang kita dapat ada 34 buaya yang sudah diamankan,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Seksi Konservasi Wilayah II Batam melaporkan bahwa 34 ekor buaya telah berhasil ditangkap. Penangkapan ini melibatkan tim gabungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat.
Kepala BBKSDA, Tommy Steven Sinambela, menyebutkan bahwa dalam penangkapan terakhir, dua ekor buaya berhasil diamankan.
“Senin (20/1) malam satu ekor, dan Selasa (21/1) subuh tadi satu ekor lagi. Totalnya sudah 34 ekor yang berhasil ditangkap, kebanyakan buaya berukuran besar,” ujar Tommy.
Proses penangkapan dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan keamanan masyarakat dan satwa tersebut. Tommy juga menegaskan bahwa pihaknya masih fokus pada perburuan buaya yang lepas.
Evaluasi lebih lanjut, termasuk tindakan terhadap perusahaan, akan dilakukan setelah arahan dari pemerintah pusat. Namun, ia mengakui bahwa proses pengeri-ngan kolam penangkaran untuk menghitung jumlah buaya yang tersisa terkendala cuaca buruk.
“Musim hujan membuat air kolam belum kering sepenuhnya, sehingga kami belum bisa memastikan berapa jumlah buaya yang lepas,” katanya.
Kapolsek Bulang, Iptu Ad-yanto Syofyan, turut mengerahkan anggotanya dalam operasi penangkapan ini. Ia memastikan bahwa pihaknya bekerja sama erat dengan BBKSDA untuk menangkap semua buaya yang lepas.
”Kami terus berupaya maksimal demi keselamatan masyarakat. Setiap buaya yang ditemukan akan segera diamankan dan dikembalikan ke penangkaran,” tegasnya.
Insiden ini memicu kekhawatiran serius di kalangan masyarakat Pulau Bulan. Banyak warga mengurangi aktivitas melaut karena takut serangan buaya. Azman, nelayan setempat, mengungkapkan bahwa rasa takut membuat mereka terburu-buru menyelesaikan pekerjaan di perairan. “Buaya-buaya itu sudah hampir dua minggu tidak makan. Pasti jadi lebih ganas,” ujar Azman.
Camat Bulang, Ramadhan, juga menyoroti keresahan warga. Ia meminta pihak perusahaan segera menyelesaikan masalah ini agar masyarakat dapat kembali beraktivitas dengan aman. “Perusahaan harus bertanggung jawab. Jangan sampai masya-rakat jadi korban,” kata Ramadhan.
Meski ada sayembara dengan hadiah uang tunai bagi siapa saja yang berhasil menangkap buaya, tawaran ini tidak banyak mendapat respons dari warga. Menurut mereka, risiko menangkap buaya terlalu tinggi dibandingkan dengan hadiahnya.
“Ini buaya, bukan kucing. Sebelum dapat uang, kaki bisa hilang duluan. Kami tidak berani,” kata Suhardi, warga Pulau Bulan.
Perburuan buaya bahkan meluas hingga ke pulau-pulau terluar untuk memastikan semua buaya yang lepas dapat diamankan. Namun, hingga kini, jumlah pasti buaya yang kabur masih menjadi misteri karena kolam penangkaran belum sepenuhnya kering. Hal ini mempersulit upaya penghitungan buaya yang tersisa.
Kapolsek Bulang menyatakan bahwa pihaknya juga memasang spanduk imbauan di berbagai lokasi untuk mengingatkan masyarakat agar tetap waspada. “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di area perairan jika tidak mendesak,” tambahnya.
Selain itu, banyak warga yang menolak berpartisipasi dalam penangkapan buaya karena minimnya perlengkapan keselamatan yang memadai. Mereka berharap pemerintah atau perusahaan menyediakan peralatan yang lebih aman jika memang masyarakat diminta terlibat.
Insiden lepasnya buaya ini tidak hanya mengancam keselamatan masyarakat, tetapi juga berdampak pada perekonomian lokal. Banyak nelayan memilih berhenti melaut, terutama di malam hari, karena khawatir dengan keberadaan buaya.
Dalam jangka panjang, masyarakat berharap ada evaluasi serius terhadap penge-lolaan penangkaran buaya. “Ke depan, perusahaan harus memastikan penangkaran lebih aman, agar kejadian seperti ini tidak terulang,” kata Ramadhan.
Hingga kini, tim gabungan terus melanjutkan operasi penangkapan. Masyarakat diminta tetap waspada dan segera melapor jika melihat keberadaan buaya di sekitar permukiman atau perairan. “Keselamatan warga adalah prioritas utama kami,” pungkas Iptu Adyanto.
Sementara itu, tim gabungan yang terdiri dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Seksi Konservasi Wilayah II Batam dan instansi terkait terus melakukan operasi penangkapan guna mengamankan buaya-buaya yang berkeliaran. Kepala BBKSDA Riau, Tommy Steven Sinambela, menyatakan bahwa hingga 21 Januari, sebanyak 34 ekor buaya telah berhasil diamankan.
”Kami melakukan penangkapan dengan sangat hati-hati agar tidak membahayakan warga maupun satwa itu sendiri,” kata dia.
Di sisi lain, keresahan warga Batam semakin meningkat, terutama di kalangan nelayan yang khawatir saat beraktivitas di laut. Kepala Dinas Perikanan Batam, Yudi Admajianto, mengimbau para nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak pergi melaut seorang diri.
”Banyak laporan dari masya-rakat yang khawatir saat memasang bubu karena ada buaya lepas. Oleh karena itu, kami mengimbau agar nelayan tidak beraktivitas sendirian dan selalu saling mengawasi,” kata dia.
Untuk mempercepat proses penanganan, pemerintah telah membentuk satuan tugas (satgas) khusus guna memastikan buaya-buaya tersebut segera ditangkap dan aktivitas nelayan bisa kembali normal.
Hingga kini, operasi penangkapan terus dilakukan di berbagai titik perairan Batam yang diduga menjadi lokasi keberadaan buaya. Warga diimbau untuk tetap waspada dan segera melaporkan kepada pihak berwenang jika melihat satwa liar tersebut. (*)
Reporter : Arjuna, Eusebius Sara, Yofie Yuhendri
Editor : RYAN AGUNG