Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Mayoritas pesantren di Indonesia memiliki kultur NU. Karena itu, Badan Gizi Nasional (BGN) menggandeng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk melaksanakan program makan bergizi gratis (MBG) di lingkungan pesantren.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan, pihaknya akan menandata-ngani memorandum of understanding (MoU) dengan BGN. PBNU akan berperan dalam mengoordinasikan program itu di jaringan pesantren dan sekolah NU sehingga diharapkan bisa membantu akselerasi capaian-capaian dari program MBG. “Mudah-mudahan kita bisa menandatangani MoU nanti pada saat pelaksanaan Kongres Keluarga Maslahat, insyaallah tanggal 31 Januari,” ujarnya di kantor PBNU Jakarta, Senin (20/1).
Gus Yahya menjelaskan, kondisi pesantren NU sangat beragam. Ada pesantren yang sanggup memberi makan santrinya, ada pula yang tidak. Nah, MBG akan sangat membantu para santri yang selama ini terbiasa memasak sendiri. Pihak pesantren dan lingku-ngan sekitar juga bisa mendapat manfaat ekonomi, misalnya jika terlibat dalam pengelolaannya.
Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan, NU memiliki posisi penting dalam program MBG di pesantren. Sebab, dari 5 juta santri di 30 pesantren, banyak yang ada di NU. Dadan juga menjelaskan skema bagi pesantren yang selama ini telah memberi makan para santri. Dia mene-gaskan, santri akan tetap mendapatkan haknya dari negara. “Jika ada pesantren yang sudah biasa memberi makan 3 kali sehari, maka 1 kali dari 3 kali itu di-handle badan gizi,” ujarnya.
Di pesantren, lanjut dia, akan dibentuk satuan pelayanan. Jika sudah ada dapur, tinggal disesuaikan dengan standar BGN. Dengan begitu, kualitas dan keamanan pangan memiliki kesamaan dengan yang lain-lain. Baik kandungan gizi maupun keamanannya.
Disinggung soal program MBG pada bulan puasa, Dadan memastikan akan tetap dilaksanakan. Untuk pesantren, MBG bisa diberikan saat buka puasa. Sementara di sekolah, siswa akan mendapat makanan yang bisa dimakan saat berbuka puasa. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO