Buka konten ini
LUBUKBAJA (BP) – Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, kawasan Nagoya, Lubukbaja, mulai memancarkan suasana khasnya. Berjalan di sepanjang deretan toko, ornamen Imlek tampak menghiasi etalase, mulai dari hampers yang tertata rapi, angpao merah menyala, hingga lampion-lampion cerah yang bergelantungan, menciptakan nuansa meriah. Tak ketinggalan, jeruk khas Imlek, yang melambangkan keberkahan, menjadi salah satu primadona di setiap sudut.
Salah satu lokasi yang menjadi magnet perhatian adalah Toko Sempurna Jaya di Kompleks Pasar Bumi Indah. Herline, pemilik toko ini, menyambut pengunjung dengan senyum ramah. Rak-rak di dalam tokonya penuh dengan aneka hampers yang tertata apik.
“Hampers Imlek ini mulai dari Rp100 ribu, isinya makanan khas Tionghoa, wine, abalon, hingga sarang burung walet,” kata Herline.
Ia bercerita, hampers tak hanya menjadi simbol pemberian, tetapi juga sarana untuk menyampaikan doa dan harapan baik kepada kerabat. Masyarakat, baik dari etnis Tionghoa maupun lainnya, tampak antusias memilih parsel-parsel yang cocok untuk keluarga, rekan, atau mitra kerja mereka.
Tak hanya hampers, aroma khas dari rempah dan manisan Tionghoa yang dijual di toko-toko sekitar seolah membawa pengunjung lebih dalam ke suasana Imlek. Diiringi alunan musik tradisional yang terdengar dari pengeras suara di beberapa tempat, kawasan ini terasa hidup, penuh semangat perayaan.
“Imlek selalu membawa kebahagiaan, bukan hanya untuk yang merayakan, tapi juga untuk kita semua yang melihat keindahannya,” ujar salah seorang pengunjung yang tengah memilih lampion merah berbentuk bulat.
Semarak di Nagoya ini menjadi bukti bahwa kebersamaan dalam keberagaman adalah kekayaan yang patut dirayakan. Tahun Baru Imlek di Batam, tak sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk berbagi kebahagiaan dan keberkahan kepada sesama.
Selain hampers, jeruk khas Imlek juga tersedia dengan harga mulai Rp100 ribu per kotak, berisi 14 hingga 50 buah. Jeruk ini menjadi simbol keberkahan dan hanya tersedia menjelang Imlek.
Sementara itu, pusat perbelanjaan di kawasan Nagoya pun ramai dikunjungi. Para pengunjung terlihat antusias membeli angpao, lampion, dan aksesori khas Imlek.
Menurut Wati, seorang pekerja di salah satu gerai, harga yang ditawarkan sangat bervariasi, menyesuaikan kebutuhan pelanggan.
Sementara itu, Wakil Ketua III DPRD Batam, Hendra Asman, menyatakan Imlek kali ini bertepatan dengan tahun Shio Ular.
“Tahun Ular ini diyakini sebagai tahun yang baik, terutama bagi mereka yang bershio Tikus. Saya pribadi merasa tahun ini penuh energi positif, dan saya berharap masyarakat juga merasakan semangat baru,” ujarnya.
Hendra mengatakan, tradisi menyambut Imlek dimulai sejak malam sebelum hari H, yang dikenal sebagai Sachakme. Di malam spesial ini, keluarga Tionghoa biasanya berkumpul untuk makan malam bersama. Hidangan seperti dingkis (ikan khas Imlek), tahu, daun bawang, dan jeruk menjadi menu wajib, melambangkan doa dan harapan baik.
“Malam itu kami mengenakan pakaian merah sebagai bentuk rasa syukur.
Setelah makan, anak-anak akan memberikan hormat kepada orang tua dengan bersujud sambil menyerahkan angpao. Sebaliknya, orang tua juga memberikan angpao kepada anak-anak sebagai simbol doa dan keberkahan,” ucapnya.
Hendra menuturkan, makna warna merah, yang dipercaya membawa keberuntungan dan berkah. Dalam budaya Tionghoa, tradisi berbagi angpao memiliki makna mendalam. Orang yang belum menikah atau sedang berduka biasanya tidak memberikan angpao.
“Angpao bukan soal isi, tetapi doa dan harapan. Doanya adalah kesehatan, panjang umur, dan rezeki yang melimpah,” ujarnya.
Tak hanya itu saja. Ada makna mendalam juga dalam setiap hidangan, seperti ikan dingkis. “Ikan dingkis saat Imlek selalu bertelur, melambangkan keberuntungan. Sementara itu, jeruk melambangkan kesempurnaan hidup,” ujar Hendra.
Perayaan Imlek di Batam tahun ini tidak hanya menjadi ajang belanja dan bersilaturahmi, tetapi juga sarat makna budaya yang mengakar kuat. (*)
Reporter : AZIS MAULANA
Editor : FISKA JUANDA