Buka konten ini
Gantung sepatu 15 tahun lalu, Aris Budi Prasetyo berani main lagi karena merasa kondisinya bugar berkat diet ketat. Bakal tetap melatih musim depan meski tugas sebagai wakil rakyat tetap yang dia prioritaskan.
DUA hasil buruk PSHW Ponorogo akhir Desember lalu membuat Aris Budi Prasetyo mengambil keputusan berani: kembali tampil sebagai pemain di usia 49 tahun. Padahal, sudah 15 tahun lalu mantan bek Petrokimia Putra Gresik itu gantung sepatu.
Penggawa timnas di Piala Asia 2004 itu merasa memberikan instruksi di pinggir lapangan belum cukup.
”Cara positioning-nya salah, pengambilan lawan dan bola juga keliru. Saya bilang ke pemain, nek ngene carane, aku tak melu main wae (kalau begini caranya, aku ikut main saja),” kata Aris dari Surabaya Sabtu (6/1), dua pekan lalu.
Pilar pertahanan Petrokimia Putra saat juara Liga Indonesia 2002 tersebut bukannya meremehkan kemampuan anak asuhnya. Tapi, lebih karena persiapan yang tinggal dua pekan lagi ketika itu. Mantan bek PKT Bontang itu pun akhirnya didaftarkan manajemen sebagai pelatih-pemain.
Di Liga 4 Jawa Timur, PSHW Ponorogo tergabung di grup P. Dalam laga perdana melawan Perspa Pacitan di Stadi-on Batoro Katong, Ponorogo (6/1), Aris masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-56. Sisa-sisa kejayaannya masih terlihat. Di bawah kepemimpinannya, pertahanan PSHW tak kebobolan dan laga tersebut berakhir imbang tanpa gol.
”Kalau saya lihat, anak-anak ini sebenarnya butuh leader saat di lapangan,” jelas pemain yang membawa Arema Malang juara Copa Dji Sam Soe 2006 itu.
Begitu pula dengan laga kedua. Melawan Persinga Ngawi di venue yang sama (8/1), Aris turun ketika timnya tertinggal 0-1.
Bermain selama 12 menit, dia mampu menjaga timnya tidak kebobolan lagi.
”Sebenarnya, saat saya turun, anak-anak secara tidak lang-sung merasa termotivasi. Mungkin di pikiran mereka, masak sih saya kalah sama pemain 50 tahun?” katanya.
Aris berani bermain lagi karena merasa kebugarannya terjaga. Sebab, tepat sebelum Liga 4 Jawa Timur dimulai, dia diet ketat. Berat badannya pun turun dari 88 kilogram menjadi 76 kilogram hanya dalam delapan bulan.
”Saya jaga pola makan. Plus selama delapan bulan, saya rutin joging minimal 5 kilometer setiap hari,” ungkap pemilik tinggi 182 sentimeter itu.
Tapi, sempat ada trauma untuk kembali bermain. Maklum, pada 2010 dia menjalani operasi anterior cruciate ligament lutut kiri. Cedera itu pula yang membuatnya gantung sepatu sebagai pemain profesional di usia 35 tahun.
Untuk menyiasati trauma itu, dia berusaha tampil lebih tenang. Mengutamakan pe-ngambilan posisi dan timing yang pas.
Di Liga 4, Aris tampil dua kali. Dia absen di laga pe-mu-ngkas grup P saat timnya melawan Persepon Ponoro-go (10/1). ”Saya tidak bisa ikut karena ada tugas ke Semarang. Saya bilang ke anak-anak, tugas ini tidak bisa saya tinggal karena ini adalah pekerjaan yang menghidupi saya,” beber pria yang juga anggota DPRD Kota Pasuruan itu.
Di laga itu, PSHW Ponorogo kalah 0-3. Mereka gagal lolos ke babak 32 besar karena menjadi juru kunci grup P.
Aris ketiban sampur (tiba tiba mendapat tugas, red) ketika Liga 4 Jawa Timur bakal bergulir tiga pekan lagi. Pria yang turut membawa PKT Bontang runner-up Liga Indonesia 1999–2000 itu diminta melatih PSHW Ponorogo.
Begitu mengiyakan, Aris langsung dihadapkan dengan banyak masalah. Mulai persiapan mepet, belum ada pemain, plus dana pas-pasan.
Dia tak kuasa menolak permintaan itu. Sebab, yang meminta tolong rekan satu partainya yang juga anggota DPRD Jawa Timur, Suli Da’im.
Langkah pertama yang dia lakukan merekrut pemain. Dengan dana terbatas, mengisi slot 30 penggawa jelas bukan pekerjaan mudah.
”Saya langsung merekrut pemain akademi milik saya yang ada di Pasuruan. Plus ada beberapa pemain lokal asli Ponorogo yang saya rekrut,” beber pemilik Aris Budi Soccer Academy (ABSA) Pasuruan tersebut.
Total 26 pemain yang bergabung dalam skuad. Menjadi 27 jika termasuk Aris yang merangkap pemain-pelatih.
Tak seorang pun dari mereka yang menerima bayaran. Motivasi utama para pemain muda itu memang menambah pengalaman. Tapi, melihat mereka sudah bekerja keras, Aris kadang tak sampai hati juga. Dia menggelontorkan bonus untuk mereka dari uang pribadi.
Kini, setelah gagal lolos ke babak 32 besar, dia ingin me-ngumpulkan semua pemain sekaligus untuk memberikan pengumuman bahwa dirinya sudah menjalin kesepakatan melatih klub baru musim depan.
”Saya menerima klub yang tahu kondisi saya. Bahwa sebagai anggota dewan, fokus saya tidak hanya untuk melatih, tapi juga bekerja untuk rakyat,” bebernya.
Ini periode kedua Aris menjadi anggota DPRD Kota Pasuruan. Karier politiknya mulus, tapi karier kepelatihannya jadi sedikit terhambat. Teman-teman sebayanya rata-rata sudah mengantongi lisensi pelatih AFC Pro, dia baru punya lisensi B AFC.
”Saya belum kepikiran mengambil lisensi A AFC karena selama saya menjadi anggota dewan, akan sulit untuk membagi waktu. Yang pasti, saya tidak akan pernah meninggalkan sepak bola,” kata Aris yang masih merahasiakan klub yang bakal dilatihnya. (***)
Reporter : BAGUS PUTRA PAMUNGKAS
Editor : RYAN AGUNG