Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Wacana mengganti susu dengan sumber protein lain dalam program makan bergizi gratis (MBG) dinilai tidak tepat. Sebab, susu bisa memberikan manfaat kesehatan yang berbeda dengan pangan nabati seperti daun kelor, bahkan juga pangan hewani lain.
”Paket gizi yang lengkap dalam susu memberikan berbagai manfaat kesehatan, termasuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak-anak,” kata pakar gizi Universitas Muhammadiyah Jakarta Prof Tria Astika Endah dalam workshop media di Jakarta, Rabu (15/1).
Menurut Tria, susu juga memberi anak di masa pertumbuhan kalsium serta fosfor untuk pembentukan tulang. Bahkan, susu juga mengandung protein dan asam lemak esensial seperti omega 3, omega 6, dan DHA yang diperlukan untuk perkembangan otak.
Namun, lanjut dia, susu bukan hal super yang harus ada. Apalagi jika susu yang dimaksud ternyata banyak gula atau kandungan airnya. Selain itu, Tria mengusulkan program tersebut tidak hanya memberikan makanan, tapi juga bisa menjadi ajang edukasi.
Menu MBG yang memperhatikan kelengkapan gizi bisa menjadi contoh sehingga bisa diterapkan di rumah. ”Karena makan itu tiga kali sehari, yang satu kali sudah di sekolah, orangtua bisa diedukasi agar di rumah juga menerapkan menu seperti MBG,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis anak dr Huminsa Ranto Morison Panjaitan SpA mengingatkan, tidak boleh ada persepsi keliru kalau sudah minum susu tidak perlu makanan lainnya. Justru kebutuhan nutrisinya harus terpenuhi.
Sementara itu, gagasan Ketua DPR, Sultan B. Najamuddin, soal program MBG didanai uang zakat mengundang perdebatan. Pasalnya, dana zakat sudah jelas diperuntukkan orang miskin dan golongan kriteria lain sesuai aturan agama. Sementara, sasaran MBG beragam. Mulai siswa miskin hingga kaya, yang penting di dalam sekolah. (*)
Reporter : Arjuna
Editor : RYAN AGUNG