Buka konten ini
Cuaca ekstrem yang melanda Pulau Bintan termasuk Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan selama tiga hari, membuat lebih kurang ribuan warga terdampak bencana banjir dan tanah longsor.
Cuaca ekstrem yang melanda serta fenomena hujan lebat, bencana banjir, angin kencang, dan gelombang tinggi telah menjadi ancaman nyata yang membawa kerugian materi dan kerugian psikologis bagi kehidupan warga.
Bencana banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh cuaca ekstrem tersebut, telah berlangsung dan terus menerus terjadi sejak Jumat (10/1) hingga Minggu (12/1).
Cuaca ekstrem itu membuat curah hujan tinggi tanpa henti dan air laut pasang tinggi, sehingga menyebabkan aliran air, aliran sungai sejumlah waduk serta saluran air, meluap karena tidak dapat menampung debit air.
Akibat air yang meluap tersebut bencana banjir kemudian muncul sehingga merendam beberapa permukiman warga di Kota Tanjungpinang dan permukiman warga di Kabupaten Bintan.
Akibat bencana itu pula, ribuan warga pun terdampak. Warga harus menghadapi kenyataan pahit dengan meninggalkan rumah yang terendam banjir untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Banjir juga mengakibatkan kerusakan besar pada harta benda. Banyak warga kehilangan tempat tinggal untuk sementara waktu dan sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat penampungan darurat.
Kemudian, kerugian ekonomi akibat cuaca ekstrem ini diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Sementara kerugian psikologis seperti cemas, depresi dan stres bagi warga terdampak banjir ini, tidak dapat diukur dengan angka.
Selain itu, banjir akibat cuaca ekstrem ini tidak hanya merendam rumah warga, namun juga merusak berbagai fasilitas umum seperti jalan, lampu lalu lintas tumbang, layanan distribusi air bersih juga terhambat.
Belum lagi penyakit yang mengintai warga yang terdampak pasca terjadinya banjir. Akibat kondisi lingkungan yang tidak higienis dan kotor akibat banjir, dapat memunculkan berbagai penyakit.
Oleh sebab itu, pemerintah setempat bersama instansi terkait telah bergerak cepat untuk memberikan bantuan darurat kepada warga yang terdampak bencana banjir. Evakuasi juga telah dilakukan di wilayah yang memiliki risiko tinggi banjir.
Salah seorang warga Batu 8 Tanjungpinang yang terdampak bencana banjir yakni Oca, 38, mengatakan ia tidak dapat menyalahkan siapapun atas terjadinya bencana banjir. Sebab musibah yang terjadi merupakan takdir dan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Namun, kata Oca, musibah ini menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran bersama dari berbagai pihak dalam menjaga kelestarian lingkungan dan merupakan tantangan besar yang harus dihadapi bersama.
”Dampaknya tidak hanya kerugian materi saja, tapi juga kerugian secara psikologis, bisa cemas dan bikin stres jika bencana kembali terjadi,” katanya.
Oca berpendapat, dampaknya yang merugikan secara materi dan psikologis ini tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek, namun dapat memengaruhi kualitas hidup warga secara keseluruhan.
Selain itu, kata dia, perlu langkah jangka panjang untuk mengurangi risiko banjir di masa depan. Pembangunan infrastruktur pengendali banjir dan penghijauan kembali serta edukasi tentang mitigasi bencana menjadi agenda penting yang harus diprioritaskan oleh pihak berwenang.
”Dengan langkah nyata dan kolaborasi, diharapkan kerugian akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan di masa depan,” kata pekerja perusahaan swasta ini.
”Semoga musibah ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih peduli dan bertanggung jawab menjaga lingkungan,” sambungnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Tanjungpinang, Muhammad Yamin, mengatakan, akibat cuaca ekstrem selama tiga hari, menyebabkan banjir di sepuluh titik banjir. Hal ini membuat lebih kurang 625 Kepala Keluarga (KK) di Tanjungpinang, terdampak bencana banjir.
BPBD Tanjungpinang juga mencatat, banjir terjadi di beberapa lokasi perumahan di Tanjungpinang. Banjir terjadi di perumahan Puspandari Batu 13 dan perumahan tepatnya di belakang Kantor Camat Bukit Bestari.
Kemudian banjir juga terjadi di perumahan kawasan Sri Katon Tanjungpinang, perumahan kawasan Jalan Radar dan perumahan Jalan Hanjoyo Putro, Batu 8, Tanjungpinang.
‘‘Hari Sabtu (11/1), kami telah melakukan evakuasi warga di enam hingga sepuluh titik yang terdampak banjir di Tanjungpinang,’’ sebut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanjungpinang, Muhammad Yamin, Senin (13/1).
Berdasarkan laporan dari setiap Kecamatan di Tanjungpinang, terdapat sekitar ratusan warga yang berada di tempat-tempat penampungan seperti masjid, rumah warga dan tempat keluarga, telah kembali ke rumah masing-masing.
”Alhamdulillah, banjir telah surut, warga yang mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing,” ungkap Yamin.
BPBD Tanjungpinang juga mengimbau warga agar selalu waspada terhadap cuaca ekstrem yang berpotensi kembali terjadi. Yamin meminta masyarakat agar menjaga diri dan melakukan evakuasi secara mandiri jika kembali terjadi bencana.
Pihaknya juga telah melakukan koordinasi secara intensif dengan BMKG Tanjungpinang terkait upaya memberikan peringatan dini kepada warga, jika bakal terjadi cuaca ekstrem di Tanjungpinang ke depannya.
”Jika terjadi bencana, warga bisa melakukan evakuasi mandiri. Tapi kami akan selalu siaga membantu warga yang butuh pertolongan,” tegas Yamin.
Sedangkan BPBD Kabupaten Bintan mencatat, jumlah warga yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Bintan, telah mencapai lebih kurang 1.081 KK (kepala keluarga).
Oleh karena itu, untuk membantu warga yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor ini, BPBD Kabupaten Bintan bersama unsur lainnya, telah mendirikan dapur umum di beberapa titik di kawasan Kabupaten Bintan.
Dapur umum untuk mendukung kebutuhan warga terdampak banjir dan longsor, kata Sekretaris BPBD Kabupaten Bintan, Agus Ariyadi. (***)
Reporter : YUSNADI NAZAR
Editor : ANDRIANI SUSILAWATI