Buka konten ini
KARIMUN (BP) – Satu orang warga negara asing (WNA) asal Thailand, Winai Homthani, 48, yang dilaporkan hilang setelah Kapal Isap Produksi (KIP) Cinta di Perairan Poyo, Kecamatan Kundur Barat, tenggelam pada Jumat (10/1) malam. Minggu (112/1) ditemukan meninggal. mayatnya terapung di Perairan Kecamatan Meral.
”Saya dapat kiriman video dari kawan yang sedang berada di laut. Di dalam video tersebut memang terlihat ada mayat terapung dengan posisi telungkup. Kawan yang kirim video bilang suruh kasih tahu atau informasikan kepada pihak berwajib,” ujar Fadilah, warga Karimun kepada Batam Pos.
Kapolres Karimun, AKBP Robby Topan Manusiwa melalui Kasat Polairud, Iptu Sarianto yang dikonfirmasi Batam Pos menyebutkan, sesuai dengan video yang beredar tersebut, maka pihaknya bersama Tim Sar Gabungan langung menuju ke lokasi yang disebutkan. ”Setelah menuju ke lokasi memang ditemukan sesosok mayat pria,” paparnya.
Kemudian, dilakukan evakuasi ke darat dan dibawa ke RSUD M Sani. Dari hasil pencocokan dengan dengan rekan-rekan kru KIP Cinta memang benar bahwa yang ditemukan mening-gal tersebut adalah kru kapal yang dilaporkan hilang pascatenggelamnya KP mitra PT Timah.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Tanjungbalai Karimun, Zulmanur Arif yang dikonfirmasi Batam Pos secara terpisah menyebutkan, sudah memoni-tor peristiwa tenggelamnya KIP Cinta dan salah seorang krunya ditemukan meninggal dunia. ”Sudah termonitor sama kita.
Untuk pelaporan ke Kedutaan Thailand di Indonesia dilakukan oleh instansi yang menanganinya. Sedangkan, dari Imigrasi nanti akan menindak-lanjuti terkait pencabutan izin tinggalnya saja,” terangnya.
KIP Cinta merupakan kapal isap untuk melakukan penambangan timah yang merupakan mitra dari PT Timah. Tenggelam pada Jumat (10/1) pukul 21. 47 WIB di Perairan Poyo, Kecamatan Kundur Barat. Hal ini disebabkan cuaca buruk yang terjadi pada malam tersebut.
Di dalam KIP Cinta terdapat 16 orang kru kapal termasuk kapten kapal. Tiga kru kapal merupakan di antaranya WNA asal Thailand. 15 orang kru berhasil selamat. Sedangkan, satu orang dilaporkan hilang pada saat kejadian.
Berdasarkan keterangan pe-ngawas operasi, Syahrudin, kepada Tim Sar Gabungan bahwa pada Jumat (10/1) pukul 17.50 WIB kapal masih berope-rasi seperti biasa. Namun, pada pukul 18.00 WIB operasional kapal dihentikan disebabkan cuaca buruk.
Pukul 21.47 WIB ombak semakin besar dan kapal mulai miring ke kanan. Tidak lama kemudian, kapten kapal me-ngarahkan agar semua kru memakai jaket pelampung. Posisi kapal semakin miring dan mengalami puncak kemiringan yang akhirnya tenggelam. Semua kru terjun ke laut. Namun, saat dilakukan evakuasi satu orang kru hilang atas nama Winat Homthani.
Sampan Masuk Air, Nelayan Meninggal
Sementara itu, dua orang nelayan tradisional yang merupakan bapak dan anak asal Pulau Ngal, Kecamatan Ungar, Kabupaten Karimun sempat dilaporkan hilang kontak pada saat menjaring ikan di laut pada Jumat (10/1). Musibah ini berawal ketika Syamsol bersama bapaknya, Sanor, turun ke laut pada Jumat (10/1) pukul 17.00 WIB.
Sampai keesokan harinya, Sabtu (11/1) bapak dan anak ini tidak bisa dihubungi pihak keluarga. Atau hilang kontak. Hal ini kemudian disampaikan kepada para nelayan Pulau Ngal untuk melakukan pencarian. Pukul 12.00 WIB Syamsol dan bapaknya berhasil ditemukan di Perairan Pulau Tiga, Kecamatan Durai. Saat ditemukan, Syamsol dalam keadaan selamat, sedang-kan bapaknya, Sanor sudah meninggal dunia.
Camat Ungar, Bolkya Ayadi yang dikofirmasi Batam Pos, Minggu (12/1) membenarkan bahwa ada dua orang nelayan tradisional yang merupakan warganya dilaporkan hilang. ”Keduanya memang warga saya dan berprofesi sebagai nelayan tradisonal. Saya dapat laporan saat ditemukan, satu orang ada yang meninggal dunia,” ujarnya.
Data yang dihimpun Batam Pos, berdasarkan pengakuan Syahrol pada saat kejadian memang kondisi cuaca buruk. Tepatnya pada pukul 20.00 WIB saat dia sedang menarik jaring ombak semakin besar. Air laut masuk ke dalam sampan. Sehingga, keduanya memakai pelampung sampan.
Sanor yang sudah tua menyatakan kepada anaknya bahwa dia sudah tidak kuat lagi bertahan. Sehingga, pada pukul 21.00 WIB Sanor mening-gal dunia. Agar tidak hanyut, maka Syamsol mengikatkan badan Sanor ke jaring sambil menunggu datangnya bantuan dari kapal lain dan juga nelayan. Akhirnya, pukul 12.00 WIB nelayan atas nama Suhaimi menemukan korban dan kemudian membawanya kembali ke Pulau Ngal.
Kapal Bocor
Sementara itu, kapal menga-lami kebocoran, Minggu (12/1). Kapal itu nyaris tenggelam dan terombang-ambing di perairan Karang Singa, Bintan atau perairan Selat Singapura Batam pada Minggu sore.
Kejadian ini diketahui saat salah satu akun facebook bernama Zakir Anwar memposting kabar dan video kru kapal meminta tolong di grup facebook Batam Kepri Terkini.
Melalui postingannya, Zakir mengabarkan telah terjadi kebocoran kapal dan posisi terak-hir kapal di perairan Selat Si-ngapura, Batam.
Beberapa saat kemudian, akun Zakir memposting video yang memperlihatkan sejumlah kru kapal sudah menggunakan jaket pelampung bertuliskan Silver Sincere.
”Bocor-bocor,” kata salah satu kru yang merekam kejadian mengerikan itu sembari berdoa memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Dari video lainnya, sejumlah kru menyemangati kru lainnya yang duduk. Dalam video juga terlihat gelombang tinggi dan kuatnya angin.
Selanjutnya, di video lainnya, kru kapal menyalakan suar sebagai tanda meminta pertolo-ngan dan melemparkan ke laut.
Postingan terakhir, akun Zakir mengabarkan bahwa mereka selamat dan berhasil dievakuasi.
Kepala Pangkalan PLP Tanjunguban, Sugeng Riyono, melalui Kepala Operasi, Alfaizul, membenarkan kejadian itu.
”Itu di Karang Singa, Bintan. Saat ini sedang dievakuasi ke kapal kita,” kata Alfaizul melalui pesan singkat. (*)
Reporter : Sandi Pramosinto
Editor : ANDRIANI SUSILAWATI