Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Kerusakan demokrasi menjadi salah satu pesan yang disampaikan Megawati Soekarnoputri dalam pera-yaan HUT ke-52 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Jumat (10/1). Acara tersebut berlangsung di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Ketua umum PDIP itu mengingatkan semua pihak tentang bahayanya bagi masa depan bangsa dan negara.
Megawati merasa gelisah dengan kerusakan tersebut lantaran berdampak besar. Apalagi, hal itu dimulai dari sirnanya etika, moral, dan nurani. “Kalau sekarang ada kerusakan, apa pertanggungjawaban pada rakyat? Berapa lama kerusakan itu bisa diperbaiki kembali?” ujarnya dalam pidato politik.
Megawati mengajak semua pihak ikut memperbaiki kerusakan demokrasi yang telah terjadi. Perbaikan itu kini diperkuat masyarakat sipil yang telah berkali-kali bersuara. “Suara (masyarakat sipil, red) inilah yang harus kita dengarkan. Sebab, kita (partai, red) adalah penyambung lidah rakyat,” ucap presiden ke-5 RI itu.
Dalam pidato tersebut, Megawati juga menyinggung dina-mika politik dan berbagai persoalan kepartaian yang terjadi belakangan ini. Salah satu dina-mika itu adalah adanya pihak yang menyasar kursi ketua umum PDIP menjelang Kongres VI PDIP tahun ini. “Berbagai ujian menjelang Kongres VI itu sudah mulai tampak, hal tersebut sudah biasa kita hadapi sejak zaman Orde Baru,” kata-nya.
Tak hanya itu, presiden kelima RI itu juga menyinggung dina-mika internal partai. Dia membahas permintaan para kader PDIP yang menginginkannya kembali menjadi ketua umum periode 2025–2030. Dia pun berkelakar bahwa dirinya enggan memenuhi permintaan itu jika para kader tidak solid dan tidak memiliki semangat yang sama. “Katanya minta saya ketua umum lagi, ketum lagi tapi nek anak buahku ngene wae, emoh. (Kalau anak buah saya seperti ini, enggak mau),” tuturnya.
Untuk diketahui, Megawati menjadi Ketum PDIP sejak 2000 atau saat Kongres I PDIP. Artinya, saat ini Megawati telah menjabat ketum selama lebih dari 24 tahun.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto tampak mendampingi Megawati Soekarnoputri saat tiba di arena peringatan HUT PDIP. Turut hadir bersama mereka putra Megawati, Prananda Prabowo, dan sejumlah elite DPP PDIP lain. Di antaranya, Ganjar Pranowo, Bendahara Umum Olly Dondokambey, Ketua DPP Said Abdullah, Komarudin Watubun, Eriko Sotarduga, hingga politikus senior Panda Nababan.
Setelah menyaksikan pertunjukan kesenian dan kebudayaan, Megawati dan elite PDIP memasuki aula utama sekolah partai. Puan Maharani menggandeng Megawati menuju kursi. Kemudian, Ketum duduk diapit oleh Puan dan Prananda.
Acara HUT digelar secara sederhana dan hanya dihadiri langsung pengurus di jajaran dewan pimpinan pusat (DPP). Sementara itu, kader di tingkat daerah mengikuti secara daring.
PDIP juga tidak mengundang pihak luar, termasuk Presiden Prabowo Subianto. Sehingga, menjadi kali pertama tidak dihadiri presiden atau wakil pre-siden. Terakhir, HUT PDIP dihadiri Wapres Ma’ruf Amin pada 2024.
“Dilakukan secara sederhana, khidmat, penuh semangat nasionalisme, patriotisme, dan mengakar kuat di dalam sejarah perjuangan bangsa serta wajah kebudayaan yang terus ditampilkan oleh PDI Perjuangan,’’ kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (9/1).
Sementara untuk di Provinsi Kepri, khususnya di Kota Batam Ketua DPD PDI Perjuangan Soerya Respationo dan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Batam Nuryanto, bersama ratusan pengurus, kader dan simpatisan juga menggelar perayaan HUT ke-52 partai politik besutan putri Presiden RI pertama Megawati Soekarnowati di rumah pemenangan PDI Perjuangan di Batam Center. Tak hanya nonton bareng pidato Megawati. Juga digelar perlombaan pidato dan juga perlombaan rebana yang diikuti oleh ibu-ibu majelik taklim.
Di umur partai yang sudah lebih dari setengah abad ini, Soerya Respationo mengajak seluruh pengurus, kader dan simpatisan untuk menjalankan perintah Ketua Umum PDI Perjuangan yakni turun langsung ke masyarakat, membantu masyarakat, serta mengingatkan sudah saatnya untuk mulai menjalankan kedaulatan pa-ngan seperti menanam tanaman pangan pengganti padi.
“Jangan pernah keasyikan berada di zona nyaman, utama-nya untuk para anggota legislatif dari PDI Perjuangan untuk tingkat pusat, Kepri maupun Batam. Pertajam empati, bantu masyarakat yang kesulitan, bantu selesaikan persoalan masyarakat. Jangan sudah di puncak, jadi pejabat, justru lupa sama masyarakat akar rumput. Jangan sampai itu terjadi di PDI Perjuangan Provinsi Kepri, utamanya di Batam,” tegas Soerya. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO