Buka konten ini
SEKUPANG (BP) – Titik U-turn di Jalan Gajah Mada di kawasan Tiban Kampung atau di dekat gerbang masuk Institut Teknologi Batam (ITEBA) di Kecamatan Sekupang, kembali menuai keluhan. Warga meminta jalur putaran balik tersebut ditutup permanen karena kerap menjadi lokasi pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan. Pengendara motor yang nekat melawan arus dinilai membahayakan keselamatan pengguna jalan lain.
“Setiap hari ada saja yang lawan arah. Sudah beberapa kali juga terjadi kecelakaan. Harusnya U-turn ini ditutup saja, sangat berbahaya,” kata Yudi, warga sekitar, Selasa (17/6).
Yudi menyebut banyak pengendara yang memilih memotong jalan dari arah berlawanan untuk menghindari putaran resmi yang lebih jauh. Mereka biasanya terburu-buru dan tidak mempertimbangkan risiko keselamatan.
“Sering banget yang ngebut dari arah depan, bikin kaget. Bahaya banget,” tambahnya.
Fitri, warga lainnya, mengaku waswas setiap melintasi titik tersebut. “Deg-degan kalau lewat situ. Takut tiba-tiba ada motor muncul dari arah berlawanan. Saya sudah beberapa kali lihat motor jatuh,” ucapnya.
Senada, Budi, warga lain, menyebut lokasi itu sebagai “titik maut.” Menurutnya, pemerintah seharusnya tak perlu menunggu korban jiwa untuk bertindak.
“Ini jalan umum, harus aman. Jangan tunggu ada yang meninggal baru ditutup,” tegasnya.
Warga berharap Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Batam dan kepolisian segera meninjau ulang kebijakan lalu lintas di titik tersebut. Mereka menilai penutupan permanen adalah langkah paling efektif untuk mencegah pelanggaran dan kecelakaan berulang.
Menanggapi hal ini, Kepala Dishub Batam, Salim, menjelaskan bahwa setiap kebijakan rekayasa lalu lintas, termasuk penutupan atau pengaturan U-turn, telah melalui kajian keselamatan dan dampak kemacetan.
“Dulu di tanjakan Southlink arah Sekupang juga sering terjadi kecelakaan karena pengendara memotong jalur. Itu sangat berbahaya, makanya kita tutup. Semua sudah melalui pertimbangan,” ujar Salim.
Ia menyebutkan bahwa titik-titik yang ditata ulang umumnya merupakan simpul kepadatan lalu lintas, terutama saat jam sibuk. Oleh karena itu, desain U-turn telah disesuaikan agar tidak membahayakan.
Namun, Salim mengakui, sebagian U-turn yang sempat ditutup kembali dibuka karena permintaan masyarakat. Salah satunya di kawasan Tiban Ayu, yang dikelilingi dua perguruan tinggi dan kompleks padat penduduk.
“Kita pertimbangkan aksesibilitas juga. Jadi kami desain ulang supaya U-turn bisa tetap dipakai tapi aman,” ucapnya.
Kendati demikian, Salim menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas. Menurutnya, banyak pengendara masih abai terhadap rambu dan marka jalan.
“Bukan salah desain, tapi kesadaran pengguna jalan yang masih minim. Kalau patuh, lalu lintas pasti lebih tertib dan aman,” pungkasnya. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra
Editor : RATNA IRTATIK