Buka konten ini
BATAM KOTA (BP) – Pada Kamis (4/6) malam, Batam tak hanya bercahaya karena lampu jalan dan gedung perkantoran, melainkan bersinar oleh gema takbir dan pawai kendaraan hias yang memukau. Dari Dataran Engku Hamidah, Batam Center hingga Simpang Indomobil, Baloi, suasana spiritual menjelma dalam balutan estetika Islami yang meriah.
Malam takbiran Iduladha 1446 Hijriah menjadi perayaan kolosal yang menyatukan warga dari berbagai penjuru kota. Ribuan orang memadati jalur utama di kawasan Batam Centre, bukan sekadar menonton, tetapi menjadi bagian dari semangat kebersamaan dan keimanan yang menggelora.
Sebanyak 35 mobil hias dan 18 kendaraan pendamping turut serta dalam Pawai Takbir Tingkat Kota Batam. Setiap kendaraan menampilkan identitas visual yang unik: miniatur Kakbah, simbol hewan kurban, kaligrafi Arab, hingga lampu sorot warna-warni yang menari di langit malam.
Salah satu kendaraan menampilkan replika Padang Arafah lengkap dengan tenda dan unta buatan. Ada pula astaka berbentuk Masjid Cheng Ho yang ikonik.
Para peserta mengenakan jubah putih dan sorban, memperkuat nuansa autentik ibadah haji. Gema takbir dikumandangkan melalui pengeras suara, menyatu dengan sahutan warga di sepanjang rute.
Bagi sebagian warga, pawai ini bukan sekadar tontonan tahunan, melainkan ajang yang selalu ditunggu. Fitriani, warga Batuaji, datang sejak bakda Isya bersama dua anaknya demi mendapat tempat strategis.
“Anak saya suka lihat lampu warna-warni, katanya seperti mimpi,” ujarnya.
Kemeriahan malam takbiran ini tak lepas dari dukungan pemerintah. Wali Kota Batam, Amsakar Achmad dan Wakil Wali Kota Batam, Li Claudia Chandra hadir langsung melepas iring-iringan. Turut serta dalam seremoni pembukaan, beberapa anggota legislatif, di antaranya Muhammad Kamaluddin dan Aweng Kurniawan.
Amsakar menyampaikan apresiasinya terhadap antusiasme warga Batam yang menjaga tradisi takbiran dengan damai dan tertib. Ia menekankan bahwa Iduladha bukan hanya perayaan seremonial, tetapi juga momentum dakwah dan penguatan nilai sosial.
“Iduladha mengajarkan keikhlasan, kepatuhan, dan pengorbanan. Nilai-nilai ini perlu kita hidupkan bersama,” ungkapnya.
Pawai ini diyakini memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata religi tahunan. Dengan pengemasan profesional dan kolaborasi bersama komunitas kreatif, acara ini bisa menjadi ikon baru dalam kalender pariwisata Batam.
Seiring upaya Pemerintah Kota Batam dalam mendiversifikasi sektor pariwisata—tak lagi hanya bertumpu pada belanja dan kuliner—wisata berbasis budaya dan agama mulai dilirik. Pawai takbir menjadi panggung ekspresi keagamaan yang juga memiliki daya tarik visual kuat.
Rute pawai yang membentang dari Dataran Engku Hamidah hingga Polsek Batuampar tak menyurutkan semangat peserta. Warga tetap berdiri berjubel di sepanjang trotoar, menyambut setiap iring-iringan dengan takbir dan tepuk tangan.
Di sisi jalan, pedagang kaki lima ikut meramaikan suasana. Jagung bakar, sosis, dan minuman dingin laris manis. Aroma makanan berbaur dengan gema takbir, menciptakan suasana sakral yang juga meriah dan akrab.
Pawai takbir tahun ini menjadi titik temu antara spiritualitas, kebudayaan, dan rekreasi publik. Takbir hari raya berubah menjadi ruang bersama, di mana nilai-nilai agama tampil tidak dalam kesunyian, melainkan dalam keramaian yang menyenangkan.
Banyak warga menyebut malam takbiran ini sebagai “hari raya kedua” karena suasana pertemuan dan kemeriahan yang begitu terasa.
Melihat antusiasme dan potensi besar yang ditunjukkan, masuk akal jika pawai takbir mulai diposisikan sebagai destinasi wisata religi andalan. Apalagi Batam merupakan kota gerbang yang menjadi titik temu budaya Melayu, Tionghoa, dan urban modern.
Menjelang pukul 22.00 WIB, iring-iringan kendaraan terakhir melintas, dan warga perlahan membubarkan diri. Namun semangat yang tercipta malam itu tetap menggema di udara—semangat yang merekatkan, menginspirasi, dan mengingatkan bahwa syiar Islam bisa hadir dalam wujud yang indah dan membahagiakan. (*)
Reporter : ARJUNA
Editor : RATNA IRTATIK